Kini Ashura yakin akan jaga kedua pelayannya sepenuh hati. Tak rugi Ashura korbankan diri melintas waktu demi orang orang berhati emas.
"Yok kita makan! Aku bersihkan diri dulu ya." Ashura tinggalkan dapur biarkan Ayin selesaikan sisa tugas yang tak berat. Ayin memandang penuh penghargaan pada Ashura yang banyak berubah. Kini Shu Rong tak lagi asyik berdiam diri dalam kamar. Shu Rong yang lebih tepatnya Ashura lebih baik mau interaksi sama pelayan macam mereka. Ayin tak sadar kalau itu bukan majikan aslinya.
Ashura membersihkan diri pakai peralatan dari masa depan. Persis kata Liem. Dalam ranselnya selalu tersedia peralatan sikat gigi dan sabun cair untuk mandi. Ashura paling suka akan kebersihan maka ke manapun selalu bawa alat perang kamar mandi.
Seusai mandi Ashura keluar kamar cari dua abdinya. Kedua orang setia itu sudah berada di depan pintu. Kali ini Ashura muncul tanpa cadar. Ashura sudah yakin perlihatkan wajahnya pada Ayin dan Amuk agar kedua orang itu mengenalnya lebih dekat.
Ayin dan Amuk terpana melihat Ashura muncul tanpa cadar. Kecantikan Ashura membius dua pelayan itu sampai tak mampu bergeming. Amuk sampai buka mulut lebar saking terpesona lihat bidadari keluar dari kamar majikan mereka. Baru kali ini mereka melihat ada orang secantik gini. Mungkin hanya ada dalam mitos bidadari dari surga.
"Hei..kenapa bengong?"
"Tuan puteri..ya ampun..cantik sekali. Kenapa tuan puteri sembunyikan wajah cantikmu?" tanya Ayin masih terpesona.
Ashura tertawa renyah,"Takut semua orang jatuh cinta padaku. Hanya kalian boleh lihat wajahku. Orang lain tak boleh. Aku sudah lapar. Kita makan bersama."
"Tak boleh..kami hanya pelayan mana boleh makan semeja dengan tuan puteri!" sahut Ayin cepat takut salah dengar.
"Cerewet..di rumah ini kita adalah saudara. Tak ada bedanya..sekarang kita harus lebih kompak lagi hadap masalah yang lebih besar. Orang yang berniat bunuh aku takkan tinggal diam."
"Terima kasih tuan puteri! Anda memang puteri dari langit. Cantik dan baik hati. Raja Muda pasti nyesal tak perhatikan tuan puteri." Amuk beri pendapat sebagai lelaki.
"Syukur tak dianggap. Kita harus ke hutan cari bambu untuk bikin saluran air. Hutan jauh dari sini?"
"Jauh juga. Lebih baik tuan puteri tunggu di istana. Aku dan Ayin saja pergi."
"Tidak kita pergi bersama. Aku sudah sangat lapar. Kalau ada sungai kita tangkap ikan. Kita bisa hidup juga tanpa perlu bantuan orang orang munafik."
Baru pertama kali Ayin dan Amuk makan semeja dengan majikan yang super cantik. Ini betulan majikan cantik luar dalam. Wajah seperti bidadari dan hati seperti malaikat. Tuhan sangat adil turunkan makhluk seindah Ashura. Rasa kagum dan sayang pada majikan bertambah berlapis lapis di hati kedua abdi setia itu.
Habis makan ketiga orang istana dingin keluar istana menuju ke hutan. Ashura sangat senang bisa melihat keadaan jaman dulu. Sepanjang jalan masih dipenuhi batang kayu besar dan udara juga segar tanpa bau asap. Penduduk desa juga ramah menyapa sopan begitu jumpa di jalan. Mereka tentu ke hutan cari kayu bakar untuk jadi bahan bakar dapur. Dapur bisa mengepul berkat kayu kayu dari hutan. Di jamannya mana ada kayu lagi. Hutan nyaris klimis dibabat oknum tak bertanggung jawab. Manusia sekarang tak ingat kalau tanpa hutan maka sering terjadi banjir karena tak ada pengisap air hujan. Banjir melanda tenggelamkan kota sengsarakan masyarakat. Tapi ini juga hasil ulah manusia sendiri. Cari keuntungan pribadi tanpa pikir akibat dari perbuatannya.
Ashura dibawa ke tumbuhan bambu di pinggir sungai. Rumpun bambunya cukup subur hasilkan batang bambu besar. Ashura tersenyum senang karena apa yang diharap sesuai harapan.
Ashura terduduk di rerumputan pinggiran sungai lelah berjalan. Ayin tahu diri langsung berikan air minum pada majikan cantik mereka. Cuma Ashura sudah pasang cadar lagi tak mau orang melihat wajahnya selain Ayin dan Amuk.
Amuk memeriksa bambu pesanan Ashura. Lajang muda ini harap bisa selesaikan tugas secepat mungkin karena tak suka Ashura lama lama berada di luar istana. Orang mengincar nyawa Ashura maka dia harus lebih hati hati jaga sang majikan cantik itu.
"Amuk..pilih yang besar, sedang dan kecil. Masing 10 batang. Apa kau sanggup potong?" tanya Ashura masih seloyoran di rerumputan. Ayin hanya bisa temani Ashura duduk karena yakin tak mampu potong batang bambu.
"Bisa tuan puteri. Kalian istirahat saja.!" sahut Amuk sok kuat. Ashura tersenyum bangga pada semangat Amuk. Menilai badan Amuk yang lumayan kokoh mungkin pekerjaan ini tak jadi masalah.
"Kita cari ikan buat makan siang kita. Biar Amuk potong bambu." ajak Ashura sambil memandangi sungai bening. Aliran arus tak begitu kencang tak menakutkan. Ashura segera bangkit menuju ke tepi sungai pantau apa ada ikan nyasar baik hati siap jadi santapan mereka. Ayin ikutan main di pinggir sungai cari tahu bagaimana Ashura tangkap ikan. Mereka tak peralatan pancing gimana mau tangkap ikan. Apa pakai tangan?
"Tuan puteri..apa punya mantera biar ikannya naik ke darat?" olok Ayin buat Ashura kheki .
"Sembarang..kita tangkap pakai tangan. Ikannya pasti nyerah ditangkap puteri cantik macam aku." gurau Ashura tak mau kalah.
"Hebat..tangan sakti puteri padang rumput. Eh tuh ikannya!" Ayin menunjuk ikan yang berenang ke tepi.
Ashura langsung turun ke sungai berusaha menangkap ikan itu. Begitu Ashura masuk sungai ikannya langsung kabur cari perlindungan. Ashura berkacak pinggang kesal merasa dipermainkan ikan tak tahu diri itu.
Ayin tertawa terpingkal pingkal lihat wajah muram Ashura. Apa dikira gampang tangkap ikan pakai tangan kosong. Pakai pancing saja belum tentu dapat apalagi tangan kosong. Kecuali orang itu berilmu tinggi.
"Dasar ikan bencong..kok kabur? Ayo sini sama puteri cantik!" bujuk Ashura persis orang gila baru. Ikan muncul lagi tak jauh dari kaki Ashura. Ashura ulurkan tangan berusaha meraih ikan dengan semangat juang 45. Ashura orang Indonesia maka hargai semangat juang pahlawan kemerdekaan Indonesia. Semangatnya harus sama.
Begitu Ashura meraih ikan tanpa sengaja Ashura menginjak batu licin membuatnya tersungkur ke sungai. Ashura terjun bebas ke sungai pakai gaya katak kekinian. Ayin berseru kaget.
"Tuan puteri.."
Ashura yang kaget tak merasa ada sepasang tangan kokoh meraihnya agar jangan terbawa arus. Kini Ashura berada dalam pelukan seorang lelaki ganteng berpakaian putih. Ashura tak sadar cadarnya sudah hilang terbawa air. Lelaki itu dengan leluasa menatap wajah cantik di depannya dengan tatapan kagum plus langsung terpanah oleh panah cupido.
Ashura sendiri juga kagum pada pria muda yang memeluknya. Persis cerita dalam silat pangeran tampan datang menolong gadis dalam kemalangan.
"Tuan puteri.." Ayin mendekat dengan ketakutan Ashura terluka.
Ashura tersadar langsung menolak tubuh laki itu menjauh darinya. Ashura meraba wajahnya terasa angin dingin menerpa. Ashura sadar laki itu sudah melihat wajahnya. Ashura membalik diri hindari tatapan nakal laki yang baru menolongnya.
"Ayin..cadarku!"desis Ashura malu. Ayin menunjuk cadar yang sudah kabur jauh ke tengah sungai. Ashura langsung loyo. Nasib sial kedua setelah ransum makan dipangkas pihak istana.
Laki itu seperti tahu kegundahan Ashura langsung masuk ke sungai kejar cadar gadis itu. Laki ini juga tak rela wajah cantik Ashura dinikmati orang banyak. Cukup dirinya tahu dibalik cadar tersimpan wajah penuh pesona.
Ashura dan Ayin kagum pada gerakan laki itu mengambil cadar Ashura. Begitu ringan tanpa ada kesusahan. Kelihatannya laki itu orang berilmu tinggi. Gerakannya melayang seolah tak menyentuh air. Ilmu meringankan tubuh kelas wahid.
"Ini cadarmu nona! Pulanglah! Nanti kamu masuk angin." ujar laki itu dengan nada bass .
Ashura menerima cadarnya dan langsung pakai. "Terima kasih."
"Aku Fu Kuang..nona ini.."
"Aku Shu Rong..terima kasih pertolongan tuan yang mulia. Akan kuingat jasamu."
"Kalian sedang apa di sini?" Fu Kuang menatap Amuk yang sedang potong bambu. Amuk kelihatan mulai lelah walau belum ada satupun terpotong.
"Kami sedang perlu bambu tuanku! Dan kami juga perlu ikan untuk makan." sahut Ayin lancang mengharap laki itu bersedia bantu.
"Kalian dari mana? Kenapa perlu bambu.?"
"Untuk sambungan air. Apa tuanku bisa bantu kami?"
"Tentu..kalian tinggal di mana?" Laki itu menatap Ashura nya yang kedinginan. Laki itu membuka mantelnya lalu balutkan ke badan Ashura tanpa permisi. Laki ini tak peduli Ashura akan menolak atau tidak. Kelihatannya laki ini termasuk pria sok berkuasa. Sudah terbiasa tak dibantah.
"Tak usah tuanku! Terima kasih niat baiknya. Kami akan usaha sendiri."kata Ashura sopan. Ashura tak mau terlibat dengan orang luar karena hanya menambah masalah. Waktu pulang ke jamannya pasti diperpanjang.
"Kau bisa masuk angin. Katakan di mana kalian tinggal. Aku akan antar pesanan kalian ke rumah." Fu Kuang ngotot mau tahu tempat tinggal Ashura. Ashura menatap Ayin minta bantuan. Tak mungkin mereka kasih tahu kalau mereka tinggal di istana dingin yang punya reputasi jelek. Orang yang tinggal di situ adalah orang buangan.
"Tuan muda..tempat kami jauh dari sini. Lebih baik tuan muda lanjutkan perjalanan. Kami yakin bisa atasi masalah kami." kata Ashura dengan sopan.
Fu Kuang melirik Amuk yang kepayahan memotong bambu. Sekilas Fu Kuang tahu Amuk bukan orang ngerti ilmu silat. Badan besar namun tak bertenaga. Potong sampai pagi pun takkan kelar.
"Nona..kalau kalian mau nginap sini silahkan! Malam hari sini banyak serigala liar. Belum binatang buas lain lagi. Apa kau yakin tak butuh bantuan kami?"
"Kami? Siapa lagi datang? Bukankah cuma kamu sendiri?" tanya Ashura tak melihat orang lain selain mereka berempat. Mata Ashura liar mencari bayangan lain sekitar mereka. Kalau ada orang akan makin kacau keadaan.
"Mereka pengawalku. Mereka akan datang kalau kupanggil. Bagaimana tawaranku? Kalau kami pergi kalian akan tertinggal di sini." Fu Kuang menekan kata katanya sekaligus mengancam.
Ashura menimbang menerima tawaran orang asing. Bagaimana kalau orang itu berniat jahat padanya. Sekarang Ashura target para pemuja raja muda. Semua mengharap Ashura menghilang karena posisi Ashura bisa jadi ratu. Padahal Shu Rong Pun tak ingin jadi ratu apalagi Ashura.
"Tuan muda..terima kasih niat baikmu. Kami bisa pulang sendiri ke istana." sahut Ayin lugu.
Ashura mendekap mulut lihat kepolosan Ayin. Tak mau katakan di mana tempat tinggal namun tinggalkan clue buat Fu Kuang tempat mereka. Dasar Ayin oon rutuk Ashura dalam hati.
Fu Kuang tersenyum lembut pada Ayin karena tahu gadis pelayan ini bisa dirayu. Akal licik harus dikeluarkan agar Ayin si polos mau buka kartu lebih banyak.
"Istana??? Kalian pasti tinggal di istana raja ya!"
"Istana raja? Mana mungkin..kami sudah dikucilkan bertahun. Hari ini tak dapat jatah makanan dari dapur istana. Cuma dikasih sebakul sayur. Kami dianggap kambing." omel Ayin perlihatkan rasa kesal mendalam. Ashura ingin sekali sumbat mulut Ayin yang mulai bolong remnya. Nyerocos tak jelas.
"Oh..istana selir ya!"
"Bukan..istana dingin. Tuan puteri kami tak mau masuk istana harem raja. Tidak tertarik." Ayin pasang gaya angkuh. Ashura ingin sekali lakban mulut blong itu tapi ditahan biar tak tampak kanibal terhadap pelayan.
Fu Kuang mangut mangut sok prihatin. Laki ini senang Ashura tak masuk dalam daftar selir raja walau tinggal di istana. Mendengar kata istana dingin Fu Kuang sudah tahu penghuninya tak mau berhubungan dengan masalah persaingan rebut hati raja.
"Ya sudah! Kuantar kalian pulang. Nanti bambu mu akan diantar sama pengawalku termasuk ikannya. Dan mulai besok kalian akan dapat jatah makanan lagi." ujar Fu Kuang simpatik.
Ashura langsung ngeh siapa orang dihadapan mereka. Pasti orang berkuasa mampu atur dapur istana. Bisa jadi orang ini termasuk kaki tangan raja ataupun para selir istana. Menerima bantuannya malah terjebak sendiri.
"Terima kasih niat tuanku! Kami bisa atur hidup sendiri. Kami tak mau cari masalah lagi dengan istana dalam. Kami sudah hidup tenang walau serba kekurangan." jawab Ashura tegas buat Fu Kuang tersenyum khas playboy cap klor ijo.
"Aku bukan orang yang akan celakai kalian. Aku jenderal perang kerajaan ini. Aku tak ikut campur urusan harem raja cuma tak suka ada orang teraniaya. Aku punya kuasa minta jatah makanan walau tak punya kuasa atur istana. Aku bukan orang jahat."
"Jenderal Fu Kuang pangeran empat." seru Ayin menutup mulut pakai kedua telapak tangan. Ashura tak kalah kaget dengar siapa orang di hadapannya. Ashura teringat kata Shu Rong kalau ada satu pangeran yang baik yakni pangeran empat
Tak disangka secepat ini Ashura bertemu orang ini. Informasi Shu Rong cukup akurat. Terbukti Fu Kuang bersedia bantu walau tak kenal padanya.
"Salam Jenderal..maafkan kami tak mengenal anda. Kami sudah lama terkurung di istana dingin jadi tak tahu dengan siapa kami berhadapan." Ashura dan Ayin langsung membungkuk sopan.
Fu Kuang tersenyum flamboyan perlihatkan wajah ganteng pemikat hati wanita. Ashura yakin tampang ini telah berhasil membuat para gadis mengukir kata love di hati. Apa raja muda juga seganteng ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
玫瑰
biasa kan.. dalam cerita raja² Cina..anak raja mesti handsome..hmmm
2023-04-09
0
Mei
Anggap saja ganteng banget kak. Khayalan kita bersama.
2023-03-09
1
Atik Minarni
jadi penasaran,,,,!!!, seganteng apa siiihh,,,,???
2023-03-09
2