Fu Kuang duduk di depan makan dengan gaya wibawa seorang jenderal. Ashura lega Fu Kuang tak berpikiran aneh bikin dia jantungan. Ashura mana mau menyerah pada orang baru dikenal walau berpangkat tinggi. Raja muda saja tak masuk daftar pujaan hati. Apalagi cuma jenderal kancil.
Fu Kuang mengerut dahi melihat Ashura masih memakai pakaian basah. Jenderal ini mendekati Ashura mencoba menyentuh baju gadis ini. Secara reflek Ashura menepis tangan Fu Kuang pakai kekuatan penuh. Fu Kuang tertegun sejenak lalu membalas gerakan Ashura dengan gerakan cepat. Tendangan maut Ashura menangkis serangan Fu Kuang membuat jenderal itu terdorong ke belakang.
Ashura memasang kuda kuda menanti gerakan Fu Kuang selanjutnya namun laki itu malah ketawa kecil. Sang jenderal tepuk tangan ntah apa maksudnya. Mau memuji Ashura atau bikin tanda agar pengawalnya masuk bantu dia. Ashura tahu tepuk tangan Fu Kuang bisa hadirkan para pengawal istana.
Ashura siap siap nanti gerakan selanjutnya. Pancaran sinar mata Ashura berkilat kilat menahan emosi. Andai Fu Kuang ajak dia datang ke istananya hanya untuk dilecehkan. Sampai matipun Ashura akan pertahankan harga diri.
"Tak kusangka puteri Shu Rong memiliki ilmu bela diri aneh. Tendanganmu kuat tapi kurang terarah. Kau tak pandai kontrol energi dalam hingga lepas gitu saja. Dalam ilmu bela diri sangat perlu kontrol tenaga dalam dan atur pernafasan." Ujar Fu Kuang kembali duduk di bangku."Ayok duduk! Minum air. Kau pasti lelah!"
Ashura mengatur nafas dengan lega karena Fu Kuang tidak melanjutkan pertarungan mereka. Ashura pelan meringsut mendekati meja sambil menatap Fu Kuang masih curiga.
"Kau jangan konyol pancing emosiku! Kenapa pegang pegang?" Ashura omong dengan ketus.
"Bukan mau pegang tapi mau tahu apa pakaianmu sudah kering belum? Tak baik pakai baju basah, kau bisa masuk angin."
"Oh.." Ashura malu sendiri sudah salah sangka pada Fu Kuang."Kukira anda termasuk pangeran cabul model baru."
Fu Kuang tertawa melihat Ashura kesal. Gadis ini makin menggemaskan di mata Fu Kuang. Cadar tak halangi Fu Kuang bayangkan kelucuan Ashura. Fu Kuang sudah tahu gadis di hadapannya sangat cantik. Pakai cadar berlapis pun Fu Kuang tetap ingat wajah cantik Ashura.
"Bukalah cadarmu! Makan tak perlu pakai cadar. Toh aku sudah lihat wajahmu!"
"Aku jelek nanti selera makan mu hilang." kilah Ashura mengelak tak mau buka cadar di depan laki yang baru dikenal.
"Sejelek apapun kamu tetap cantik dimataku."kata Fu Kuang lembut."Pelayan...antar makanan.!"
Tak perlu butuh waktu lama makanan datang diantar beberapa pelayan wanita. Mereka masuk satu persatu dengan tertib hidangkan berbagai menu menarik. Ashura merasa seleranya muncul karena dari semalam tak makan dengan baik.
Fu Kuang perhatikan gadis di depannya secara teliti. Tampaknya Ashura memang lapar. Matanya bersinar penuh cahaya seakan ingin bawa semua makanan ke dalam mata. Hanya mata Ashura yang tampak maka semua ekspresi tertuang di sana.
Fu Kuang bangun lalu berjalan memutar ke belakang Ashura. Laki ini buka cadar Ashura tanpa permisi pada gadis ini. Ashura tersentak kaget karena cadarnya terlepas jatuh ke pangkuannya. Ashura menoleh memandang Fu Kuang. Gaya reflek Ashura jadi pemandangan menarik bagi Fu Kuang. Seraut wajah putih bersih dengan 5 panca sempurna menggoda mata.
Fu Kuang terpana oleh kecantikan Ashura yang tak ada dua di kerajaan. Seraut wajah hasil paduan bule dan oriental. Ratu yang katanya sangat cantik lewat dibanding Ashura.
"Kok iseng?" semprot Ashura jengkel.
"Kenapa kau sembunyikan pemberian Tuhan? Tuhan beri kamu wajah cantik untuk segarkan mata aku. Kau malah tutup pakai kain."
"Ditutup untuk hindari mata nakalmu. Aku sudah lapar. Aku mau makan." Ashura tak mau berpanjang lebar dengan Fu Kuang. Dia ingin kenyangkan perut lalu pulang ke istana dinginnya. Kasihan Ayin dan Amuk menantinya pulang. Ashura yakin kedua abdi setia itu pasti cemas dia belum pulang.
"Makanlah!" Fu Kuang sengaja duduk di depan Ashura mau tatap wajah cantik itu lebih dalam. Ashura memilin bibir tak suka ditatap seperti barang dagang pajangan menanti pembeli."Aku akan pergi kalau kau masih gitu. Nasinya ngak ketelan jenderal kancil!"
"Oh..maaf! Aku heran mengapa ada gadis secantik kamu. Apa kamu malaikat dari surga?"
"Sinting..aku jadi gini karena kelewat banyak makan sarang laba-laba ganti makanan."
Fu Kuang tertawa geli dengar jawaban Ashura yang ngawur. Tapi Fu Kuang suka setiap gerak tubuh. Ashura memiliki style alami tanpa dibuat buat sok lembut. Fu Kuang malah suka gadis gagah tak cengeng. Ashura lolos kalau diseleksi jadi calon permaisuri istana Jenderal.
"Kamu lucu menggemaskan. Kau mau tinggal di sini? Di sini kujamin kau makan kenyang dan hidup enak. Puluhan pelayan akan layani kamu?" tawar Fu Kuang.
Ashura menggeleng, "Ogah..aku tidak lemah lembut seperti puteri lain. Aku kasar..gadis padang rumput memang gini." Ashura menyahut sambil comot makanan sana sini jebloskan ke dalam mulut mungilnya.
Fu Kuang makin gemas ingin mengecup bibir ranum itu. Andai Ashura bersedia jadi wanitanya maka Fu Kuang akan minta ijin pada abangnya sang raja muda untuk nikahkan dia dengan Ashura. Ashura memang diantar ke kerajaan untuk dijadikan pendamping raja tapi toh tak mesti raja yang nikahi dia. Jenderal besar macam Fu Kuang juga berhak selama raja muda ijinkan.
Fu Kuang bertekad akan bawa Ashura ke pelukannya walau ada penolakan dari keluarganya. Ibunya adalah selir agung kerajaan setelah ibunda ratu. Ibunda Ratu adalah ibu asuh Raja muda. Ibu kandung raja muda sudah meninggal sejak raja muda masih kecil. Ibu raja muda adalah ratu asli. Setelah ibunda raja muda meninggal maka selir agung naik jadi ratu. Ibu kandung Fu Kuang diangkat jadi selir agung.
"Tuanku jenderal..apa aku boleh bawa pulang makanan untuk kedua abdiku? Makanan ini sangat banyak kan tak habis dimakan kita berdua."
Fu Kuang mengangguk,"Tentu boleh..mulai besok aku akan urus jatah makan kamu. Kamu tak perlu hidup kekurangan lagi. Cepat habiskan makananmu! Aku akan antar kamu pulang. Sudah sangat malam."
"Oh terima kasih jenderal. Anda sangat baik. Semoga anda mendapat isteri yang baik. Diberi selusin anak dan dua lusin cucu."
"Doa aneh..kenapa kau tak jadi permaisuriku saja? Kita bisa habiskan waktu bersama di perbatasan jaga kerajaan. di sana sangat tenang tak seperti hidup di istana penuh rasa iri dan dengki."
Ashura menghentikan gerak tangan mengambil makanan dengar kata kata Jenderal yang bijak. Ternyata Fu Kuang juga tak suka kehidupan istana yang penuh intriks. Saling menjatuhkan demi kekuasaan. Mungkin karena ini Fu Kuang memilih tinggal di luar istana menjadi jenderal perang yang jaga perbatasan negara.
"Kau beda dengan mereka. Aku hargai pendapatmu. Mungkin kita harus lebih saling mengenal biar bisa berteman baik."
"Aku setuju tapi ada syaratnya!"
"Nah kan..baru dipuji dikit langsung besar kepala. Syarat apa?"
"Syarat ku sederhana saja. Di hadapanku kau tak boleh pakai cadar. Dan kau tak boleh ijinkan orang laki masuk istanamu selain abdimu."
Ashura tak keberatan syarat sederhana dari Fu Kuang. Toh tak ada yang rugikan dia. Ashura mengangguk tanpa beban. Fu Kuang senang kepatuhan Ashura. Fu Kuang betul betul suka pada gadis di depannya. Sederhana walau sangat cantik. Ashura tidak sombong walau miliki banyak kelebihan di banding gadis gadis istana lain. Mata Fu Kuang makin tertutup untuk wanita lain. Gadis yang diidamkan ada di depan mata mana mungkin dia lewatkan gitu saja.
"Aku sudah kenyang. Apa aku boleh balik ke istana dingin?" Ashura mengakhir makan malam dengan hati puas. Perutnya sudah cukup penuh. Rasanya tidak makan dua hari juga tak apa. Ashura benar benar kenyang sekaligus ngantuk. Kini Ashura cuma perlu tempat tidur untuk rebahkan badan.
Fu Kuang tahu Ashura sudah dilanda rasa ngantuk karena capek aktivitas. Fu Kuang ambil keputusan antar Ashura balik ke istananya. Fu Kuang mau beri kesan baik pada Ashura kalau dia bukan laki cabul dalam pemikiran gadis cantik ini. Fu Kuang mau Ashura tahu rasa sukanya berasal dari hati kecil.
"Ayok kita pulang! Makanan untuk abdimu akan diantar sama pengawalku."
"Terima kasih atas semua keramahanmu Jenderal kancil! Aku akan balas jasamu kelak." janji Ashura sungguh sungguh. Ashura beri penghargaan pada Fu Kuang dalam hati. Ashura tak mau perlihatkan rasa kagum berlebihan yang akan buat Fu Kuang ke ge eran.
"Bagus artinya kau berhutang padaku. Hutang itu harus dibayar lho!" kata Fu Kuang ambil tersenyum penuh makna.
Kini Ashura nyesal telah janji akan balas budi Fu Kuang. Senyum Fu Kuang bikin hati Ashura tak nyaman. Ntah apa arti dibalik senyum itu. Semoga Fu Kuang bukan orang licik.
"Aku mau pulang." Ashura mengalihkan pembicaraan agar jangan terjebak suasana kaku.
"Pakai cadarmu! Hanya aku boleh lihat wajahmu. Ingat itu!"
"Iya..cerewet!" Ashura memasang cadarnya lagi. Fu Kuang makin suka pada Ashura si cantik berdarah panas tapi memikat sukma.
Fu Kuang memerintah anak buahnya sediakan makanan untuk Abdi Ashura serta kuda untuk antar pulang.
Langit sudah berubah menjadi lembaran tanpa bintang. Kayaknya langit jaman kuno lebih gelap dari jaman moderen. Suasana lebih tenang tanpa deru bising kendaraan lalu lalang. Di jaman moderen setiap saat ada suara bising kenderaan terutama siang hari. Ditambah kondisi macet yang bikin otak panas.
Hati Ashura terasa adem menikmati hembusan angin malam nan segar. Bau tumbuhan samar samar mencolek hidung. Ashura suka bau alami tumbuhan.
"Masih betah di istanaku?"tegur Fu Kuang melihat Ashura asyik melamun."Aku tak keberatan bagi tempat tidur denganmu."
"Mau cari mati ya!" semprot Ashura tak bersahabat. Fu Kuang tertawa gareng perdengarkan suara bass mantap.
"Panas di malam dingin. Yok!" Fu Kuang ulurkan tangan bantu Ashura naik ke atas kuda. Ashura tak punya pilihan lain selain ikut naik ke transport paling ramah lingkungan itu.
Fu Kuang merengkuh Ashura ke dalam pelukan lalu mengepak pantat kuda melaju ke istana dingin. Angin malam nan segar membelai Ashura yang dilanda ngantuk berat. Tanpa sadar Ashura tertidur dalam pelukan Fu Kuang. Kepala Ashura bersandar pada dada jenderal yang kokoh. Daging dada Fu Kuang buat Ashura makin lelap terbuai mimpi.
Fu Kuang tersenyum melihat gadis pujaan telah lelap. Sungguh gadis menarik. Mengapa baru sekarang mereka berjumpa. Kalau dari dulu mereka jumpa mungkin Fu Kuang akan perjuangkan Ashura jadi permaisurinya.
Bagi Fu Kuang tak ada kata terlambat. Dia akan minta ijin pada Raja muda agar restui dia dan Ashura. Bagaimanapun Ashura termasuk wanita istana raja walau belum diangkat jadi selir ataupun permaisuri aja. Fu Kuang yakin raja muda takkan lirik Ashura yang ditempatkan di istana dingin yang lebih tepat tempat pengasingan bagi wanita tak dipilih.
Ayin dan Amuk sudah menanti di depan pintu istana dingin. Mereka menanti kepulangan majikan mereka yanng dibawa sang jenderal. Hari sudah malam buat mereka cemas juga.
Untunglah Fu Kuang muncul bawa majikan mereka yang tertidur. Ayin dan Amuk segera membungkuk beri salam hormat pada Fu Kuang.
"Salam yang mulia jenderal.."
"Majikan kalian sudah tidur. Maa kamarnya?" Fu Kuang tak berniat bangunkan Ashura. Laki ini membopong Ashura turun dari kuda bermaksud antar Ashura langsung ke kamar biar gadis ini bisa nyenyak tidur.
"Silahkan tuanku! Mari kuantar!" Ayin menunjuk jalan ke arah kamar Ashura. Fu Kuang ikut dari belakang membopong Ashura dengan erat. Fu Kuang ingin menggendong tubuh sintal itu selamanya. Mungkin akan lebih bahagia kalau tubuh sintal itu jadi miliknya pribadi.
Ayin membuka pintu kamar Ashura agar Fu Kuang bisa masukkan Ashura ke dalam. Fu Kuang meletakkan Ashura dengan hati hati lalu selimuti gadis itu.
Ayin senang melihat Fu Kuang kasih perhatian pada Ashura. Sudah bertahun mereka hidup bagai sampah dalam istana dingin. Akhirnya datang mujizat mendapat perhatian sang jenderal.
"Ayin..jaga nonamu dengan baik. Besok makanan kalian akan diantar dari dapur istana. Oya..untuk apa segitu banyak bambu?"
"Kata tuan puteri untuk buat saluran air."
"Oh..besok aku akan bantu kalian. Sekarang kalian istirahat saja."
Ayin merasa jenderal sama baiknya dengan Ashura tak paksa mereka tidur di depan pintu puteri. Ayin yakin hidup mereka akan lebih makmur bila dijaga sang jenderal ganteng itu.
Ayin mengantar sang jenderal sampai ke pintu gerbang istana. Fu Kuang naik ke atas kuda lalu mengepak pantat kuda melaju meninggalkan istana dingin yang akan lebih semarak sejak dapat perhatian Sang jenderal ganteng.
Ayin menutup pintu gerbang besar. Amuk muncul bantu Ayin menutup pintu yang lumayan berat. Amuk merasa dialah yang harus bertanggung jawab jaga keselamatan Puteri dan Ayin. Dia adalah laki laki satu satunya di istana dingin ini maka wajar dia yang jadi pengawal sekaligus penjaga puteri.
"Yang mulia jenderal ada antar makanan dari istananya. Katanya untuk kita berdua." Amuk jelaskan perlahan sambil melirik gadis di depannya.
"Jenderal memang baik. Semoga dia suka pada puteri kita. Biarlah puteri kita dapat posisi baik sebagai isteri istana jenderal." doa Ayin tulus.
Amuk mangut ikut mengharap ada titik terang di istana dingin mereka. Semua akan jadi hangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
玫瑰
past berlaku persenjataan antara raja muda dengan jeneral fu kuang kerana kedua-duanya tertarik pada Ashura... adeh
2023-04-09
1