Fu Yen kesal diejek Ashura yang mulutnya dikit bocor. Ashura suka asalan kalau omong. Mungkin dia lupa sedang bicara dengan siapa.
"Apa kau mau coba keperkasaanku? Aku tak keberatan harus tidur dengan pengawal sendiri. Terutama pengawal bermulut lancang." ujar Fu Yen dengan nada kalem.
Ashura langsung berkacak pinggang menantang sang raja tanpa takut dipenggal. Toh Fu Yen punya kuasa atas segalanya. Kalau memang ingin nyawa Ashura sudah dari kemarin menghukum gadis pemberani ini.
"Sepertinya akan terjadi pemberontakan di istana utama ini." Ashura pasang wajah seram seola ingin nyatakan tak suka dileceh.
"Aku tunggu orang yang tak mau nyawa lagi. Kutangkap lalu kuberi pada penjaga penjara yang sudah bertahun tak melihat wanita. Coba bayangkan apa yang akan mereka lakukan bila bertemu wanita? Pasti akan perkosa wanita itu. Mungkin ada yang mau coba."
Kasim Du tak dapat menahan tawa melihat Fu Yen ganggu Ashura. Ashura merasa bulu kuduknya berdiri bayangkan disentuh orang orang kasar yang bau badan pasti seperti bau comberan. Tanpa sadar Ashura geli sendiri.
"Ayo berangkat! Jangan cerewet!" Ashura tak mau ladeni Fu Yen lagi. Gadis ini memilih keluar dari kamar sang raja pergi mengambil bekal di kamarnya. Kalau diladeni mereka takkan jadi berangkat. Ada saja cara Fu Yen menggoda Ashura.
Fu Yen tersenyum biarkan Ashura mengambil bekal. Ashura sungguh telah mengukir rasa sayang di hati Fu Yen. Ashura memandang Fu Yen sebagai lelaki sejati tanpa embel embel kekuasaan sebagai raja. Di sini muncul rasa kemanusiaan Fu Yen yang hampir hilang gara gara posisi sebagai raja. Raja harus tampil dingin penuh rasa arogan. Semua harus patuh padanya tanpa pikir itu salah atau benar. Raja adalah kebenaran. Itu saja motto seorang raja.
"Yang Mulia..hamba sudah tempatkan beberapa pengawal di sekitar Yang Mulia. Mereka akan kawal Yang Mulia secara diam diam. Atau Yang Mulia ada perintah lain?"
"Panggil Alun ikut kami. Suruh berpakaian biasa saja. Jangan pakai baju pengawal! Aku takut puteri Shu Rong bikin ulah."
"Siap Yang Mulia..ini memang pilihan tepat. Alun setia dan berilmu tinggi. Dia bisa jaga Yang Mulia dan Tuan Puteri."
Kasim Du segera memanggil Alun pengawal pribadi raja yang selalu ikut ke manapun raja pergi. Sebenarnya Fu Yen tak mau Alun bergabung secara langsung namun melihat tingkah Ashura yang terlalu berani Fu Yen takut gadis ini bawa masalah.
Tak sampai satu jam Fu Yen, Ashura dan Alun sudah keluar istana secara diam diam. Mereka keluar istana dengan kereta kuda sederhana untuk hindari rasa curiga orang banyak. Fu Yen harus tahu kinerja kerja para pejabat yang ditugaskan membantu rakyat. Semoga para pejabat tak berjalan di jalan salah menilep hak masyrakat miskin.
Ashura kelihatan bahagia bisa keluar istana melihat keramaian kota. Ini kesempatan memahami kehidupan orang jaman. Kota cukup ramai dipenuhi rakyat melakukan kegiatan masing masing. Cara dagang mereka sederhana hanya mengandalkan suara memanggil orang membeli dagangan mereka.
Pakaian orang jaman warna warni cukup meriah. Yang wanita tampak lemah gemulai meyelusuri sepanjang jalan melakukan kegiatan sedangkan para laki bekerja lebih rajin jajakan dagangan. Mata Ashura berbinar merekam semua pemandangan yang akan jadi kenangan bila kembali ke jamannya.
Fu Yen perhatikan Ashura yang demikian ceria berada di luar istana. Fu Yen mengira Ashura bahagia bisa keluar istana karena sudah terlalu lama dikurung di istana dingin. Bertahun puteri Shu Rong terasing dari keramaian karena tak dipilih sang raja jadi penghuni istana utama. Pendek kata Shu Rong terbuang karena tak mampu menarik perhatian sang raja.
"Shu Rong.." panggil Fu Yen pelan takut mengganggu keasyikan gadis lucu ini.
"Ya?? Apa tuanku ada perintah?"
"Tidak ada..kau kelihatan senang sekali keluar istana. Apa kau mau tinggal di luar istana?"
"Memangnya aku boleh pindah keluar istana?"
"Tidak.." sahut Fu Yen tegas.
Ashura langsung manyun dengar kata tegas Fu Yen. Bertanya tapi buntutnya tetap no way. Ngapain kasih harapan kalau akhirnya tetap sama.
"Kurang kerjaan." omel Ashura melempar pandangan ke arah jalanan kesal pada Fu Yen.
"Kau tak boleh keluar istana sebelum ada keputusan kau akan jadi ratuku atau tidak.."
"Siapa lagi mau jadi ratu? Hidup mewah tapi jadi orang tolol. Otak dipenuhi akal licik melulu."
"Apa maksudmu omong gitu? Apa seorang ratu tak ada nilai di matamu?"
"Bukan tak ada nilai Yang Mulia. Seorang ratu akan lakukan apapun untuk bertahankan posisi termasuk membunuh orang. Hanya ingin hidup mewah dianya tak segan berubah jadi monster sadis. Suatu saat Yang Mulia akan paham apa maksudku. Sekarang kita fokus bantu rakyat dulu."
Fu Yen berusaha menyaring perkataan Ashura. Bagaimana mungkin seorang ratu bisa bertindak kejam terhadap orang lain karena seorang ratu adalah panutan bagi wanita seluruh negeri.
"Tidak sejelek yang kau kira. Buktinya ibunda ratu sangat baik padaku walau aku bukan anak kandungnya. Dia sayang padaku sampai aku jadi pemimpin negeri ini." bantah Fu Yen terhadap pandangan Ashura.
Ashura tertawa sinis. Saat ini Ashura belum mau buka cerita tentang puteri Shu Rong yang mati sia sia gara gara orang sirik. Ashura harus yakin dulu siapa yang tega habisin nyawa gadis tak berdosa itu.
"Nanti Yang Mulia akan tahu mengapa aku tak mau jadi ratu. Hidupku bagai diujung tanduk bila dipilih oleh Yang Mulia. Cinta tak dapat tapi mati konyol."
"Kalimatmu membingungkan. Apa hubungan cinta dan Ratu?"
Ashura menatap Fu Yen lama mau tahu model apa laki ini. Mau ratu tapi tak tahu hubungan ratu dan cinta. Ini artinya raja beristeri tanpa perasaan cinta. Mungkin hanya ada nafsu belaka.
"Yang Mulia..apa selama ini tak ada wanita yang mampu buat Yang Mulia uring uringan? Siang malam wajahnya terbayang di mata Yang Mulia. Wanita yang buat Yang Mulia tersenyum sendiri kalau ingat akan wanita itu?" tanya Ashura mulai menganalisa perasaan hati Fu Yen.
"Ada..baru baru ini aku ada perasaan itu. Sebelumnya tak ada. Bagiku wanita itu hanya pelengkap kemegahan seorang raja."
"Dasar raja kampret!" omel Ashura dalam hati. Sedemikian kecil nilai wanita di jaman ini. Wanita hanya dijadikan pajangan untuk kemegahan raja.
"Apa kau bilang?"
"Yang Mulia sudah salah paham hal ini. Seorang wanita itu sangat mulia. Tanpa seorang wanita maka Yang Mulia tak ada di muka bumi ini. Wanita mengandung sembilan bulan perjuangkan kehidupan baru seorang anak manusia. Pertaruhkan nyawa melahirkan manusia baru itu. Kalian laki bisa apa tanpa wanita? Tak semua wanita itu lemah seperti bayangan Yang Mulia. Bahkan ada yang lebih kuat dari lelaki." ujar Ashura panjang lebar hendak buka pikiran Fu Yen tentang nilai seorang wanita.
"Dari jaman dulu wanita adalah bayangan lelaki. Semua wanita harus patuh pada laki. Itu sudah kodratnya."
"Kalau gitu coba kalian tak andalkan wanita dalam hidup kalian. Berkembang biak sendiri lalu layani diri sendiri jangan libatkan wanita!"
"Berkembang biak sendiri? Bagaimana caranya?" Fu Yen malah bingung disodorkan tawaran tak masuk akal. Tanpa wanita mengandung bagaimana bisa ada keturunan? Apa mungkin laki bisa hamil?
"Lho..kalian kan bangga jadi orang sombong yang bisa segalanya. Yang gampang gini saja tak bisa. Mending kami wanita. Bisa mengandung punya anak."
"Tanpa bantuan laki kalian wanita juga tak bisa hamil. Apa kalian bisa hamil tanpa tidur dengan laki?"
Ashura ingin jawab bisa. Di jaman sekarang wanita hamil tanpa perlu bercinta dengan laki. Bisa model suntik bibit ****** laki ataupun model bayi tabung. Dijelaskan secara detailpun Fu Yen belum tentu mampu menyerap kata kata Ashura yang masih jauh dari jangkauan akal sehat orang kuno.
"Yang Mulia bisa nilai kalau kedudukan laki dan wanita itu setara. Tak ada yang lebih hebat. Kita saling melengkapi. Kalau Yang Mulia setiap hari lihat wajah kasim Du dan pengawal Alun kan bosan maka harus ada yang menarik hati ya wanita cantik seperti selir selirmu."
"Dan kau gimana? Apa mau jadi menyejuk mataku?"
"Jangan! Aku jelek..sekarang aku pakai bedak tebal tutupi wajah jelekku. Dari mana pemandangan indah? Yang Mulia malah sakit mata." Ashura goyang goyang tangan membuyar hasrat Fu Yen ingin jadikan dia sebagai selir.
"Baiklah! Kau jadi pelayanku juga sudah boleh." Fu Yen mengalah tak mau berdebat sama si mulut tajam. Berdebat dengan Ashura takkan ada penyelesaian. Lidah Ashura terlalu lancip untuk dikalahkan.
Perjalanan berlanjut meninggalkan ibukota. Jalan tak seramah jalan kota. Mereka mulai keluar daerah menuju ke kota kecil dekat daerah bencana. Ashura mulai ngantuk diayun kereta kuda di atas jalan tak rata.
Fu Yen perhatikan gadis muda yang mulai masuk alam mimpi. Mata sang puteri mulai sayu hendak berlayar dalam pulau mimpi. Dasar tukang tidur. Fu Yen merasa lucu melihat kepala Ashura goyang kiri kanan cari temapt bersandar.
Fu Yen meraih kepala Ashura lalu sandarkan ke dadanya. Tangan Fu Yen memeluk Ashura beri rasa nyaman dan aman. Bau harum tubuh Ashura kembali menggoda hidung Fu Yen. Ashura beri rasa tenang pada Fu Yen. Belum pernah Fu Yen sesabar gini terhadap wanita.
Fu Yen bahagia bisa memeluk Ashura walau hanya sebatas memeluk. Puluhan wanita menarik berusaha cari simpatik sang raja namun belum ada yng mampu buat sang rasa galau. Kenapa gadis bengal ini mampu ketuk pintu hatinya. Apa ini yang namanya cinta? Cinta ini yang dimaksud Ashura?
Tiba tiba kereta bergucang kuat. Ashura nyaris terjatuh kalau Fu Yen tak cepat peluk gadis ini lebih kencang. Fu Yen menepuk bahu Ashura supaya gadis ini tak terbangun. Perlakuan Fu Yen persis kelakuan seorang ibu pada anak kecil.
"Yang Mulia.." Alun membuka pintu kereta memantau kondisi sang raja dan pengawal cantiknya. Alun kaget melihat pengawal muda sang raja tertidur pulas dalam pelukan sang raja. Kelihatannya Alun tak tahu siapa sesungguhnya Ashura maka kaget. Alun tentu kira Ashura hanyalah pengawal biasa raja yang cantik.
"Ada apa?" tanya Fu Yen takut Ashura terbangun.
"Maaf Yang Mulia! Tadi jalannya berlobang. Yang Mulia tak apa kan?"
"Tidak..lain kali hati hati. Lanjutkan saja! Cari tempat makan bersih untuk makan siang."
"Laksanakan!" Alun mengundurkan diri sambil melayangkan mata pada Ashura yang terlalu cantik untuk jadi laki. Apa rajanya punya kelainan jiwa suka lelaki cantik macam Ashura. Pantes sampai saat ini sang Raja belum punya keturunan. Ternyata sang raja punya rahasia tersembunyi. Sang raja suka sesama jenis itu yang terbayang di benak Alun.
Tapi sebagai bawahan Alun mana berani protes penyakit aneh sang raja. Punya selir selir cantik tak mau malah suka pada lelaki cantik. Secantik apapun Ashura tetaplah seorang laki.
Kereta kuda melaju makin kencang di antara jalan penuh debu karena cuaca ekstrim panas. Kekeringan melanda membuat tanaman tak dapat dipanen. Semua gagal total gara gara cuaca luar biasa panas tanpa curah hujan. Sudah berbulan hujan tak mau turun basahi bumi. Sumur sumur mulai kering membuat air jadi langka. Yang kena tentu rakyat kecil. Mereka hidup dalam kelaparan dan kemiskinan makin menjadi.
Untunglah Fu Yen bijak ikuti saran Ashura tinjau daerah kena bencana peceklik. Sepanjang jalan Fu Yen melihat rakyat kelaparan juga kehausan. Banyak masyarakat duduk lemas mananti ajal kalau tak ada bantuan datang. Hati Fu Yen terasa teriris menyaksikan pemandangan miris ini. Di mana pejabat setempat yang seharusnya menangani masalah kelaparan rakyat.
Pantas Ashura meminta sang raja langsung tinjau kondisi daerah bencana supaya tahu apa yang terjadi di lokasi. Hanya sekedar dengar laporan yang belum tentu akurat hanyalah satu pemikiran kosong. KIni Fu Yen bersyukur jumpa Ashura yang punya wawasan luas. Tidak seperti wanita istana yang hanya tahu cari kemewahan dan kekuasaan. Bikin pusing sang raja dengar laporan selir ini bertengkar dengan selir sana. Tiap hari ada saja laporan tak bermutu itu.
Kereta kuda berhenti di salah satu kedai nasi sederhana. Pengunjung sangat sepi karena semua tertimpa bencana tak mampu beli makanan. Fu Yen mengintip dari balik jendela kereta memantau keadaan di luaran. Ashura masih lelap dalam pelukan sang raja. Ashura tak peduli bagaimana di mana harus tempatkan diri kalau ngantuk. Yang penting bisa tidur nyaman.
Kini dalam dekapan hangat sang raja tidur Ashura makin nyenyak. Dada Fu Yen cukup tegap untuk dijadikan alas kepala. Ditambah ayunan kereta makin membuai Ashura dalam mimpi berjumpa dengan orang orang terkasih di jaman moderen.
"Yang Mulia..kita sdh tiba di penginapan." Alun melapor tanpa berani buka pintu kerea. Alun tahu diri tak berani ganggu Fu Yen yang tengah memeluk Ashura erat. Alun malu sendiri menyaksikan adegan mesra raja dengan pemuda cantik macam Ashura. Otak Alun pasti berkelana ke mana mana bikin persepsi sendiri.
"Baiklah! Kita istirahat. Jangan panggil aku yang mulia! Cukup tuan saja!"
"Siap tuanku! Apa kita pesan kamar?"
"Ya pesan dua kamar. Pastikan kamar bersih untuk pengawal Shu."
"Bagaimana kalau pengawal Shu satu kamar denganku saja. Kita bisa saling jaga."
"Tak boleh! Sembarangan saja."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
玫瑰
Pasti Alun mengira Fu Shen itu , homoseksual...hahaha
2023-04-09
1
Atik Minarni
ya ampun,,,!!!, ada2 aja kamu alun,,,!!, kena semprot kan,,,,!!!!🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-03-09
1