Ashura mendaratkan kaki ke Bandara International Beijing setelah 7 jam lebih terbang dari Jakarta ke Beijing untuk ikuti pertandingan wushu antar mahasiswa mancanegara. Ashura beserta dua rekan terpilih ikuti kejuaraan ini. Hastomo dan Liem adalah teman Ashura yang terdaftar ikuti langkah Ashura mencoba keberuntungan di pertandingan persahabatan antar mahasiswa seluruh negara dunia.
Liem dan Hastomo terlihat senang dapat datang ke negara tirai bambu yang sekarang menjadi pusat perekonomian dunia. Negara ini mengalami kemajuan pesat sejak membuka tirai bambu menjalin hubungan dengan negara negara dunia. Gedung gedung pencakar langit menjulang angkuh menandai kemakmuran negara itu.
Ketiga anak muda ini tak dapat menyembunyikan rasa kagum pada kemajuan negara raksasa ini. Lingkungan juga bersih dan adem. Wajah penduduk juga ramah. Ketiga remaja ini merasa nyaman walau buta soal budaya negara tirai bambu itu.
Ashura lebih lumayan bisa ngerti bahasa mandarin walau tak fasih. Mamanya sering ajar Ashura bahasa sang mama agar suatu saat Ashura jalan jalan ke kampung sang mama bisa paham bahasa mandarin. Liem dan Hastomo samasekali tak ngerti sedikitpun.
Ketiga remaja ini disambut oleh mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di RRC. Ada dua anak laki berwajah oriental mengangkat nama mereka sambut melambai. LIem langsung kenal kedua anak laki itu karena masih termasuk keluarganya.
"Hai..sini!" seru salah satu anak laki itu dengan suara keras.
"Itu mereka!" Liem mengiringi Hastomo dan Ashura menuju ke arah penjeput mereka.
"Selamat datang ke negara Panda. Aku Leo dan ini Dandy." Leo mengulurkan tangan menyambut ketiga petarung yang bakal bertanding wakili Indonesia.
"Aku Hastomo..ini Liem dan Ashura." Hastomo menyambut uluran tangan Leo dengan hangat.
Leo tersenyum melirik Ashura yang cantik jelita."Liem kan sepupuku. Sudah hampir dua tahun kita tak jumpa. Apa kabar om dan tante?"
"Sehat. Mamamu ada kirim rendang jengkol kesukaanmu. Dibungkus berlapis lapis biar baunya tak ganggu orang."
Semua tertawa dengar Leo doyan jengkol. Bau jengkol yang khas memang sangat mengganggu bagi yang tak suka. Bagi pencinta jengkol bau itu malah menambah nafsu makan.
"Ternyata angin kentut panda tak hilangkan selera orang kampung pencinta jengkol." olok Dandy buat suasana tambah relax.
"Kalian tak tahu rasa jengkol yang sangat nikmat. Lebih nikmat dari lobster. Cobalah rasa! Ntar kita makan di rumah. Ayo kita pulang!" ajak Leo sambil meraih koper Ashura. Leo mau perlihatkan sisi gentle dia sebagai cowok.
"Emang kita mau tinggal di mana?" tanya Hastomo penasaran.
"Untuk sementara kalian nginap di tempat kost kami dulu. Besok kami antar ke mess tempat kumpul para atlit. Ashura tak keberatan kumpul sama kami kan? Yakin kami pejantan manis. Tidak neko neko." sahut Leo berusaha manis.
"Tak masalah. Aku percaya pada kalian. Oya aku pingin banget main ke forbidden city. Apa jauh dari sini?" Ashura menyahut tak kalah manis.
"Tak terlalu jauh sih! Cuma apa kalian tak capek? Gimana besok saja." tawar Leo
"Bukankah besok kami sudah harus masuk mess? Mana bisa keluar lagi. Siap tanding juga langsung pulang."
Leo memandang Liem dan Hastomo minta pendapat permintaan Ashura. Kedua cowok itu juga tak dapat beri pendapat. Kalau sudah masuk mess tidak mungkin mereka bisa bebas. Pelatih mereka pasti akan paksa mereka berlatih jelang pertandingan. Pelatih mereka udah duluan datang untuk membereskan segala prosedur agar anak anak tiba semua sudah teratasi.
"Ash..kau yakin masih mampu jalan?" tanya Liem lembut
"Jalan ya bisa. Emang gue cacat?" ketus Ashura membuat semua tersenyum. Liem sudah salah beri pertanyaan. Pantes Ashura jadi ketus.
"Sori..maksud gue apa tak capek? Kita bisa datang setelah pertandingan selesai. Pak Wongso pasti akan ijinkan kita jalan jalan. Dia kan tahu kita tak mungkin pulang tanpa bawa kenangan indah."
"Itu kalau kita menang. Kalau kalah pasti diseret pulang kayak kuda kalah lomba." rengut Ashura tetap kekeh pingin ke tempat wisata terkenal sampai ke seluruh dunia itu.
"Okelah kalau kamu berkeras mau pergi! Aku mau istirahat saja. Mungkin Leo dan Dandy mau kawal Ash pergi jalan jalan. Siapa tahu dia ketemu raja ganteng mau peristeri gadis bertangan besi." ujar Liem tak mau berdebat dengan gadis berkepala batu macam Ashura.
"Gini saja. Dandy antar Liem dan Hastomo biar kuantar Ashura jalan jalan ke Forbidden City. Kalian langsung pulang ke apartemen kami. " Leo ambil jalan bijak yang bisa senangkan teman baru mereka.
"Aku ikut jalan jalan sama Ashura dan Leo. Ini kesempatan bagus bisa lihat kota terlarang." Hastomo memilih ikut Ashura daripada ikut Liem pulang kostan Leo.
"Gak asyik..ya sudah kita pergi bersama! Tapi janji jangan lama! Aku pernah dengar cerita seram dari nenekku kalau ada orang nyasar di kota itu dan hilang. Sampai sekarang gak ketemu. Katanya diculik penghuni kota terlarang." Liem takuti Ashura agar batalkan niat ngelayap begitu tiba di negara panda ini.
"Penghuni sono tak suka padaku. Katanya gue judes suka gampar laki asal cuap. Apalagi cowok pengarang kisah bebas. Harus dibasmi." kata Ashura dengan gaya yakin akan hajar orang bikin cerita palsu.
"Pantes kau tak punya pacar Ash..salah omong wajah pindah belakang." Liem bergidik membayangkan tinju Ashura tak kalah sama cowok. Di kampus mana ada laki berani ganggu Ashura walau dia cantik. Ashura tak ada sifat feminim sedikitpun. Bahkan cowok pun kalah darinya soal ilmu bela diri.
"Makanya punya mulut dibawa kuliah biar tahu cara omong yang baik. Kapan kita berangkat? Ntar sudah malam pula." Ashura sudah tak sabar ingin melihat peninggalan bersejarah yang sangat terkenal itu.
Liem tahu Ashura sedang kesal padanya karena tak mau kerja sama ajak dia main ke tempat yang diidamkan sejak dulu. Liem memilih bungkam ikuti selera gadis muda ini. Ashura satu satunya gadis di situ jadi pantas dimanja dikit. Manalagi Ashura punya tampang sangat menarik perpaduan antara oriental dan bule.Bibir Ashura saja mampu menggoda setiap laki ingin ********** dalam dalam.
"Ok deh! Kita berangkat ke Forbidden City. Tapi janji takkan lama ya. Aku diberi tanggung jawab jaga kalian sebelum masuk mess. Aku harus rawat kalian bayi bayi tua." ujar Leo melangkah duluan ke arah parkiran mobil.
Yang lain ikut dari belakang tanpa komentar lagi. Ashura paling puas karena niatnya dipenuhi teman baru penuh pengertian macam Leo. Mata gadis ini bersinar terang tanda puas.
Leo menjalankan mobil setelah koper koper berpindah ke bagasi belakang. Ashura duduk di depan bersama Leo yang bertindak sebagai supir. Mata indah Ashura jelatan menatap bangunan pencakar langit aneka model. Sungguh pemandangan mengagumkan memanjakan mata.
"Apa kalian betah tinggal di sini?"tanya Ashura pada Leo dan Dandy.
"Yang namanya menuntut ilmu ya harus sabar. Gimanapun tetap enakan di kampung sendiri. Ada keluarga sendiri dan teman teman satu geng." sahut Leo mengenang orang tua di tanah air.
"Iya..paling nyaman bersama keluarga. Apa kalian tak punya teman di sini?"
"Punya dong! Cuma kadang kultur kita tetap beda. Pergaulan sini lumayan bebas. Pacaran saja boleh tinggal serumah tanpa ikatan perkawinan. Tapi tak semua gitu. Ada juga yang masih kolot. Itu biasa dari keluarga pedesaan."
Asura mangut mangut dengar penjelasan Leo."Sebenarnya di mana saja sama. Apa di Jakarta tidak gitu? Kan ada juga yang kumpul kambing."
"Kumpul kebo non..kok jadi kambing?" sanggah Liem karena istilah Ashura tak tepat sasaran.
"Kebo kegedean untuk orang timur. Orang timur postur tubuh mungil tak cocok disebut kebo. Mending kambing..pasti kambing bandot." Ashura tak mau kalah melawan Liem.
Semua tertawa dengar debatan Ashura dan Liem yang lucu. Keduanya tak pernah akur kalau berdebat. Ada saja ulah Liem buat Ashura kesal. Liem suka sekali goda Ashura yang berdarah panas. Mereka kuliah di universitas sama tapi beda jurusan. Liem ambil jurusan teknik sipil sedangkan Ashura ambil jurusan agro teknologi. Hastomo mahasiswa jurusan ekonomi. Mereka sering bertemu karena latihan bersama. Mereka adalah atlet wushu yang lumayan handal. Liem dan Hastomo sudah beberapa kali ikut kejuaraan international. Sedangkan Ashura hanya kejuaraan nasional namun Ashura lebih top di olahraga taekwando. Ashura suda beberapa kali ikut kejuaraan nasional maupun internasional. Ashura punya rekam jejak bagus di bidang bela diri ini.
"Ash..kayaknya energimu over dosis. Kok gk ada capeknya?" tanya Hastomo kagum melihat wajah Ashura tetap cerah tak perlihatkan rasa lelah walau telah lama lakukan perjalanana.
Ashura melempar senyum lucu pada Hastomo."Aku telah bertapa selama sebulan agar tetap fit walau berada di kampung orang. Lain dengan tetanggaku yang lebih banyak keloni kucing garong. Saking banyak kucingnya ampe capek sendiri."
"Tetangga??? Siapa? Apa kami kenal tetanggamu." tanya Hastomo sok lugu.
"Kenal juga. Orangnya usil bin songong. Selalu narsis sok cakep. Tapi kata mbok Yem tetanggaku tuh letoy! Susah bangun pagi, malas mandi, dan malas sikat gigi."
Hastomo langsung tahu siapa yang dimaksud Ashura. Tak urung Hastomo terkekeh dengar ada orang segitu malas. Liem yang merasa tersindir memasang muka masam. Liem tak mau menyahut kata kata Ashura karena tahu pasti akan permalu diri sendiri. Rumah Ashura dan rumah Liem berdempetan. Semua kegiatan keduanya terekam jelas di wajah masing masing. Ashura sangat hafal tabiat buruk Liem begitu juga sebaliknya.
"Apa tetanggamu itu suka puji diri sendiri keren?" pancing Leo tahu siapa sosok dalam obrolan Ashura.
"Betul..Leo juga kenal orang stress edisi terbaru ya. Nyatanya kondang toh!" sindir Ashura senang Liem mati kutu.
"Kok laler berdengung terusan ya! Mungkin ketelan banyak sampah." ucap Liem mulai terpancing.
"Laler dengung karena lihat ada sampah bau busuk. Apa mau didekati gk iya. Kayaknya laler berat hati cium bau busuk."
"Kau..." desah Liem jengkel digoda terus oleh Ashura. Ashura melelet lidah buat Liem mendengus kasar.
Yang lain hanya tertawa kecil melihat dua musuh buyutan saling serang. Hastomo sudah terbiasa hadapi kekonyolan dua insan paling songong itu. Tiap hari bertengkar tanpa lihat tempat. Nyatanya di luar negeri juga masih terbawa sifat buruk dua musuh ini.
"Oya apa kalian tak lapar?" Tanya Dandy alihkan pembicaraan biar suasana tak panas lagi.
"Sudah makan di pesawat tadi." sahut Ashura.
"Makan sekutil gitu bisa kenyang? Makananmu tak habis. Kau pasti lapar..cewek gembul macam kamu tak lapar?"sanggah Liem cepat.
"Cie cie..nyatanya perhatian toh! Mulut marahan tapi hati tersimpan sejuta puisi indah." olok Leo melihat Liem perhatian pada Ashura. Mereka selalu bertengkar tapi Liem tetap perhatian pada musuh tersayang itu.
"Puisi sejuta ******. Busuk amat niat ente mau gue jadi gentong lemak. Biar ada bahan baru dalam topik perang kita? Gak usah mimpi lihat gue terbalut segunung lemak." Ashura berkelit dengan kesal.
"Stop bertengkar. Kita sedang berlibur sesaat. Nikmati dulu pemandangan kota Beijing. Ntar kalian boleh lanjut." lerai Leo tak biarkan Liem dan Ashura berdebat terusan.
Ashura membuang muka ke jendela mobil menahan diri agar jangan kesal lagi pada Liem. Liem tetap santai tak terpengaruh ocehan Ashura. Melayani Ashura bertengkar malah jadi hiburan buat Liem. Sehari tak bertengkar serasa ada yang kurang dari hidup. Seperti lauk tanpa rasa garam. Hambar. Ashura seperti magnet buat Liem. Selalu menarik Liem untuk dekat. Liem merasa Ashura merupakan bagian dari cerita hidupnya. Tetap harus muncul dalam suasana apapun.
Ashura si tomboy yang sangat cantik. Anak semata wayang keluarga kaya raya tetangga LIem. Liem yang mengawasi Ashura dari kecil hingga tumbuh jadi gadis menarik. Sifat keras Ashura membuat dia selalu menentang Liem. Ada saja ulahnya bikin Liem naik darah. Walau mereka tiap hari berseteru namun Liem sangat sayang pada Ashura. Liem selalu jaga Ashura walau tak disadari gadis berjiwa laki itu.
Waktu Ashura masuk kuliah Liem meminta gadis itu ambil jurusan akuntansi ataupun ekonomi agar gadis itu bisa santai kuliah. Namun cerita melenceng jauh dari harapan. Ashura dapat undangan kuliah di agro teknologi di universitas sama dengan Liem. Tanpa pikir panjang Ashura langsung terima tanpa test lagi. Ashura diterima murni karena kepinterannya. Di usia relatif muda Ashura sudah selesaikan kuliah tinggal wisuda saja. Liem duluan kuliah tapi selesainya hampir bersamaan. Ini membuktikan betapa licinnya otak gadis tomboy ini.
"Dia tertidur." bisik Leo melihat Ashura telat lelap dalam mimpi. Wajah manis itu tampak damai dan lugu tanpa sentuhan make up. Wajahnya demikian sempurna apa hasil operasi plastik? Leo memberi dugaan ini karena gadis sekarang selalu tampk cantik hasil olahan alat kecantikan juga operasi plastik. Yang pesek bisa jadi mancung bak dasun tunggal hidungnya."Apa dia cantik dari kecil?"
"Iya..waktu kecil lebih cantik. Dulu dia begitu manis dan patuh. Sudah gede seperti singa liar."sahut Liem mengenang Ashura kecil yang lucu.
"Artinya cantiknya dia alamiah ya! Sungguh beruntung cowoknya kelak. Cantik berprestasi." Leo melirik Ashura yang makin terbuai mimpi.
Liem tertawa dengar Leo memuji Ashura setinggi langit. Leo tak tahu kalau Ashura bukan gadis manis sok manja. Ashura mandiri tak suka diatur. Tak jarang dia hajar laki yang isengi dia. Bahkan ada yang patah patah dihajar Ashura gara gara colek pantat bahenol nya.
"Kau tak kenal dia. Dia tak semanis seperti bayanganmu. Dia punya sabuk hitam. Aku saja sering dihajarnya sampai babak belur. Dia cocok jadi pacar Mike Tyson." kata Liem sambil melirik Ashura yang hanya dapat terlihat wajah dari kaca pion depan mobil. Wajah itu damai tanpa tatapan setajam mata elang incar mangsa.
"Kayaknya ente kenal baik gadis cantik ini." kata Dandy colek pinggang Liem.
"Kenal baik. Pergi kuliah naik motor kawasaki ninja. Padahal di rumah berjejer mobil mewah. Kalau hujan nebeng sama aku. Itupun tanpa terima kasih. Malah aku jadi bulan bulanan dia. Selalu lapor pada orang tuaku aku bully dia. Padahal akulah victim." keluh Liem muram durja.
"Tapi kamu suka kan di bully Ashura? Kayaknya kamu sengaja cari perhatian Ashura." timpal Leo mengulum senyum.
"Ini benaran musuh dalam cinta.!" gurau Hastomo.
"Aku lebih cepat stroke kalau punya pacar ginian. Salah omong dihajar sampai pingsan." keluh Liem namun hati bergetar.
"Buat aku saja. Aku pasti bisa jinakkan singa liar nan manis. Dia akan patuh. Akhir tahun ini aku sudah selesai kuliah. Aku akan berusaha dampingi singa manis ini." Dandy utarakan niat dekati Ashura. Mencoba mencari cinta pada gadis semanis Ashura takkan rugi. Ashura cantik dan pinter. Wajar kalau Dandy tertarik.
Liem menahan nafas dengar niat Dandy mau coba jalin hubungan sama gadis yang dijaganya dari kecil. Hati Liem terasa pedih bak lambung digerus pisau silet. Tapi apa hak Liem larang cowok dekati Ashura. Dia juga bukan pacar Ashura. Hanya tetangga dekat.
"Coba saja! Siapa tahu kamu beruntung? Semoga tak dapat zonk saja. "
"Doain ya!" pinta Dandy semangat.
Nyes. Hati Liem bagai ditimpa balok es. Dingin membeku. Liem tak rela Ashura dipacari siapapun. Liem juga sayang pada musuh abadinya itu.
"Aku tak percaya kau rela Ashura pindah tangan. Sekarang hatimu pasti sedang komat kamit berdoa agar Dandy gk jadian sama singa kecilmu." olok Leo tahu wajah LIem berubah warna tatkala Dandy katakan niat kejar Ashura. Jelas Liem suka pada Ashura namun tak berani ungkap perasaan pada gadis cantik itu.
"Terserah Dandy mau tembak Ashura. Bagiku dia tetap adik sekaligus musuh buyutan." Liem masih berusaha bertahan dengan argumentasi ambigunya.
"Ya sudahlah! Kami dukung kau Dan. Kau jangan gantung diri di batang mawar ya. Kagak mati malah tertusuk duri. Sakit.." ejek Leo senang lihat saudara sepupunya kesal.
"Cobalah dekati singa liar ini! Kujamin kamu akan kena serangan jantung permanen."Liem berusaha santai walau dalam hati sudah membara. Mau marah tapi tak ada sela. Orang dia sendiri tak mengakui suka pada Ashura. Wajar kalau Dandy maju menaklukkan makhluk terindah di dunia ini.
Tiba tiba Ashura menguap besar. Tak ada tanda tanda sok imut. Gayanya alami tak peduli tatapan heran para pejantan. Gadis muda tapi kok kayak anak laki. Tak ada sisi feminim sedikitpun.
"Sudah sampai?" tanya Ashura sambil mengucek mata tanpa takut merusak bulu mata. Kalau bulu mata Ashura palsu pasti tak berani seenak perut kucek mata. Ini malah santai saja kucek kucek mata indah itu. Dandy langsung beri satu point lagi untuk kecantikan alami Ashura. Pacaran sama gadis ini pasti tak butuh biaya besar karena tak pakai make up. Beli make up butuh biaya lumayan apalagi alat make up branded.
"Hampir..tuh sudah nampak bangunannya."Leo menunjuk bangunan warna merah bercampur orange. Warna merah adalah warna kesukaan orang China yang konon katanya bawa hoki alias rezeki.
Wajah cantik Ashura langsung berubah cerah bak bunga baru mekar di musim semi. Padahal musim semi masih lama karena sekarang sedang musim gugur yang akan menyambut musim dingin.
"Wah..sesuai gambaranku. Apa kita boleh berfoto?"
"Tentu saja nona cantik. Kau bisa foto sepuasmu. Kau bisa berfoto dengan tetangga usil bin songong. Buat kenangan kalian pernah berdamai." olok Leo sambil umbar senyum pada Ashura.
Ashura terpancing menoleh melihat Liem yang pasang wajah sok tak peduli padahal dalam hati bersorak bisa foto bersama dengan musuh tersayang.
"Ogah..ntar kameraku rusak kena virus orang usil."
"Siapa lagi mau foto sama kamu? Nanti dikira berfoto sama singa nyasar." balas Liem tak mau jatuh pamor.
"Sudah..jangan tengkar lagi! Nanti malah jadi suami isteri. Antara benci dan cinta itu tercatat masih tetangga. Ya seperti kalian ini. Tiap hari bertengkar tapi selalu bersama." Hastomo melerai sekaligus beri pandangan sederhana hubungan aneh dua makhluk beda jenis itu.
"Cis..hanya orang ngantuk mau jadi isteri orang kanibal." Ashura buang muka tak mau punya ekspresi oleh kata kata Hastomo.
Sementara itu Leo sudah memarkir mobil di pelataran parkir khusus mobil. Suasana tak begitu ramai. Hanya ada beberapa mobil pribadi serta tiga mobil besar yang kelihatannya milik travel wisata. Kalau penumpang mobil travel itu penuh berarti pengunjung lumayan ramai.
"Ok..kita turun. Aku akan beli tiket masuk. Kalian tunggu sini ya!" Leo segera keluar dari mobil menuju ke loket penjualan tiket.
Ashura melemparkan pandangan kebangunan serba merah itu dengan tatapan kagum. Ternyata orang jaman juga punya teknologi tinggi membangun bangunan cukup kokoh. Terbukti sudah ratusan tahun berlalu namun bangunan itu tetap berdiri angkuh mengajak orang penasaran.
"Orang jaman sangat hebat. Tanpa alat berat bisa bangun bangunan seindah ini. Apa mereka punya ilmu sihir sulap bangunan ini dalam semalam?" gumam Ashura ntah pada siapa.
"Terlalu banyak nonton film fiksi hingga otaknya bergeser. Ini harus dibawa ke bengkel di ketok magic." sahut Liem mengundang tawa yang lain.
Ashura melotot perlihatkan mata bulenya kebiruan. Liem bukannya takut tapi malah terkesima lihat pancaran bintang di mata itu. Sungguh indah seperti telaga biru berkilauan.
Hastomo tersenyum melihat cara Liem menatap Ashura. Dari tatapan itu mengandung makna dalam. Hanya Liem sendiri mampu urai makna tatapan penuh arti itu.
"Apa lihat lihat? Mau punya bakpao di kepala?"ketus Ashura buat LIem tersadar dari pesona mata Ashura.
"Sudah Liem! Diam saja kenapa? Jaga suasana hati. Kita perlu ketenangan untuk bertanding. Apa tak capek tengkar terusan.?" Lagi lagi Hastomo lerai.
Ashura mainkan kaki tak peduli pada Liem lagi. Ashura pingin cepat cepat masuk ke istana terlarang sebelum hari sore. Jam tiga lebih Istana bakal ditutup untuk hindari berbagai masalah. Konon katanya menjelang senja akan muncul suara suara aneh di sekeliling istana. Benar atau tidaknya pihak pengawas istana menjaga segala kemungkinan memilih menutup museum untuk keselamatan pengunjung.
Leo kembali bawa beberapa tiket. Ashura senang bukan main sampai loncat loncat mirip kelinci lagi diberi hadiah wortel segar.
"Ayok masuk! Jangan jalan sendiri! Bisa tersesat. Eh..Ash..ranselmu bisa ditinggal dalam mobil saja."
"Biar kubawa. Hanya barang pribadi. Tidak berat kok."
"Isinya paling sabun mandi, sikat gigi, odol dan permen milkita lolipop. Ya kan?" olok Liem buat Ashura kembali panas. Ada saja tingkah LIem goda Ashura agar tetap on.
"Tau banget isi ransel Ashura. Kalian sebenarnya cocok pacaran. Saling kenal sifat masing masing." ujar Leo takjub Liem tahu isi ransel Ashura. Ini artinya kedua orang ini saling memahami. Tapi kenapa selalu bertengkar tak akur. Apa ini cara ungkap rasa sayang model kekinian?
"Salah banget. Isi tas gue ini cabe level 30. Mau sumbat mulut bawel. Ayoklah Leo! Ntar belum jalan sudah diusir."
"Yok!" Kelima remaja ini melangkah masuk ke dalam istana terlarang.
Hati Ashura terasa dingin plus deg degan seolah ada sesuatu sedang mengintainya. Ntah kenapa muncul rasa takut waktu masuk ke dalam. Padahal dia paling menggebu pingin cepat masuk dalam istana. Bulu kuduk Ashura merinding tanpa sebab.
"Ash..kau kenapa?" tanya Liem lembut melihat reaksi aneh Ashura begitu masuk komplek istana.
"Perasaanku aneh seolah diintip orang."
"Perasaanmu saja. Aku cuma bercanda tadi kok. Tak ada masalah di istana ini. Ayo cepat foto biar kita pulang ke rumah Leo." Liem berubah lembut untuk tenangkan hati Ashura.
"Ok..kau foto aku ya!" Ashura menyerahkan hpnya pada Liem.
Liem tentu saja dengan senang hati bantu Ashura. Biarpun sering berantem tapi mereka adalah sepasang sandal yang selalu bersama. Liem mana mau tinggalkan Ashura jalan sendiri walau ada Leo dan Hastomo. Liem tetap ingin kawal Ashura selamat pergi juga selamat pulang.
Ashura asyik berfoto melupakan perasaan ganjil di hati sesaat masuk istana. Kini perasaan itu berangsur sirna karena gembira melihat peninggalan kuno dan bisa berfoto ria. Tak lupa mereka selfie untuk jadi kenangan di kemudian hari.
Hampir satu jam berputar putar Liem dan Hastomo merasa lelah. Mereka baru turun pesawat setelah tujuh jam lebih mengeram dalam pesawat disambung putar putar di istana terlarang. Tak urung rasa penat datang menyapa.
"Kita istirahat sebentar di cafe kopi dulu Ash..energie dah lowbat." pinta Liem merasa tak kuat lagi.
"Kalian ke sana saja. Aku mau foto gambar gambar di tembok sono. Tuh dekat!" Ashura menunjuk tembok berukir naga serta macam macam gambar.
Liem mengangguk karena jaraknya cuma sekitar sepuluh meter. Dari cafe Liem masih bisa pantau bayangan Ashura. Tak ada rasa cemas mengingat semua aman terkontrol.
"Pergilah! Jangan jauh ya! Habis itu kita pulang. Aku pingin bobok."
"Terima kasih!" Ashura berseru girang karena Liem tak banyak kasih ceramah kali ini. Gadis cantik ini langsung berlari kecil menuju ke arah tembok berukir aneka gambar indah indah.
Keempat laki mencari tempat nongkrong lepaskan penat setelah capek keliling istana. Liem pingin minum kopi untuk hilangkan rasa lelah juga ngantuk kelas tinggi. Mereka dapat cafe terbuka yang memang untuk wisatawan ambil masa rehat. Suasana santai karena pengunjung tak begitu ramai. Mungkin orang masih takut keluar karena pandemi covid.
Dandy memesan teh dan kopi sesuai keinginan masing masing. Tradisi orang China adalah minum teh. Mereka suka habiskan waktu minum teh bersama teman maupun keluarga. Hidangkan teh bagus juga termasuk penghormatan pada tamu yang berkunjung.
"Liem..kau betulan tak ada signal untuk Ashura?" tiba tiba Leo tanya sambil melayangkan pandangan pada Ashura yang sibuk mengamati ukiran di tembok.
"Maksudmu apa?"
"Kulihat kau sangat perhatian pada musuh terindahmu. Gk mungkin kau tak cinta Ashura. Setiap sudut matamu penuh Ashura." tembak Leo analisa perasaan Liem pada Ashura.
"Sok tau..aku lihat dia tumbuh sejak kecil. Kami selalu bersama dari kecil. Mungkin rasa sayangku sebatas abang sama adek." kilah Liem masih kekeh tak mau akui rasa suka pada Ashura.
Leo mangut mangut."Kau akan nyesal kalau Ashura diembat orang. Kau boleh bilang apa saja tapi kulihat pancaran cinta di matamu. Dia boleh galak tapi dia adalah gadis pinter juga tegas. Kalau kau yakin tak ada apa apa sama Ashura. Aku dan Dandy akan bersaing cari rebut Ashura. Ente jangan nangis darah ya!"
Liem tertawa pahit. Menahan Ashura tetap di sampingnya adalah jalan terbaik sampai gadis tomboy itu sadar kalau dia juga seorang perempuan. Liem mau Ashura sendiri menyerah padanya dan tak bully dirinya lagi. Kedua orang tua Liem juga sangat sayang pada Ashura. Kadang Liem bertanya siapa sebenarnya aak keluarga Liem. Ashura atau dirinya. Ashura selalu dimanja keluarganya.
"Ashura takkan jauh dariku. Itu janjiku!"cetus Liem buat Leo dan yang lain tertawa ngejek. Kata kata Liem sama saja akan jadikan Ashura pendamping hidup. Mana mungkin teman biasa bisa bersama selamanya. Hanya pasangan sejati bisa bersama sampai akhir hayat.
"Ocehan orang songong. Pantes Ashura sebut kamu orang songong kelas wahid. Nyatanya bener toh!"
"Sudahlah Liem! Akui saja kau suka pada singa imutmu. Ngaku saja kok susah. Kami takkan bangun menara cinta lagi kalau ente sudah duluan buat fondasi kuat. Bangun yang kuat biar anti gempa dan tsunami." olok Hastomo buat Liem malu malu kucing.
"Dasar musang berkulit buaya. Tak tahu malu.." sindir Leo kesal pada Liem tak mau akui perasaan pada Ashura secara gentle.
"Kalian tak tahu hubungan kami yang rumit. Ashura bukan gadis yang gampang dirayu. Dia punya segalanya. Tampang ok, materi berlebihan, otak bersaing sama Thomas Alfa Edison. Kekurangannya cuma tak lembut layak gadis lain. Bersamanya kita jadi kerdil. Dia yang lindungi kita. Kita seperti orang bodoh kalau bersamanya."
"Oooo..minder ceritanya! Cari kelemahannya. Pasti ada..di situ kamu bisa mulai jurus ampuh lindungi gadis terindah." Leo kasih saran buat Liem agar punya nyali kejar Ashura. Leo tahu Liem cinta pada Ashura namun ketangguhan gadis ini buat laki ganteng itu segan melangkah lebih jauh.
"Kita lihat nanti. Biarlah semua berjalan seperti biasa! Yang penting dia tetap di sisiku sampai dia tahu siapa yang paling cocok untuk dampingi dia. Kuharap jangan ada yang suka padanya! Ini melanggar kode etik persahabatan."
"Parah kau Liem. Cinta tapi tak berani ngaku cinta pada Ashura"
Liem masem masem digoda Leo. Hatinya dikit lega sudah keluarkan sedikit unek-unek yang selamanya ini tersimpan rapat di hati. Dukungan para sahabat menambah rasa percaya diri Liem untuk menyatakan isi hati pada Ashura.
"Liem.."seru Dandy tiba tiba."Singa mu menghilang." Dandy panik tak melihat Ashura di sekitar tembok ukiran.
Liem tersentak kaget tak menemukan Ashura di sekitar tembok. Padahal tadi jelas jelas Ashura sedang foto foto di sekitar tembok. Liem auto panik berlari ke arah tempat Ashura berfoto. Ketiga teman Liem tak kalah kaget. Sebentar lagi istana terlarang akan ditutup. Kalau Ashura sempat pergi masuk lebih jauh tentu sangat sulit menemukannya.
"Gila nih anak! Sudah dibilang tak boleh jauh dariku. Selalu cari masalah buatku. Tolong bro! Kita pencar carinya! Kalau dapat akan kuikat kakinya." repet Liem kesal tingkat dewa.
"Kubayar minuman dulu. Kalian jalan dulu. Atau kita lapor pada pengawas istana." Leo keluarkan ide.
"Cari dulu bro! Mungkin masih sekitar sini. Kalau belum dapat baru kita lapor."
"Sip sip.." Leo pergi bayar minuman mereka lalu bergegas bergabung cari Ashura.
Liem nyesal sudah ijinkan Ashura jauh darinya. Dari dulu Ashura selalu dekatnya dan mudahan belum pernah terjadi hal tak diinginkan. Semoga Ashura jalan tak jauh dari lokasi mereka tadi.
Dandy dan Hastomo cari arah timur sedangkan Leo dan Liem cari sebelah barat. Dalam hati terpanjat doa semoga Ashura tak nyasar jauh biar tak susah cari.
Hati Liem benar benar hancur membayangkan kalau terjadi sesuatu pada Ashura. Bagaimana jelaskan pada orang tua Ashura. Gadis itu adalah pewaris tunggal beberapa perusahaan besar milik keluarga Hanggara. Secara tak langsung akan jadi beban moral bagi Liem walau memang bukan sepenuhnya salah dia.
Ingin sekali Liem menangis karena sudah putar putar tak menemukan Ashura. Leo ikut susah hati karena dia juga lengah tak pantau Ashura. Wajah Liem berubah pucat pasi tak nampak bayangan Ashura di manapun.
"Telepon Dandy! Mungkin sudah ketemu." kata Liem pada Leo yang juga bingung.
"Ya ya ya.." Leo mengeluarkan hp mencoba cari tahu pada Dandy tentang Ashura.
Liem melihat guratan kecewa di mata Leo. Tak ditanya Liem sudah tahu jawaban Ashura belum ditemukan.
"Kita lapor saja Leo..nanti kan ada operator umumkan siapa yang dicari. Ashura ngerti bahasa mandarin kok."
"Okelah! Yok kita jalan."
Di tempat lain Ashura masuk ke satu kamar seperti diiring ke situ. Suasana kamar kuno itu terasa dingin membeku pancarkan aura tak sedap. Ashura merasa ada yang tak beres dalam kamar kusam ini. Mata Ashura bermain liar cari sesuatu yang bisa menarik perhatiannya. Tak ada yang menarik selain aura seram. Ashura cepat cepat ambil langkah seribu sebelum mati ketakutan.
Begitu Ashura mau keluar pintu papan itu tertutup sendiri. Ashura menjerit kaget hampir nangis saking kaget.
Keheningan membungkus ruangan lembab itu. Suasana makin seram karena pintu tertutup otomatis makin gelap. Ashura meremas tangan sendiri saking takutnya.
"Nona.."suara lembut dari belakang nyaris copotkan jantung Ashura.
Ashura balik badan menemukan seorang wanita muda berpakaian ala gadis kuno tersenyum ramah padanya. Wajahnya agak pucat walau cantik. Bibirnya pucat seperti orang kekurangan darah.
"Siapa kamu?"tanya Ashura bergetar.
"Aku adalah kamu. Kamu adalah reinkarnasiku dari masa lampau. Kau harus menolongku sekarang."
"Apa maksudmu? Aku adalah kamu di masa depan?"
Wanita itu mengangguk jelas sambil berjalan dekati Ashura. Ashura yang mundur saking takut. Kalau wanita ini datang dari masa lalu berarti sudah meninggal dan pastinya arwah penasaran.
"Jangan takut! Aku tidak jahat hanya ingin menuntut keadilan atas kematianku. Aku dibunuh tanpa alasan jelas. Sekarang kedua pelayanku terancam hukuman mati dituduh bunuh aku. Kau harus bantu mereka. Mereka tak tahu apa apa hanya dijadikan kambing hitam."
"Apa yang bisa kubantu?" tanya Ashura ngeri ngeri sedap.
"Duduklah! Kamu masih termasuk keturunan keluarga Wang. Kita adalah keturunan kerajaan Chau yang menguasai padang rumput. Di usiaku 15 tahun aku dibawa ke istana untuk dijodohkan pada raja muda Liem Fu Yen. Karena umurku belum cukup maka aku hidup terasing di istana terpencil. Aku hidup dalam kesepian bertahun tahun hanya ditemani dua pelayan setia."
"Lalu kenapa kau meninggal?" Ashura mulai tertarik pada kisah hidup wanita malang itu. Rasa takut berangsur sirna karena hantu di depannya tak seseram dalam film horor. Malah suara lembut wanita itu bikin hati adem.
"Aku adalah putri kerajaan sahabat maka kesempatan aku jadi ratu sangat besar. Beberapa bulan lagi raja muda akan pilih ratu juga selir agung maka aku dilenyapkan agar tujuan orang tamak itu berhasil."
"Apa kamu sering bersama raja cabul itu?"
"Tak pernah. Aku terasing di istana paling sepi. Mungkin raja sudah lupa punya calon selir macam aku. Aku tak cantik juga tak pandai ambil hati raja macam selir selir lain."
"Apa yang bisa kubantu?"
"Kau pura pura jadi aku dan balaskan dendamku agar arwahku bisa tenang."
"Wajah kita tak begitu mirip. Siapa percaya kita itu orang sama."
"Selama ini tak ada orang pernah lihat wajahku karena aku memakai cadar. Bahkan kedua pelayanku juga tak kuijinkan lihat wajahku. Kami orang padang rumput memang bercadar karena tradisi. Sebelum menikah tak boleh perlihatkan wajah untuk umum. Kalau sudah nikah baru boleh buka cadar. Kurasa itu bukan masalah penting. Yang penting kau bersedia tidak balaskan dendamku."
"Aduh gimana ini? Aku gak ngerti kultur kalian dan buta soal dirimu walau sudah tahu sekilas. Aku bisa apa?"
"Aku akan tinggalkan seluruh ingatanku padamu. Kau akan paham tentang aku dan semua yang ada padaku. Kamu akan tahu sendiri semua yang pernah aku alami asal kau janji bantu aku. Setelah selesai tugasmu kau akan kembali ke abad mu."
"Kau janji akan kembalikan pada keluargaku sekarang kalau aku berhasil balas dendammu?"
"Aku janji. Aku bernama Wang Shu Rong. Sekarang umurku 18 tahun. Pelayanku bernama Siau Yin dan Siau Muk. Ayin itu gadis dan Amuk itu laki. Keduanya anak baik. Umurnya mungkin lebih tua dikit dari kita. Yang lain aku akan masuk dalam memorimu biar kau bisa ngerti tentang jalan hidupku. Kau anak pinter maka aku sengaja bawa kau ke zaman ini."
Ashura sudah berani dekat dengan hantu dari abad lalu. Shu Rong tidak seram seperti kata orang kalau hantu itu seram. Mata merah darah, gigi taring untuk isap darah. Semua itu bohong. Shu Rong malah manis dan lembut.
"Aku akan bantu kamu tapi janji kembalikan aku ke zaman setelah tugasku selesai."
"Aku jamin. Tapi kamu harus hati hati terhadap ibu ratu dan ibu suri. Mereka berencana naikkan keluarga masing masing agar bisa jadi ratu. Kemari Kan tanganmu agar semua ingatanku pindah kepada kamu."
Ashura ragu ragu untuk ulurkan tangan. Bagaimanpun Ashura masih takut terlempar ke masa yang bukan masanya. Dia terbiasa hidup bebas di abad atom. Apa sanggup hidup di jaman serba kekurangan ini. Namun Ashura kasihan juga pada Shu Rong yang mati dibunuh. Kini ada dua manusia terancam hukuman atas perbuatan orang jahat. Jiwa muda Ashura terpanggil untuk bela keadilan bagi orang kecil.
"Nona..aku tak berniat buruk padamu. Aku akan lindungi kamu selama hatimu tak jahat." Shu Rong yakinkan Ashura kalau dia bukan hantu jahat.
Ashura menghela nafas tak tahu harus bagaimana. Kalau dia terima berarti untuk selama ini dia akan dinyatakan hilang di istana terlarang. Lalu bagaimana Liem dan Hastomo juga pertandingan wushu nya?
Liem pasti sedang bingung mencarinya. Hati Ashura terasa sedih harus berpisah dengan Liem walau hanya untuk sementara. Ashura sudah terbiasa bersama Liem. Tanpa laki itu hati Ashura jadi kosong.
"Bagaimana kawanku di abadku?"
"Tak masalah. Kau akan kembali secara alami kalau tugasmu selesai. Waktu kita tak banyak nona. Sebentar lagi kedua pelayanku akan dipenggal. Coba kau pikir dua insan tanpa salah dibunuh tanpa dosa."
Ashura terduduk lemas tak berdaya. Ikut Shu Rong berarti korbankan perasaan Liem, minta kembali ke abadnya artinya ada dua manusia tak berdosa akan menemui ajal. Ashura jadi dilema tak tahu harus pilih mana.
"Aku boleh pamitan pada kawanku dulu?" tanya Ashura lugu.
Shu Rong tertawa kecil."Tidak. Kamu sudah masuk alam kami tak mungkin pulang segampang itu. Percayalah! Aku akan urus temanmu. Aku akan masuk mimpinya kasih tahu kamu berada di tempat aman. Kemari Kan tanganmu!"
Ashura menatap Shu Rong tanpa daya. Tangan Ashura bergerak sendiri masuk dalam genggaman Shu Rong. Tangan itu dingin melebihi es batu. Ashura bergidik merasakan betapa dinginnya tangan hantu baik itu.
Kepala Ashura langsung dipenuhi berbagai macam kenangan memori Shu Rong. Satu persatu membekas di benak Ashura sampai Ashura merasa gelisah diberi berbagai bayangan masa lalu Shu Rong. Keringat dingin meleleh di kening saat Shu Rong transfer semua semua kenangan ke benak Ashura. Mata Ashura terpejam rapat menerima tanpa bisa melawan.
"Bukalah matamu!" pinta Shu Rong lembut.
Ashura membuka mata melihat wajah Shu Rong sudah lebih bercahaya. Wajah itu tetap lembut tanpa ada tanda berubah seram.
"Sudah??"
"Sudah..ini kamarmu. Aku akan pergi. Barangmu dari abad mu jangan sampai ketahuan. Simpanlah dibawah tempat tidurmu! Kini kuserahkan semua padamu."
"Apa aku bisa melaksanakan keinginanmu?"
"Aku percaya padamu. Untuk sementara tetap pakai cadar kalau keluar istana dingin ini. Jangan biarkan orang melihat wajah cantikmu! Satu lagi. Aku masih suci murni belum pernah disentuh laki."
"Aku juga masih perawan. Aku takkan ijinkan raja cabul itu ambil keuntungan dariku. Aku sudah punya kekasih hati di jamanku." Ashura membayangkan musuh terindah sekaligus orang yang telah mengukir angan indah dalam hati Ashura.
"Aku tau..kau anak baik juga. Hati hati dalam bertindak. Gantilah pakaianmu dan langsung menuju ke lapangan. Sebentar lagi Amuk dan Ayin akan dipenggal. Kau tahu apa yang akan kau lakukan untuk selamatkan mereka."
"Pakaian apa?"
Shu Rong menunjuk beberapa pakaian yang tergantung di gantungan kayu. Ashura pingin tertawa karena pakaian itu persis dalam cerita silat kuno. Berlapis lapis dipenuhi kain sutera di bordir bunga. Sungguh norak di mata Ashura.
"Pakailah!" Shu Rong bergerak pelan mengambil pakaian itu lalu berikan pad Ashura.
"Aku tak tahu cara pakai!"
"Sini kubantu. Badanmu sangat indah. Dadamu besar dan pinggangmu kecil. Pantatmu juga indah. Kau sungguh ciptaan Tuhan yang sempurna. Semua selir tak bisa lawan kecantikanmu. Aku iri padamu." Shu Rong membantu Ashura mengenakan pakaian berlapis lapis itu. Ashura merasa gerah diberi pakaian mirip baju Korea. Cuma baju ini tak seberat pakaian korea yang disebut hanbok.
"Ya ampun aku merasa betulan jadi puteri raja."seru Ashura terpesona melihat wajah sendiri di kaca buram jaman kerajaan.
Shu Rong memberi Ashura hiasan rambut berupa burung merak warna merah darah lambang kerajaan Chau yang selama ini jadi penghias kepala Shu Rong. Hiasan itu sangat indah seperti merak betulan sedang menari di kepala Ashura.
"Kamu sangat cantik. Ayo pakai cadarmu! Aku akan antar kamu ke lapangan tempat Amuk dan Ayin bakal dipenggal."
"Baiklah! Doakan aku cepat bereskan masalahmu!"
"Ada yang ingin kubilang. Ada satu pangeran muda yang baik hati. Dia pangeran keempat anak selir Long Mei. Kamu bisa minta bantu apapun padanya bila perlu bantuan."
"Siapa namanya?"
"Pangeran Liem Fu Kuang. Dia belum punya selir tetap. Orangnya sangat baik dan sopan. Jujur aku suka padanya. Tapi aku tak bisa bergerak karena masuk istana tercatat akan jadi wanita raja. Kau bisa bebas bila raja bersedia beri kebebasan padamu."
"Ok..aku akan buat raja cabul itu bebaskan aku secara suka rela. Tenang saja kamu! Oya..di mana jasadmu dikubur biar aku bisa sempurnakan dirimu?"
Shu Rong menunduk sedih tak bisa jawab pertanyaan Ashura tentang tubuh yang sudah hancur diumpan ke serigala liar di hutan.
"Tubuhku tak ada lagi. Sudah dimakan serigala liar. Mungkin tersisa beberapa tulang di balik gunung. Tak usah kau pikir itu. Asal orang jahat dapat hukuman aku sudah puas."
Ashura mendekap mulut dengar kekejaman orang yang habisin Shu Rong. Betul betul manusia berhati iblis. Iblis mungkin tak sejahat itu. Ashura ikut bersedih hingga tanpa sadar memeluk Shu Rong. Tubuh dingin Shu Rong tak halangi Ashura berbagi rasa simpatik. Ashura sudah tak takut pada Shu Rong lagi. Malah Ashura simpatik pada gadis malang ini. Ashura tekad balas dendam Shu Rong biar gadis ini meninggal dengan tenang.
Pembaca yang budiman. Aku mohon dukungan dan vote anda. Kisah fiksi ini hanyalah khayalan penulis semata mata. Andai ada yang kurang mengena di hati silahkan beri komen membangun agar aku bisa menulis lebih baik lagi kelak. Beri komen positif agar aku lebih semangat up date bab demi bab. Terima kasih perhatian kawan semua.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!