Bercanda

Fu Yen berusaha paham kode Ashura namun tetap tak paham. Apa lagi rencana Ashura permalukan dia. Ashura jadi gemas sang raja tak paham kode darinya.

"Maaf Yang Mulia menteri. Yang Mulia raja kurang sehat karena ketelan daging sebesar tinju. Kerongkongan kurang nyaman jadi besok saja bahas masalah pangan rakyat."

Menteri Cang melontarkan pandangan tajam pada Ashura. Tatapan mata itu sungguh tak bersahabat. Kalau ada mesin giling mungkin Ashura akan digiling hingga lumer.

"Siapa kamu berani bicara atas raja?"

"Hamba asisten, pengawal, pelayan dan juru bicara Yang Mulia raja. Baru diangkat hari ini." sahut Ashura bikin raja melongo karena banyak istilah yang tak dipahami. Nyali Ashura cukup bikin raja kaget karena berani potong kata kata menteri tanpa takut

"Posisi apa itu? Bukankah sudah ada perdana menteri wakili raja?"

"Perdana menteri kan sudah tua tak bisa dampingi raja duapuluh empat jam. Bisa darah tinggi maka Yang Mulia pilih aku dampingi beliau. Gini saja Pak menteri. Pangan itu kan disalurkan besok jadi kita bahas besok. Kalau perlu raja akan turun tangan sendiri lihat penderitaan rakyat."

"Yang Mulia raja begitu berharga mana boleh turun ke kampung. Ini akan merugikan Yang Mulia." tukas sang menteri gugup.

"Seorang raja wajib lindungi seluruh rakyat. Kerajaan tak berarti bila rakyat hidup sengsara. Sebagai raja bijak maka Yang Mulia raja akan pantau daerah bencana. Besok atur di ruang kerja." kata Ashura wibawa.

Menteri Cang menatap Ashura penuh dengan amarah. Ashura tak tahu kenapa menteri itu marah. Yang pasti ada permainan dalam saluran pangan rakyat. Mana ada minta persetujuan raja di malam hari.

"Baiklah! Hamba mengundurkan diri. Salam Yang Mulia Raja. Semoga cepat sehat." Sang menteri mengundurkan diri diiringi pandangan tak berdaya Fu Yen.

Kasim Du memberi tanda jempol pada Ashura sebelum mengundurkan diri ikuti menteri.

"Kenapa kamu lancang berani bicara atas namaku?" bentak raja setelah tinggal mereka berdua.

"Yang Mulia ini bodoh atau tolol? Menteri itu mau tipu Yang Mulia. Mana mungkin malam gini minta ijin keluarkan pangan. Dia tahu jam gini Yang Mulia sedang terlena sama selir selir maka dia yakin Yang Mulia mau setuju."

"Sembarangan omong! Siapa bilang aku tiap malam sama selir. Buka cadarmu! Aku tak mau bicara sama orang tak punya wajah."

"Galak amat! " Ashura copot cadarnya lalu berikan pada Fu Yen.

Fu Yen menatap cadar di tangan dengan bingung.

"Untuk apa cadar ini?"

"Mungkin Yang Mulia mau pakai. Eh..apa selama ini Yang Mulia tak pernah keluar istana pantau kondisi rakyat?"

"Aku punya banyak menteri untuk apa turun ke kampung. Apa gunanya para pejabat kalau bukan suruh kerja."

"Yang Mulia..seharusnya turun ke kampung lihat sendiri keadaan rakyat. Yang Mulia hanya dengar laporan belum tentu sama dengan kondisi lapangan. Hamba yakin penyaluran pangan banyak menyimpang. Bagaimana kalau kita turun lapangan secara diam diam. Kita tak perlu kasih tahu orang kalau kita pantau lapangan bencana. Di sini Yang Mulia bisa paham apa yang dibutuhkan rakyat."

Fu Yen akui kata kata Ashura mengandung kebenaran. Selama ini dia hanya memerintah atas laporan para menteri dan pejabat. Tak pernah sekalipun dia turun ke kampung kampung lihat kehidupan rakyat. Ajakan Ashura menarik hasrat Fu Yen untuk coba jalan jalan keluar istana.

"Kau yakin semua aman?"

"Tak semua orang tahu wajah raja. Asal Yang Mulia tak sombong semua pasti aman. Kasim Du tak boleh ikut. Yang Mulia boleh minta beberapa pengawal setia kawal kita secara rahasia. Selesai toh!"

"Kepalamu kecil tapi akalmu banyak. Baiklah aku setuju! Besok pagi sekali kita keluar istana."

"Yang Mulia harus pesan sama bencong kalengan agar rahasiakan perjalanan kita."

"Bencong...apa itu?"

"Itu kasim Du yang setengah jadi.."

Fu Yen terkekeh dengar istilah baru untuk kasim Du. Ashura sungguh buat Fu Yen merasa lebih manusiawi. Raja muda bisa tertawa lepas tanpa perlu pura pura wibawa di hadapan para selir.

"Baiklah! Aku akan atur semuanya. Dan kau harus tetap pakai cadarmu!"

"Yang Mulia dan jenderal sama saja. Selalu masalahkan cadarku. Kalau yang mulia suka kujual untuk Yang Mulia."

"Siapa mau cadar jelekmu? Untuk apa jual cadar?"

"Buat beli beras dan daging. Aku lapar." sahut Ashura terus terang. Fu Yen tak dapat tahan tawa lagi dengar keinginan Ashura jual cadar. Fu Yen tahu Ashura menyindirnya.

Kasim Du dan para pengawal saling berpandangan dengar tawa raja yang begitu bebas tanpa beban. Belum pernah mereka dengar Fu Yen bisa tertawa terbahak bahak selama ini. Kehadiran Selir koplak macam Ashura bisa bikin raja bahagia. Raja muda tak salah pilih Ashura masuk istana utama.

"Kau lapar ya? Ya sudah..makanlah! Makan sepuasmu."

"Apa boleh? Nanti dipenggal."

"Kau ini..makan takut dipenggal tapi lancang bicara wakili raja tak takut. Nyalimu terbuat dari apa?"

"Waktu kecil pernah telan telor naga maka jadi pemberani. Aku boleh makan kan?" rayu Ashura manja.

"Makanlah!"

"Terima kasih.." Ashura langsung comot makanan tanpa sungkan lagi. Selera makan Ashura yang tinggi bikin raja ikut berselera. Makanan berpindah satu persatu ke dalam perut Ashura. Bibir Ashura belepotan kuah makanan bikin Fu Yen gemas ingin bersihkan bibir mungil itu.

"Sini mendekat!" Fu Yen menarik bangku Ashura mendekat dengannya.

"Yang Mulia mau apa?"Ashura agak panik ditarik Fu Yen dekat dengnnya. Fu Yen melap sudut bibir Ashura dengan lembut bikin Ashura baper. Tangan Fu Yen menyentuh pipi Ashura sekilas lalu tersenyum.

"Hanya mau anak kambing bersihkan bibir. Makan pelan pelan. Semua untukmu." Fu Yen melirik ujung jarinya yang menghitam lalu tersenyum penuh arti. Sungguh kambing licik. Mau bermain sama singa. Suatu saat pasti akan dimangsa.

"Terima kasih Yang Mulia. Aku sudah kenyang. Tak sanggup lagi. "

"Tinggalkan saja! Kita jalan jalan cari angin di luar. Aku ingin perkenalkan istana ini padamu. Pakai cadar!"

"Tadi suruh buka. Sekarang pakai. Plin plan.." sungut Ashura memasang cadar lagi. Untunglah perut sudah kenyang maka Ashura tak rewel. Kalau lapar mood Ashura jadi jelek. Bisa bisa tengkar lagi sama raja.

Kini Ashura bisa rasakan sang raja muda tak seburuk bayangannya. Pantes Fu Kuang bilang abangnya tidak terlalu buruk. Terbukti dia tak main paksa kalau Ashura harus layani dia tidur bersama. Walau Ashura kena imbas jadi pelayan pribadi.

Fu Yen keluar kamar berjalan menuju ke taman yang diterangi cahaya remang remang. Kalau ada orang pacaran pasti terasa romantis. Menikmati angin malam diterangi ratusan lentera. Andai otak Ashura seencer Albert Einstain maka akan dia rakit listrik untuk kemajuan kerajaan ini.

Ashura ikuti langkah sang raja dari belakang sambil pantau kondisi istana raja. Sepi tanpa ada suara bising. Hatipun ikutan adem nikmati suasana yang betul tenang. Kasim Du dan beberapa pengawal ikut dari jarak tertentu. Mereka mengawal sang raja penuh pengabdian, terutama kasim Du. Banci kalengan itu habiskan seluruh hidup jadi bayangan sang raja.

Fu Yen berhenti di taman yang ada tempat santai. Laki ini meletakkan kedua tangan ke belakang sambil melempar pandangan jauh ke depan. Ntah apa yang dilihat laki itu.

Ashura hanya melihat kekelaman di depan mata. Tak ada pemandangan menarik. Apa yang dilihat sang raja sampai tak bergeming.

Ashura turut mematung tak berniat usik lamunan sang raja. Mungkin raja kesepian tak ditemani wanita menghabiskan malam. Kehadiran Ashura dikira bisa hangatkan ranjang. Ternyata Ashura menolak memilih dihukum jadi pelayan. Fu Yen mungkin tersinggung.

"Yang Mulia.." panggil Ashura pelan.

"Ada apa?"Fu Yen balik badan menghadap Ashura. Berhadapan begini Ashura kelihatan mungil. Fu Yen sangat tinggi dan gagah. Cocok jadi raja gagah perkasa.

"Tak baik melamun malam hari..gimana kalau yang mulia minta kasim Du bawa selirmu kemari? Yang Mulia tak perlu kesepian gini."

Mata Fu Yen menyipit dengar usul Ashura. Tangan Fu Yen menyentik kening Ashura. Ashura menjerit kecil karena sakit.

"Cuci otakmu! Apa kau pikir hidupku hanya ada wanita?"

Ashura mengusap jidatnya dengan kesal. "Lalu kenapa melamun?"

"Aku memikirkan kata katamu. Kenapa tak terpikir olehku kalau para pejabat menggunakan kesempatan rampok harta rakyat."

"Baru sadar ya! Para pejabat tahu Yang Mulia tidak pantau langsung maka seenak perut lapor ini itu. Bencana ini belum tentu ada. Mungkin hasil karangan para pejabat mau rampok Yang Mulia. Kalau aku jadi raja aku akan periksa semua pembukuan negara. Lihat semua masukkan dan pengeluaran!"

"Kau bisa?"

"Kalau hitung menghitung aku jagonya tapi aku tak ngerti tulisan kalian."

Fu Yen tertarik pada usul Ashura. Gadis di depannya bukan hanya boneka pajangan kerajaan. Ashura tak hanya cantik tapi juga punya otak encer. Pantas Fu kuang berjuang dapatkan gadis ini.

"Aku yang akan bacakan dan kau hitung. Gimana?"

"Sip..setelah kita pantau daerah bencana kita mulai periksa pembukuan negara. Aku mau digaji. Aku tak mau kerja gratis." kata Ashura berterus terang suara hatinya. Selama ini Shu Rong hidup dalam kekurangan. Kini tiba saatnya Ashura perbaiki taraf hidup istana dingin. Paling tidak untuk Ayin dan Amuk.

"Baik..kau kugaji! Tapi dengan cacatan pekerjaan harus beres. Kalau tak beres.."

"Dipenggal.." sambung Ashura sebelum Fu Yen selesai omong. Ashura meraba lehernya yang setiap saat bisa berpisah dengan kepala.

"Kau ini..kau pikir aku algojo suka penggal orang? "

"Lalu apa hukuman kalau kerjaku tak beres?"

"Duduk manis jadi isteriku."

"Dasar raja cabul..sudah punya selusin wanita masih tak puas. Kalau Yang Mulia berpikiran nakal aku akan penggal burung mesummu biar tak berkicau lagi."

Fu Yen tertawa lagi undang rasa penasaran para pengawal. Sudah berkali raja ketawa bersama Ashura. Gadis ini mampu hidupkan gairah hidup raja yang selama ini terlihat kaku.

"Kau seperti arak kental..memabukkan dan panas. Aku suka gadis sepertimu."

"Aku jelek.."Ashura melengos jauhi raja.

Fu Yen malah mendekat sambil meraih Ashura ke pelukannya. Ashura secara reflek melepaskan pukulan ke dada Raja. Raja berkelit lincah hindari pukulan Ashura yang lumayan kuat.

Para pengawal berniat menolong Raja namun ditahan kasim Du. Ashura tak mungkin sakiti raja. Banci kalengan itu yakin Ashura dan raja sedang bercanda.

"Wah..calon isteriku mahir ilmu bela diri. Ayo pukul aku! Kalau kau berhasil sentuh dadaku maka aku akan penuhi keinginanmu kembali ke istana dingin tapi kalau kau kalah kau harus patuh padaku." Fu Yen berdiri santai beri kesempatan pada Ashura menyerangnya.

Semangat Ashura langsung berkobar dengar janji raja. Memang itu harapan Ashura bisa kembali ke istana dingin.

"Jangan ingkar ya!"

Fu Yen mangut. Ashura segera pasang kuda kuda taekwando yang andalkan tendangan maut. Fu Yen tak pernah lihat jurus aneh Ashura. Kekuatan tarpaku di kaki karena Ashura mengandalkan tendangan berantai.

Tanpa buang waktu Ashura lancarkan tendangan beruntun buat Fu Yen mundur beberapa langkah. Jurus aneh Ashura buat Fu Yen tertarik. Ilmu jurus yang belum pernah ada di kerajaan. Cuma sayang Ashura tak memilki ilmu meringankan tubuh. Mengandalkan tendangan dan pukulan tak cukup lawan Fu Yen yang punya ilmu bela diri cukup tinggi.

"Aku suka..ayo lawan terus!" Fu Yen kasih kesempatan Ashura serang dia. Para pengawal menikmati tontonan gratis yang sangat menarik. Ada wanita berani melawan sang raja. Biasa wanita istana lemah lembut bergaya anggun. Yang satu ini memang lain dari yang lain. Bisa buat raja tertawa sekarang bertanding ilmu.

Serangan demi serangan dilancarkan Ashura namun cepat dipatahkan Fu Yen. Ashura jadi kesal jadi bulanan Sang raja muda. Malah sekarang Ashura dalam pelukan sang raja. Fu Yen mengecup leher Ashura untuk ganggu gadis ini. Ashura meronta tak mau dipeluk. Makin kuat Ashura meronta makin kencang Fu Yen peluk pinggang gadis ini. Bau harum tubuh Ashura membuat Fu Yen terlena.

"Kau kalah..." bisik Fu Yen mesra.

"Belum tentu..besok kita lanjutkan. Aku ngantuk mau tidur."

"Ayoklah! Kau sudah siap?"

"Siap apa raja stress..lepaskan aku! Aku masih punya jurus ampuh. Cuman aku capek malam ini."

Fu Yen tertawa ngejek, "Aku tak sabar menanti. Kita balik kamar. Aku tak keberatan bagi tempat tidur denganmu. Badanmu harum.."

"Yang Mulia..percayalah! Akan kupenggal burungmu! Sampai rata.." seru Ashura sambil cubit pinggang Fu Yen.

Fu Yen mengaduh kesakitan. Laki ini pura pura sakit parah hendak mencari perhatian Ashura. Ashura bukan gadis bodoh mau masuk perangkap Fu Yen. Begitu dapat kesempatan lepas gadis ini langsung kabur menuju ke kamar raja.

Fu Yen tersenyum bahagia bisa bercanda layak manusia normal. Posisi sebagai raja buat Fu Yen lupa cara berinteraksi secara normal dengan orang lain. Semua takut padanya hingga berpura pura dalam segala hal. Ashura muncul bawa angin segar.

Ashura telah mggugah hati Fu Yen dalam tempo satu malam. Keistimewaan Ashura hanya ada dalam hati Fu Yen. Ashura memiliki nilai tak terhingga dibanding selir selir pilihan Ibunda Ratu. Fu Yen bosan disodor boneka boneka manja yang tak ngerti apapun soal kerajaan. Mereka hanya tahu cara rayu raja agar dapat hadiah dan segala kemewahan. Fu Yen sangat muak dengan semua itu.

Terpopuler

Comments

玫瑰

玫瑰

mujurlah raja muda orang yang tidak memaksa..

2023-04-09

1

lihat semua
Episodes
1 Ke Negeri Tirai Bambu
2 Musuh Terindah
3 Ashura Menghilang
4 Arwah Putri Shu Rong
5 Raja Muda Galau
6 Adaptasi
7 Jenderal Muda
8 Mengenal Jenderal Ganteng
9 Raja Murka
10 Makin Akrab
11 Pengumuman
12 Bertemu Raja Muda
13 Gerak Cepat
14 Jumpa Lagi
15 Bercanda
16 Bersama Raja
17 Keluar Istana
18 Keluar Istana 2
19 Bencana
20 Membantu Rakyat
21 Puteri Manis
22 Jumpa Arwah Shu Rong
23 Ritual Hujan
24 Hujan Lebat
25 Kembali ke Istana
26 Jenderal Kancil
27 Demam
28 Penasehat Raja
29 Jalankan Misi
30 Membantu Raja
31 Berseteru
32 Kenalan Baru
33 Mulai Bekerja
34 Terjebak
35 Selir-selir
36 Raja Pujaan
37 Berterus Terang
38 Ketangkap Basah
39 Kabur
40 Menyerah
41 Hantu Shu Rong
42 Penasehat Cantik
43 Penasehat Cantik 2
44 Wabah Penyakit
45 Bersama
46 Rapat
47 Rapat 2
48 Puasa
49 Draft
50 Jujur
51 Draft
52 Ashura Bersedih
53 Main Hati
54 Turun Lapangan
55 Pelajaran Moderen
56 Puteri Tang
57 Hajar Puteri Munafik
58 Cari Muka
59 Rencana Baru
60 Kebodohan Jenderal
61 Susun Rencana
62 Kerja Bakti
63 Kapok
64 Kejujuran
65 Pemberontakan
66 Buka Jati Diri
67 Raja Bingung
68 Fu Yen Syok
69 Rencana Paman Raja
70 Peraturan Baru
71 Persiapan Matang
72 Pasukan Perang
73 Bedah Senjata
74 Test
75 Ceramah Pagi
76 Latihan
77 Raih Kekuasaan
78 Pengumuman Pahit
79 GALI CERITA MASA LALU
80 Gebrakan Sang Raja
81 Penyerangan
82 Siapa Dia
83 Penyerangan
84 Paman Mata Keranjang
85 Pelajaran
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Ke Negeri Tirai Bambu
2
Musuh Terindah
3
Ashura Menghilang
4
Arwah Putri Shu Rong
5
Raja Muda Galau
6
Adaptasi
7
Jenderal Muda
8
Mengenal Jenderal Ganteng
9
Raja Murka
10
Makin Akrab
11
Pengumuman
12
Bertemu Raja Muda
13
Gerak Cepat
14
Jumpa Lagi
15
Bercanda
16
Bersama Raja
17
Keluar Istana
18
Keluar Istana 2
19
Bencana
20
Membantu Rakyat
21
Puteri Manis
22
Jumpa Arwah Shu Rong
23
Ritual Hujan
24
Hujan Lebat
25
Kembali ke Istana
26
Jenderal Kancil
27
Demam
28
Penasehat Raja
29
Jalankan Misi
30
Membantu Raja
31
Berseteru
32
Kenalan Baru
33
Mulai Bekerja
34
Terjebak
35
Selir-selir
36
Raja Pujaan
37
Berterus Terang
38
Ketangkap Basah
39
Kabur
40
Menyerah
41
Hantu Shu Rong
42
Penasehat Cantik
43
Penasehat Cantik 2
44
Wabah Penyakit
45
Bersama
46
Rapat
47
Rapat 2
48
Puasa
49
Draft
50
Jujur
51
Draft
52
Ashura Bersedih
53
Main Hati
54
Turun Lapangan
55
Pelajaran Moderen
56
Puteri Tang
57
Hajar Puteri Munafik
58
Cari Muka
59
Rencana Baru
60
Kebodohan Jenderal
61
Susun Rencana
62
Kerja Bakti
63
Kapok
64
Kejujuran
65
Pemberontakan
66
Buka Jati Diri
67
Raja Bingung
68
Fu Yen Syok
69
Rencana Paman Raja
70
Peraturan Baru
71
Persiapan Matang
72
Pasukan Perang
73
Bedah Senjata
74
Test
75
Ceramah Pagi
76
Latihan
77
Raih Kekuasaan
78
Pengumuman Pahit
79
GALI CERITA MASA LALU
80
Gebrakan Sang Raja
81
Penyerangan
82
Siapa Dia
83
Penyerangan
84
Paman Mata Keranjang
85
Pelajaran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!