Fu Kuang memberi tanda agar Ashura dan Ayin tak perlu banyak adat. Laki ini tepuk tangan beberapa kali. Ntah dari mana muncul puluhan laki berpakaian seragam pengawal istana. Para pengawal itu langsung beri hormat pada Fu Kuang layak atasan dan bawahan.
Ashura nyaris tertawa saksikan pemandangan yang mirip kisah film silat. Cuma bedanya para pengawal tak seganteng dalam cerita. Cuma bossnya yang ganteng, anak buah lebih mirip preman tagih hutang. Kasar berwajah dingin.
"Kalian bantu anak muda itu potong bambu sesuai permintaan. Nanti antar ke istana dingin. Jangan lupa ikan segar! Aku akan pulang duluan bersama Puteri Shu Rong. Jangan lupa antar nona kecil ini ke istana dingin!" Fu Kuang kasih perintah pada pengawalnya.
"Siap yang mulia..kami akan laksanakan!"
"Aku akan antar kamu pulang dulu untuk ganti pakaian. Nanti kamu masuk angin. Pelayanmu akan diantar pengawalku." kata Fu Kuang tak minta persetujuan Ashura.
"Tidak bisa..aku harus sama pelayanku. Aku tak tenang tinggalkan mereka di sini."
"Aku jamin keselamatan pelayanmu. Kamu bisa sakit kalau basahan terusan. Nanti kamu malah merepotkan pelayanmu. Kasihan mereka kalau kau sakit. Bukankah tambah kerja mereka?"
"Betul kata jenderal tuan puteri! Lebih baik pulang dulu ganti pakaian! Ayin akan nyusul. Jenderal orang baik." kata Ayin menenangkan Ashura. Ayin mau Ashura dekat pangeran empat agar mereka ada tempat berlindung kalau ada masalah .
Fu Kuang meminta kuda pada pengawalnya untuk bawa mereka balik istana. Ashura tak dapat berkata apapun lagi mengingat kata Fu Kuang mengandung kebenaran. Kalau dia sakit hanya menambah beban Ayin dan Amuk.
Fu Kuang naik ke atas kuda lalu mengulurkan tangan pada Ashura agar gadis muda ini naik ke atas kuda. Ashura merasa ragu menerima uluran tangan Fu Kuang. Dia sama sekali tak kenal jenderal muda itu. Apa etis langsung berkuda berduaan?
Fu Kuang dapat merasakan keraguan Ashura. Laki ini turun dari kuda lalu menggendong Ashura naik kuda tanpa permisi. Ayin mendehem melihat adegan romantis ini. Ayin senang Ashura dapat perhatian jenderal idaman semua gadis itu.
Ashura terpekik malu namun Fu Kuang tak peduli. Diiringi tatapan puluhan pasang mata Fu Kuang bawa Ashura meninggalkan tepi sungai. Kuda berlari kencang menjauhi lokasi penebangan bambu.
Ini adalah pengalaman baru Ashura. Baru kali ini dia naik kuda. Bersama pangeran asing pula Kisah manis yang akan terbawa ke masa depan.
Fu Kuang mencium bau harum dari badan Ashura. Bau bunga yang lembut tak pernah dia rasakan. Fu Kuang tentu tak tahu itu parfum channel harga jutaan. Diterangkan Fu Kuang juga ngak kan ngerti.
Sepanjang jalan Fu Kuang tak ajak Ashura ngobrol. Mereka diam saja sampai berhenti di satu bangunan kokoh yang sangat asing bagi Ashura. Yang pasti itu bukan istana dingin.
Ashura menjadi ragu untuk turun dari kuda takut masuk kandang harimau pula.
"Tempat apa ini?" tanya Ashura tajam masih bertahan di atas kuda walau Fu Kuang sudah turun.
"Tempat tinggal ku. Kita keringkan pakaianmu dulu. Nanti kuantar ke istanamu."
Ashura melempar pandangan curiga disambut tawa Fu Kuang yang garing.
"Kau yakin bukan penjahat yang ingin cincang aku?"
"Cincang kamu? Dagingmu pasti tak enak. Mungkin lebih cocok diawetkan jadi pajangan kamarku. Kau cantik sayang dicincang." guyon Fu Kuang bikin Ashura memilin bibir. Cuma sayang bibir indah itu tertutup cadar. Kalau Fu Kuang melihat pasti gemas ingin mengulum bibir ranum itu.
"Ciiss..kanibal model baru!" rengut Ashura manja buat Fu Kuang makin gemas.
"Ayo turun! Di rumahku tak ada harimau pemangsa manusia. Kau pasti betah." Fu Kuang ulurkan tangan menarik Ashura turun dari kuda. Ashura menerima tangan Fu Kuang tanpa ada pilihan lain. Kali ini Ashura coba bertaruh apa nasibnya aan berakhir bagus atau tambah apes jumpa pangeran sok berkuasa. Mungkin semua orang besar di jaman baheula ini sudah terbiasa memerintah tak mau dibantah. Kalau di jaman moderen sudah Ashura babat rata laki model gituan.
Fu Kuang menggandeng Ashura masuk pintu gerbang istana Jenderal yang dijaga beberapa laki berseragam layak pengawal setia. Mereka membungkuk hormat pada Fu Kuang sebagai pemilik rumah. Ashura melempar pandangan cari tahu kondisi istana seorang jenderal perang. Sangat bersih juga rapi. Nyaris tak ada sampah berserakan seperti di istananya yang mirip kandang ternak.
Fu Kuang membiarkan Ashura memantau keadaan istananya tanpa komentar. Tangannya masih menggenggam tangan Ashura seakan tak ingin lepaskan.
"Yang mulia.." sapa seorang Pak Tua sopan sambil membungkuk beri hormat.
Ashura menoleh ke arah suara itu lalu tersadar masih berpegangan dengan Jenderal ganteng. Ashura segera menarik tangannya secepat kilat. Tatapan penuh tanda tanya tersirat di mata Pak Tua itu tapi mulutnya tak muncul pertanyaan tentang kehadiran Ashura.
"Pak Luo..ini puteri Shu Rong. Dia akan istirahat di sini. Tolong siapkan air mandi hangat dan pakaian bersih untuk puteri! Dan juga makan malam." kata Fu Kuang bersuara empuk. Ashura paling suka laki bersuara bass. Rasanya manly banget.
"Akan dilaksanakan!" Pak Tua itu mengundurkan diri dengan cara jalan mundur sampai beberapa jarak baru balik badan menuju ke tujuan.
Fu Kuang memberi senyum maut pada Ashura dengan harapan gadis ini tertarik padanya. Fu Kuang tak tahu kalau Ashura bukan gadis tolol gampang takluk pada rayuan. Kuping Ashura sudah diberi anti rayuan gombal hingga tak terima signal rayuan gombal level apapun.
"Mari kuantar ke kamar istirahat." ajak Fu Kuang galant.
"Gimana isterimu? Apa dia tak marah kau bawa wanita tanpa kasih tahu dia." kata Ashura hati hati.
Fu Kuang terbahak bahak lihat sikap pesimis Ashura takut menyakiti hati wanita Fu Kuang. Di jaman kerajaan seorang bangsawan poligami sudah lumrah. Mana ada yang berani larang suami berpoligami. Cuma sebagai isteri utama tetap dapat prioritas paling banyak. Para gundik harus patuh pada perintah nyonya utama istana.
"Ada yang lucu?" tanya Ashura sewot. Darah panas Ashura mendidih sesaat. Kalau yang tertawa itu Liem atau Hastomo pasti sudah dihajar sampai minta ampun.
"Sini tak ada nyonya besar. Kau mau jadi nyonya besar sini? Kau akan jadi isteri jenderal ganteng. Mau?"
"Canda..memang kau kenal aku? Aku ini tak manis dan galak. Suka hajar laki iseng kurang kerjaan. " kata Ashura tak mau sok manis lagi biar Fu Kuang tak berpikiran negatif.
"Wah..makin cocok jadi isteri seorang jenderal. Tegas berwibawa." olok Fu Kuang berusaha meredakan emosi gadis muda yang berdarah panas ini.
"Ciiss..ngak usah rayu! Aku tak terima rayuan tak berharga."
"Hehehe..kau sangat menarik. Cantik tapi konyol..kita ke kamarmu dulu. Mandi air hangat biar tak masuk angin."
Fu Kuang mengajak Ashura melintasi koridor panjang menuju ke kamar yang sudah disediakan untuknya. Kelihatannya Fu Kuang tak bohong tak punya isteri di istana. Terbukti tak ada wanita muncul meyambutnya selain Pak Luo si pengawas istana.
Ashura mengamati taman yang asri dipenuhi bunga bunga aneka model. Tamannya dominan warna merah dan orange. Fu Kuang seperti orang Tiongkok umumnya percaya warna merah bawa rezeki. Bagi Ashura warna biru muda adalah warna paling menarik. Warna yang sangat teduh. Lain orang tentu lain selera. Ashura tak mau sok akrab tanya ini itu.
Sekarang tinggal ganti pakaian lalu balik ke istana dingin itu tujuan terbesar Ashura. Keduanya berjalan tanpa ngobrol lagi. Ashura malas buka mulut karena merasa lelah dan ngantuk. Teringat akan ranjang meremuk badan buat Ashura makin ngantuk. Malam ini dia harus bisa adaptasi dengan ranjang tegang bin keras.
"Ini kamarmu!" suara bass Fu Kuang buyarkan segala lamunan Ashura. Ashura menatap kamar yang pintunya sangat besar. Mirip pintu garasi rumahnya di abad moderen.
"Hhhmmm kok kamar aku? Sejak kapan aku tinggal sini?"
"Tak lama lagi..aku yakin kau akan jadi pemilik kamar ini." sahut Fu Kuang kalem.
"Kayaknya ngak deh! Aku lebih senang tinggal di istana dingin. Di sana ngak ribet."
Fu Kuang tersenyum tak tanggapi ocehan Ashura. Laki ini yakin akan ikat Ashura jadi penghuni istana Jenderal yang selama ini tak ada ratu ataupun selir.
"Masuklah! Bersihkan dirimu! Aku tunggu kamu makan malam." Fu Kuang membuka pintu persilahkan Ashura masuk ke dalam kamar.
Ashura masuk dengan ragu ragu takut dijebak Fu Kuang. Nanti malah tak bisa keluar lagi. Tapi suasana tampak aman tanpa ada hal mencurigakan. Ruangan cukup lapang di kelilingi ornamen ukiran kayu mode kuno. Tempat tidur yang pasti keras berukiran indah berada di sudut ruang. Di tengah tengah ruang ada meja bundar di keliling beberapa kursi kayu.
Ashura mencari yang namanya bak mandi di seluruh ruang tapi bak kayu untuk bersihkan diri tak tampak sama sekali. Ashura ngomel dalam hati apa Fu Kuang sedang kerjain dia. Di suruh mandi tapi tak ada air sedikitpun.
"Sialan..tukang tipu juga.!" rutuk Ashura kesal.
Ashura bermaksud keluar kamar cari Fu Kuang bikin perhitungan. Sungguh laki iseng suka kerjain orang. Ashura janji takkan maafkan laki sok berkuasa itu.
Tiba tiba mata Ashura menangkap satu pintu lain persis di samping tempat tidur. Di dorong rasa penasaran Ashura buka pintu itu. Tampaklah bak berukiran bunga peony berada di tengah tengah ruang di mana terlihat asap tipis mengepul tanda air di dalam hangat.
Ashura malu sendiri telah main hakim sendiri marah pada Fu Kuang. Tak di sangka Fu Kuang betulan ingin melayaninya dengan baik.
Ashura memantau cari ada hal mencurigakan yang bia jadi tontonan gratis pemilik rumah. Semua aman menimbulkan keberanian Ashura melakukan ritual mandi yang sangat diidamkan dari tadi.
Dalam bak berisikan aneka bunga memancarkan keharuman alami. Berendam di situ pasti akan timbulkan sensasi aroma terapi bunga. Pikiran pasti akan lebih nyaman. Ashura melepaskan pakaian lalu masuk ke dalam bak.
Badan langsung lega begitu menyentuh air hangat. Perasaan nyaman mengalir melancarkan otak yang nyaris beku gara gara terlempar ke ratusan tahun ke belakang. Pikiran Ashura melayang pada keluarga di abad millenium yang tentu dilanda kesedihan mendalam. Ashura anak semata wayang keluarganya, kini tak tahu rimba tentu akan bawa kepedihan mendalam. Ashura tak dapat bayangkan beban Liem sebagai orang yang bertanggung jawab pada keluarganya. Ashura bisa ikut kejuaraan wushu ini karena ajakan Liem. Otomatis Liem akan disalahkan oleh keluarga besarnya. Kasihan Liem jadi sasaran amarah keluarganya.
"Tuan puteri..apa sudah selesai mandi?" terdengar panggilan suara perempuan dari luar kamar. Ashura cepat cepat bersihkan diri sebelum ada orang masuk ke dalam kamar. Ashura tak mau dibantu mengenakan pakaian. Di dalam cerita film seorang puteri raja akan dibantu mengenakan pakaian. Puluhan abdi akan melayani seorang puteri bila pangkat tinggi.
Ashura mendesis geli membayangkan badannya jadi tontonan gratis orang lain. Walau terlahir di jaman moderen namun Ashura tak murahan pamer bentuk tubuh goalnya. Ashura selalu berpakaian sopan tak mau merangsang para cowok mempunyai birahi terhadapnya.
"Tuan puteri..kami masuk ya!" panggilan dari luar terdengar lagi. Ashura segera buka pintu setelah selesai berpakaian. Ashura tetap memakai pakaiannya yang basah tanpa mau pakai pakaian dari Fu Kuang. Ashura merasa geli kalau harus mengenakan pakaian yang tak tahu asal usul. Bisa jadi orang itu punya penyakit kulit.
Begitu pintu dibuka terlihat dua wanita paro baya menanti di pintu. Sikap mereka sopan menghargai Ashura. Keduanya langsung membungkuk memberi hormat pada Ashura. Ashura merasa tak enak disembah orang lebih tua. Hukum apa yang haruskan orang lebih tua beri hormat pada yang muda.
Ashura cepat cepat mengangkat kedua ibu ibu itu sebelum mereka bungkuk lebih lama. Jangan jangan encok mereka kumat gara gara kelamaan membungkuk.
"Sudah sudah ayo bangun! Kita harus ke mana?" tanya Ashura tak mau menyusahkan orang kecil macam kedua ibu ibu itu.
"Sudah ditunggu Yang Mulia di kamarnya."
Ashura membelalakkan mata dengar kata ibu itu. Kenapa harus menunggunya dalam kamar. Apa ada rencana terselubung di otak sang Jenderal itu? Ashura merasa ada yang tak beres di otak sang jenderal kancil itu. Segala rasa was was harus di utamakan demi keselamatan seorang gadis suci.
"Ayoklah! "ajak Ashura dengan gaya gagah perkasa. Ashura akan perlihatkan tendangan maut sang pemegang sabuk hitam. Jenderal kancil licik harus diberi pelajaran agar tak semena mena pada gadis. Seenak dengkul jadikan orang sebagai isteri.
Ashura dibawa ke satu ruang maha luas dengan cahaya penerangan lebih baik. Mata ****** Ashura jelatan cari tahu apa tujuan Fu Kuang bawa dia ke dalam kamar. Ashura pasang ancang ancang melawan bila Fu Kuang bertindak senonoh. Ashura mana rela menyerah pada orang baru dikenal beberapa. Pada Liem yang sudah bertahun pada teman sejalan saja Ashura tak gampangkan diri.
"Silahkan tuan puteri! Jenderal ada di dalam." Ibu tua itu memberi jalan pada Ashura agar masuk kamar.
Ashura masuk perlahan sambil mawas diri. Ibu tua itu tak ikut masuk hanya berjaga di depan pintu dengan gaya kaku. Ashura kasihan pada kehidupan orang kecil jaman kerajaan ini. Hidup tersia hanya untuk layani orang besar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
玫瑰
aish..sama kita, suka warna biru
2023-04-09
1