Makin Akrab

Fu Kuang biarkan Ashura merasa malu sendiri gara pulang digendong sang jenderal. Dalam hati Fu Kuang bahagia bukan main bisa bersama Ashura lagi. Ashura memang lain dari yang lain. Tingkahnya begitu menggemaskan apalagi mata birunya mendelik bikin jantung Fu Kuang mau copot. Baru kali ini sang jenderal punya rasa terhadap wanita.

"Kau tak mau makan?"tegur Fu Kuang melihat Ashura masih pilin pilin bibir. Ashura tentu saja mau digoda Fu Kuang soal bagaimana dia pulang. Ditambah pula telat bangun, ini menambah blacknote Ashura sebagai puteri kerajaan.

"Makan..oya..apa jenderal tak ada kerja lain selain ganggu orang makan?"

"Baru pulang dari perang aku punya cukup waktu untuk kawal orang malas."

"Ooo..."bibir Ashura bentuk bulatan menggemaskan Fu Kuang. Kalau tak ada Ayin ingin rasanya Fu Kuang gigit bibir mungil itu. Pasti legit rasanya.

Ashura tak peduli apa yang ada di benak Fu Kuang. Sekarang adalah waktu manjakan perut biar tak meronta cari perhatian keluarkan suara aneh. Tangan Ashura mulai comot sana sini antar ke mulut mungil nan sexy. Fu Kuang merasa kenyang walau tak makan. Lihat Ashura makan saja sudah bikin perut sudah ikut kenyang. Gaya Ashura yang santai memang bikin Fu Kuang makin tenggelam dalam pesona Ashura.

"Tuan jenderal tak makan?" Ashura berhenti makan karena melihat Sang Jenderal berdiam diri tak sentuh makanan di meja.

"Makan saja! Aku masih kenyang. Oya apa kau mau ikut aku jaga perbatasan?"

"Jauh?"

"Lumayan..kita bisa hidup tenang di sana selama negara aman dari pemberontak dan serangan dari kerajaan kecil. Aku kurang suka tinggal di sini karena semua serba pura pura. Di sini tak ada yang tulus."

"Mau setelah tugasku selesai. Aku pingin belajar ilmu meringankan tubuh milikmu. Kan keren bisa berjalan di atas air."

"Itu butuh latihan bertahun. Aku akan ajar kamu mengontrol tenaga dalam biar pukulanmu bisa terarah. Tidak setiap pukulan haus keluarkan tenaga besar. Kadang kita harus lembut untuk kumpulkan tenaga lebih besar. Satu pukulan cukup hancurkan musuh." Fu Kuang terangkan dengan sabar.

"Oh gitu ya! Aku janji akan jadi murid yang manis patuh pada guru."Janji Ashura sambil angkat dua jari bikin janji. Ntah janji palsu atau betulan. Hanya Ashura sendiri tahu artinya.

"Kalau manis iya tapi kalau patuh mungkin belum bisa dipercaya. Kamu seperti burung merak. Indah tapi susah ditangkap."

"Pujian atau ejekan?" Ashura menatap Fu Kuang pakai tatapan mata bersinar biru.

"Terserah kamu mu pikir apa. Cepat makan! Kita kerjakan tugasmu. Dan pakai cadarmu. Aku akan minta para laki bantu kamu."

"Kau bilang aku cantik kenapa tak boleh perlihatkan pada laki lain. Laki lain kan mau cuci mata lihat gadis segar macam aku. Bukan seperti gadis istana dengan bedak setebal cat tembok." kata Ashura pede sedikit tak tahu malu puji diri sendiri.

"Baru hari ini aku lihat ada orang puji diri sendiri setinggi langit. Sungguh tak tahu malu.." Fu Kuang geleng geleng lihat ke pedean Ashura.

Ashura bukannya marah malah tertawa renyah. Kata kata ini sudah terlalu sering dia dengar. Liem sering omong gitu sekak Ashura kalau lagi kumat gilanya. Ada rasa rindu pada musuh terindah yang tentu sedang nelangsa kehilangan Ashura. Semoga misi Ashura cepat selesai hingga bisa kembali pada alam nyata.

"Orang cantik berhak sombong." Kata Ashura makin angkuh. Fu Kuang tertawa geli lihat gaya slebor Ashura. Ayin yang ikut dengar tak dapat tahan senyum. Shu

Rong yang ini lucu menggemaskan. Shu Rong seperti terlahir kembali dengan sifat baru. Ayin lebih suka pada majikannya sekarang ini. Tidak menutup diri lagi.

"Sudah kenyang?"

Ashura mangut sambil bersihkan mulut pakai tangan tak peduli di bilang jorok. Fu Kuang geleng kepala melihat sifat Shu Rong tak cerminkan puteri kerajaan. Gayanya suka asalan tak peduli tata krama seorang puteri yang dituntut harus lemah gemulai, lembut penuh sopan santun. Setiap gerak tubuh sudah tertata harus bagaimana bergerak. Langkah saja harus diperhitungkan. Belum lagi harus pandai berpuisi, menyulam, bermain musik kuno. Ashura tak punya skill itu. Semoga puteri Shu Rong punya transfer padanya.

"Ayok kita keluar! Jangan lupa pakai cadar!"

"Iya cerewet!" Ashura segera ambil cadar menutup wajah cantiknya.

Fu Kuang mengangguk puas melihat Ashura tak banyak tingkah. Ashura keluar kamar dengan riang hati. Di depan sudah ada Amuk menanti perintah dari majikan slebor mereka.

Amuk berdiri dekat pintu kamar Ashura seperti patung hidup. Diam diri minta diperintah. Ashura paling tak suka perbudak orang kecil otomatis kurang senang Amuk berdiri tak punya inisiatif bergerak sendiri.

"Amuk..betah banget jadi patung! Awas kamu kusihir jadi tiang bangunan."

Amuk langsung membungkuk ketakutan. Wajahnya berubah pucat ditegur Ashura.

"Maaf tuan puteri..hamba menunggu perintah tuan puteri."

"Jangan banyak melamun! Nanti otakmu dimakan rayap. Kita ke sumur belakang. Pindahkan bambu bambu yang besar ke belakang. Ayok jalan!" Ashura berjalan menuju ke arah batang bambu berniat bantu Amuk angkat bambu.

"Biar hamba saja tuang puteri. Jangan lukai tanganmu!"

"Aku tak mau kamu mati kecapekan. Angkat bambu gini tak jadi soal. Asal jangan batu!"

Fu Kuang yang dari tadi hanya memantau jadi gemas melihat Ashura tak minta bantuannya malah mau kerjakan sendiri. Di mana nilainya sebagai pejantan macho. Tak mungkin seorang puteri angkat bambu yang notabene kerja orang kasar.

"Amuk..tuan puterimu orang kuat. Biar dia kerja sendiri. Kita kontrol dari sini." ujar Fu Kuang kalem.

Ashura mendongakkan kepala sombong yakin bisa angkat batang bambu yang rata rata berukuran panjang hampir 8 meter. Lumayan panjang.

Amuk bingung tak tahu harus ikut perintah siapa. Fu Kuang adalah adek raja juga jenderal perang besar sedangkan Ashura adalah majikan dia. Ikut perintah siapa paling tepat?

Di tengah Amuk menentukan pilihan Ashura sudah berusaha mengangkat satu batang bambu. Begitu diangkat Ashura langsung terhuyung tak mampu jaga keseimbangan gotong bambu sepanjang 8 meter. Gadis ini terjerembab bersama bambu terjatuh di samping. Untunglah bambu tak menimpa kaki mulus Ashura.

Ashura meraba pantatnya yang terasa sakit. Gadis ini meringis kesakitan tapi tak minta tolong pada Amuk maupun Fu Kuang. Perlahan Ashura bangkit sambil mengelus pantatnya. Sambil bertatih Ashura balik ke teras rumah. Fu Kuang menghela nafas mendekati gadis bermental baja itu. Fu Kuang ingin memeriksa luka Ashura tapi belum apa apa Ashura sudah mendelik beri ultimatum tak boleh sentuh dia.

"Sakit?"

"Ngak cuma pedih. Nyatanya berat juga bambunya. Kukira ringan." desis Ashura menahan sakit.

"Aku panggil tabib istana ya! Mana tahu ada luka besar. Atau kuperiksa sekarang?"

"Mau kucincang jadi perkedel *****? Sembarangan..ini daerah rambu merah. Daerah terlarang." Ashura mencibiri Fu Kuang

Fu Kuang berjongkok di depan Ashura mau cek kakinya apa ada luka lain. Ashura cepat cepat kabur sebelum disentuh jenderal. Ashura mana ijinkan laki sentuh kakinya apalagi baru kenal Fu Kuang. Bahasanya boleh adik raja yang terkenal gagah berani namun akalnya belum tentu gagah. Siapa tahu playboy cap kampret.

"Kok takut padaku? Aku cuma mau periksa kamu."

"Tidak usah. Sudah sembuh."

"Sekarang bagaimana? Mau lanjutkan atau kamu istirahat dulu."

"Istirahat dulu..Amuk bisa pindahkan bambu pelan pelan. Kalau sudah selesai panggil aku." Ashura menyerah kalau disuruh pindahkan bambu yang lumayan berat. Bisa patah pinggang gadis ini kalau ngotot mau ikut kerja.

"Gini saja. Kamu buat gambar apa yang mau kamu kerjakan. Biar aku yang selesaikan. Siapa tahu rencanamu akan berguna untuk seluruh istana." Fu Kuang kasih jalan tengah supaya Ashura tak repot pikir cara bangun saluran air.

"Gitu ya! Ok..kita ke kamarku. Akan kugambar cara pikir aku."

"Mari.." Ajak Fu Kuang mau tahu cara pikir Ashura. Fu Kuang mau lihat tingkat kecerdasan Ashura. Hanya sekedar punya ide atau memang punya kelebihan dari wanita lain.

Ashura mengambil kertas menggambarkan apa yang ada di benaknya. Ashura gambarkan bikin terminal dari ember besar lalu buat lobang untuk pasang bambu untuk alirkan air ke mana suka. Sementara ini Ashura bikin dua lubang untuk ke kamarnya dan dapur. Semua bambu dibuat kaki penyanggah agar air bisa turun dengan lancar. Terminal ember dipasang lebih tinggi biar air turun sesuai keinginan hati.

Fu Kuang mangut mangut salut pada pola pikir Ashura yang termasuk brillian. Ternyata gadis ini tak hanya cantik wajah, otaknya juga cantik.

"Lalu bambu gimana? Apa kita harus lubangi sekat bambu?"

Ashura tertawa geli dengar kata Fu Kuang. Laki ini sedang menguji kecerdasan atau memang bodoh tak tahu kalau itu tak mungkin dilakukan pada jaman ini. Kalau di jaman moderen semua tak jadi masalah. Segala alat moderen sanggup melakukan semua hal sulit. Tak ada yang mustahil di jaman moderen.

"Apa pak jenderal pikir otakku sekecil otak udang?"

"Apa aku ada bilang gitu?"

"Mulut memang tak bilang tapi tuh mata tuh mata sedang ngejek." Ashura melempar pandangan penuh tuduhan pada Fu Kuang. Pandangan Ashura tak bersahabat.

"Hahahaha..kau sungguh sinis. Apa rencanamu?"

"Semua bambu akan kita potong lalu kita masukkan bambu kecil ke dalam untuk menyambung dua bambu. Jadi bambunya akan sambung menjadi satuan bambu panjang."

"Kamu memang pinter. Cocok jadi pemilik istana jenderal. Aku akan minta ijin raja menikahimu secara resmi. Kau mau kan?"

Ashura menggeleng,"Aku kasar tak manis seperti puteri lain. Kujamin jenderal akan pendek umur punya isteri kasar macam aku."

"Aku suka tantangan. Wanita mains manja sudah terlalu banyak di istana. Aku tak tertarik lagi. Aku mau yang bisa bikin aku gemas."

"Oh..kalau gitu kawin saja sama sapi betina. Pasti bikin gemas..tak marah dibilang sapi..percaya deh!"

Fu Kuang merasa urat tawanya sedang dobrak abrik orang hingga tak dapat nahan tawa lagi. Ashura terlalu lucu dan menggemaskan. Fu Kuang akan nyesal seumur hidup kalau tak dapatkan gadis ini.

Ashura masa bodoh dengan tawa Fu Kuang. Mau tawa ngejek juga no problem. Yang penting sudah puas balas jenderal kancil itu.

"Aku sudah paham maksudmu. Mulai besok semua ini akan dikerjakan pengawalku. Kau duduk manis kawani aku selama di sini. Berapa hari lagi aku akan kembali ke perbatasan. Aku mau bawa kamu ke sana."

Ashura langsung beri reaksi menolak. Ashura tak mungkin ke manapun sebelum temukan pembunuh Shu Rong. Tugas utama Ashura adalah cari tahu siapa di balik kematian Shu Rong. Kalau dia ikut Fu Kuang semua akan berantakan. Jalan pulang ke masanya main jauh. Ashura harus bertahan di istana dingin sampai ada petunjuk.

"Aku tak boleh pergi..aku masih ada tugas mulia! Setelah selesai aku janji akan ikut jaga perbatasan denganmu."

Fu Kuang meletakkan kertas gambar Ashura lalu menatap netra gadis ini yang biru. Fu Kuang suka sekali menatap mata aneh Ashura. Di jaman mereka tak ada manusia berwarna biru kecuali bidadari dalam dongeng. Ashura satu satunya gadis dongeng di alam nyata.

"Apa tugasmu? Aku akan selesaikan. Kau cuma kasih tahu saja."

Ashura menimbang ingin buka cerita tentang kecurigaan adanya pembunuhan di lingkungan istana. Mungkin saj Fu Kuang bisa bantu selidiki siapa yang punya nyali bunuh orang demi kekuasaan.

"Jenderal..aku.."Belum sempat Ashura bicara lebih lanjut seorang pengawal datang kasih tahu ada pengumuman dari istana utama.

Fu Kuang segera keluar menyambut pesan dari Raja Muda. Ashura terpaksa ikut keluar lihat apa yang terjadi. Selama tinggal di sini belum ada orang datang ke istana mereka selain Fu Kuang dan pengawalnya yang setia menanti di pintu istana.

Seorang kasim dan dua pengawal datang bawa pesan raja muda. Mereka bertiga langsung bungkuk beri hormat Fu Kuang begitu jenderal itu keluar dari ruang Ashura.

"Salam Yang mulia Jenderal.." Sapa kasim Du sopan.

"Kasim Du..ada apa sampai datang sendiri ke istana dingin?" tegur Fu Kuang dengan nada tak senang.

Kasim Du perlihatkan gulungan berisi dekrit Raja muda untuk penghuni istana dingin.

"Hamba diutus Yang Mulia Raja undang Puteri Shu Rong untuk kumpul di halaman istana. "

"Untuk apa?"

"Yang Mulia mau tetapkan beberapa selir untuk masuk istana Kebajikan. Tak lama lagi akan ada pemilihan ratu maka Yang Mulia Raja mau kenal semua selirnya." jawab Kasim Du luar biasa sopan.

Fu Kuang menatap Ashura. Ashura menggeleng memohon Fu Kuang membantunya agar tak usah pergi ikutan kumpul. Raja muda seperti orang gila mau kumpulkan para wanita untuk jadi bini. Ashura mana mau dijadikan piaraan istana yang pasti akan timbul banyak konflik.

"Puteri Shu Rong akan hadir. Katakan pada Yang Mulia." sahut Fu Kuang wibawa.

"Terima kasih Yang Mulia jenderal. Hamba akan sampaikan pada Yang Mulia. Satu jam lagi pertemuan akan mulai."

"Kalian pergi saja. Aku akan antar Tuan Puteri ke istana kebajikan. "

"Hamba permisi." kasim Du mengundurkan diri sambil melempar pandangan ke arah Shu Rong yang mau beku gara gara Fu Kuang sanggupi Raja Muda untuk bertemu. Sungguh ide buruk. Ashura betul betul tak ingin terlibat lebih dalam permainan dalam istana yang sudah tak sehat di mata Ashura.

Terpopuler

Comments

玫瑰

玫瑰

Aduh...kenapa jenderal yang membuat keputusan?...masalah ni

2023-04-09

1

lihat semua
Episodes
1 Ke Negeri Tirai Bambu
2 Musuh Terindah
3 Ashura Menghilang
4 Arwah Putri Shu Rong
5 Raja Muda Galau
6 Adaptasi
7 Jenderal Muda
8 Mengenal Jenderal Ganteng
9 Raja Murka
10 Makin Akrab
11 Pengumuman
12 Bertemu Raja Muda
13 Gerak Cepat
14 Jumpa Lagi
15 Bercanda
16 Bersama Raja
17 Keluar Istana
18 Keluar Istana 2
19 Bencana
20 Membantu Rakyat
21 Puteri Manis
22 Jumpa Arwah Shu Rong
23 Ritual Hujan
24 Hujan Lebat
25 Kembali ke Istana
26 Jenderal Kancil
27 Demam
28 Penasehat Raja
29 Jalankan Misi
30 Membantu Raja
31 Berseteru
32 Kenalan Baru
33 Mulai Bekerja
34 Terjebak
35 Selir-selir
36 Raja Pujaan
37 Berterus Terang
38 Ketangkap Basah
39 Kabur
40 Menyerah
41 Hantu Shu Rong
42 Penasehat Cantik
43 Penasehat Cantik 2
44 Wabah Penyakit
45 Bersama
46 Rapat
47 Rapat 2
48 Puasa
49 Draft
50 Jujur
51 Draft
52 Ashura Bersedih
53 Main Hati
54 Turun Lapangan
55 Pelajaran Moderen
56 Puteri Tang
57 Hajar Puteri Munafik
58 Cari Muka
59 Rencana Baru
60 Kebodohan Jenderal
61 Susun Rencana
62 Kerja Bakti
63 Kapok
64 Kejujuran
65 Pemberontakan
66 Buka Jati Diri
67 Raja Bingung
68 Fu Yen Syok
69 Rencana Paman Raja
70 Peraturan Baru
71 Persiapan Matang
72 Pasukan Perang
73 Bedah Senjata
74 Test
75 Ceramah Pagi
76 Latihan
77 Raih Kekuasaan
78 Pengumuman Pahit
79 GALI CERITA MASA LALU
80 Gebrakan Sang Raja
81 Penyerangan
82 Siapa Dia
83 Penyerangan
84 Paman Mata Keranjang
85 Pelajaran
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Ke Negeri Tirai Bambu
2
Musuh Terindah
3
Ashura Menghilang
4
Arwah Putri Shu Rong
5
Raja Muda Galau
6
Adaptasi
7
Jenderal Muda
8
Mengenal Jenderal Ganteng
9
Raja Murka
10
Makin Akrab
11
Pengumuman
12
Bertemu Raja Muda
13
Gerak Cepat
14
Jumpa Lagi
15
Bercanda
16
Bersama Raja
17
Keluar Istana
18
Keluar Istana 2
19
Bencana
20
Membantu Rakyat
21
Puteri Manis
22
Jumpa Arwah Shu Rong
23
Ritual Hujan
24
Hujan Lebat
25
Kembali ke Istana
26
Jenderal Kancil
27
Demam
28
Penasehat Raja
29
Jalankan Misi
30
Membantu Raja
31
Berseteru
32
Kenalan Baru
33
Mulai Bekerja
34
Terjebak
35
Selir-selir
36
Raja Pujaan
37
Berterus Terang
38
Ketangkap Basah
39
Kabur
40
Menyerah
41
Hantu Shu Rong
42
Penasehat Cantik
43
Penasehat Cantik 2
44
Wabah Penyakit
45
Bersama
46
Rapat
47
Rapat 2
48
Puasa
49
Draft
50
Jujur
51
Draft
52
Ashura Bersedih
53
Main Hati
54
Turun Lapangan
55
Pelajaran Moderen
56
Puteri Tang
57
Hajar Puteri Munafik
58
Cari Muka
59
Rencana Baru
60
Kebodohan Jenderal
61
Susun Rencana
62
Kerja Bakti
63
Kapok
64
Kejujuran
65
Pemberontakan
66
Buka Jati Diri
67
Raja Bingung
68
Fu Yen Syok
69
Rencana Paman Raja
70
Peraturan Baru
71
Persiapan Matang
72
Pasukan Perang
73
Bedah Senjata
74
Test
75
Ceramah Pagi
76
Latihan
77
Raih Kekuasaan
78
Pengumuman Pahit
79
GALI CERITA MASA LALU
80
Gebrakan Sang Raja
81
Penyerangan
82
Siapa Dia
83
Penyerangan
84
Paman Mata Keranjang
85
Pelajaran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!