Fu Yen ikuti arah pandangan mata Kasim Du ke dalam kamar. Kasim ini pasti sedang intip di mana adanya calon ratu yang tak mau diangkat itu. Fu Yen sengaja bikin Kasim penasaran apa yang terjadi. Kasim Du pasti aka sebar gosip kalau Ashura sudah beranjang ria dengan sang raja. Semua orang pasti akan berpikir sesuai keinginan mereka menduga telah terjadi sesuatu.
"Kasim Du..sediakan sarapan pagi! Aku akan pergi beberapa hari. Kau tak perlu ikut. Dan buatlah seolah aku ada dalam istana! Jangan biarkan siapapun masuk istanaku sebelum aku pulang! Ingat itu!" kata Fu Yen penuh wibawa se[erti biasa.
"Yang Mulia mau ke mana? Hamba takut terjadi sesuatu pada Yang Mulia." kasim Du dilanda rasa cemas.
"Aku akan minta beberapa pengawal kawal aku dari jauh. Kau cuma perlu jaga istana ini dari para ratu dan selir. Katakan aku tak mau diganggu."
Kasim tak dapat berbuat apa apa selain patuh. Titah seorang raja mana mungkin dibantah walau tak sesuai isi hati Kasim Du. Nyawa sang Raja bisa terancam setiap saat karena banyak musuh mengintai nyawa orang nomor satu di kerajaan ini.
"Yang Mulia pergi dengan siapa?" tanya Kasim Du masih penuh rasa cemas.
"Menurutmu?"
"Puteri Shu Rong?"
Fu Yen mangut. Kasim Du sudah duga kalau hanya Ashura yang mampu buat sang raja berubah pikiran. Seberapa hebat gadis jelek itu pengaruhi jalan hidup raja yang terkenal tak pernah ramah sama wanita itu.
"Sekarang siapkan bekal untukku. Ingat semua perintahku! Tak ada yang boleh tahu aku ke mana. Kalau ditanya Ibunda Ratu apa aku sudah pilih selir katakan belum. Jangan katakan puteri Shu Rong ada di istanaku!" ujar Fu Yen dengan nada tegas tak mau dibantah.
Sebenarnya Kasim Du sangat kuatir akan keselamatan sang raja. Raja jarang keluar istana tanpa pengawalan ketat. Banyak pihak menginginkan nyawa sang raja dengan berbagai alasan. Kini raja mau pergi berdua dengan gadis konyol macam Ashura. Tentu saja Kasim Du cemas. Tingkah Ashura cukup buat kasim Du bingung dan sekarang raja ingin pergi keluar istana dengan gadis itu. Sungguh tak ada jaminan.
"Yang Mulia...kalau ada yang ingin dikerjakan lebih baik perintahkan saja. Hamba janji akan atur sebaik mungkin." Kasim Du masih berusaha bujuk Fu Yen batalkan niat tak sehat ini.
Fu Yen mendelik marah pada kasim Du yang berani membantah. Kasim Du cepat cepat bungkuk minta maaf tak terucap. Fu Yen besar di tangan kasim Du. Kasim Du sayang pada Fu Yen tak ubah pada anak sendiri karena dia memang tak bisa punya anak lagi. Pada Fu Yen dia curahkan kasih sayang seorang ayah.
"Hamba akan persiapkan perjalanan Yang Mulia." Kasim Du mengalah dengan hati berat.
Fu Yen balik badan masuk ke kamar untuk bangunkan Ashura. Matahari mulai beranjak ke tengah langit perlihatkan cahaya keemasan. Awan pagi berarak membentuk gumpalan bayangan sesuai imajinasi kita. Pagi cerah untuk lakukan langkah pasti.
Fu Yen mencolek Ashura yang masih bergulung dalam selimut. Fu Yen tersenyum bayangkan pelukan gadis ini yang hangat. Bau harum Ashura bikin Fu Yen mabuk kepayang. Satu harum yang takkan terlupakan.
"Orang malas bangun!" bisik Fu Yen lembut di kuping Ashura. Fu Yen tiupkan nafas ke kuping gadis ini datangkan rasa geli buat Ashura terbangun. Gadis ini edarkan pandangan ke sekeliling merasa asing dengan kondisi kamar ini.
"Di mana aku?" tanya Ashura masih dilanda rasa bingung. Tatapan Ashura jatuh pada Fu Yen yang menanti di tepi tempat tidur dengan gaya santai.
Ashura meloncat bangun sambil menunjuk ke arah Fu Yen. Ashura marah karena berada di ranjang sang raja. Teringat dia tidur di lantai kenapa bisa pindah ke ranjang sang raja.
"Kau.."
"Kenapa? Kau sendiri naik ke tempat tidurku. Aku sebagai lelaki sejati ijinkan kamu tidur di tempat tidurku. Dan untuk hormati kamu aku tidur di meja kerjaku."
"Oh.." Ashura menarik nafas lega. Bayangan buruk terhadap Fu Yen terhapus mengingat kata kata laki itu. Ashura yakin sang raja bukan lelaki cabul yang suka paksa kehendak pada gadis muda macam dia.
"Cepat bersiap! Kita akan segera berangkat." ujar Fu Yen kasih kesempatan pada Ashura untuk berbenah sebelum berangkat. Ashura tak segera bangun malah memikirkan rencana matang agar jangan ketahuan mereka dari istana.
"Yang Mulia..kalau aku keluar pakai cadar semua orang pasti akan tahu siapa aku. Kan cuma aku yang pakai cadar di negeri ini."
"Di luar aku kurang tahu tapi di istana memang tak ada yang pakai cadar. Atau kau berpakaian laki saja. Kamu dandan sebagai laki. Dan kau jadi pelayanku."
"Lagi lagi jadi pelayan..kenapa tak naik pangkat jadi penglima atau pengawal nomor satu. Aku bisa lindungi Yang Mulia." sahut Ashura sambil manyun. Fu Yen tertawa kecil melihat semangat Ashura mau tampil lebih gagah.
"Baiklah! Kau jadi pengawalku. Sepanjang jalan kamu panggil aku tuan saja. Jangan panggil yang mulia!"
"Deal.." Ashura meloncat bangun sari tempat tidur penuh semangat. Gadis ini segera ambil peralatan mandi kesayangan. Tanpa permisi gadis ini langsung kabur ke kamar sebelah mencari Ayin.
Fu Yen menggeleng dengan tingkah Ashura yang sangat tidak sopan terhadap sang raja. Raja dianggap teman biasa padahal seluruh negeri takut dan segan pada orang nomor satu itu. Kasim Du msuk setelah melihat Ashura keluar dari kamar raja.
Kasim Du melayani segala keperluan sang raja dari ganti pakaian lebih sederhana serta sediakan sarapan pagi. Sejujurnya kasim Du masih kuatir akan keselamatan sang raja namun apa mau dikata. Titah raja tak boleh dibantah.
Ashura balik ke kamar sang raja membawa udara segar di hidung sang raja. Bau harum Ashura jadi bau favorite sang raja. Segar tak menusuk hidung. Fu Yen sudah menanti di meja makan menanti Ashura untuk makan bersama. Beberapa menu ringan sudah terhidang di meja minta diajak piknik ke perut sang raja dan Ashura.
"Ayo makan!" kata Fu Yen.
"Iya..Yang Mulia..hamba tak punya pakaian lelaki. Gimana ini?" Ashura perlihatkan pakaian wanita yang masih melekat di badan. Fu Yen perhatikan bentuk tubuh Ashura yang menggoda iman para lelaki. Ashura memiliki kelebihan di bagian dada. Lebih besar dari wanita yang dikenalnya.
"Sepertinya idemu berpakaian laki tak bisa kita pakai." kata Fu Yen kalem.
"Kenapa?" Ashura melirik tubuh sendiri cari penyebab tak bisa berpakaian laki seperti kata sang raja. Kayaknya tak ada yang aneh. Semua tampak aman untuk lanjutkan rencana semula.
"Pokoknya tak cocok." Fu Yen tak mau berterus terang takut Ashura malu. Fu Yen tak mungkin katakan Ashura memiliki sesuatu kelebihan dari gadis lain. Ini memalukan untuk seorang gadis.
"Banyak alasan. Ya sudah aku pergi gitu saja! Pakai cadar!" ketus Ashura sewot.
"Baiklah! Terserah kamu mau bagaimana. Kasim Du sediakan pakaian laki untuk Puteri Shu Rong." akhirnya Fu Yen ngalah ketimbang lihat wajah suram Ashura.
"Laksanakan!" kasim Du segera keluar laksanakan permintaan sang raja.
Ashura tersenyum senang tak perlu pakai cadar juga pakai tompel jelek lagi. Hari kebebasan datang juga tanpa perlu pura pura jadi orang terjelek senegeri.
"Makan!"
"Siap tuanku yang ganteng!"
Fu Yen tertawa senang dipuji Ashura. Tak penting pujian itu tulus atau hanya pemanis bibir. Yang penting Ashura sudah akui dia ganteng. Fu Yen suka gaya Ashura tak dibuat buat cari perhatiannya. Ashura gadis pemberani juga pinter. Raja muda suka padanya.
Kasim Du bawa satu stel pakaian laki warna abu abu kehitaman. Warna yang sangat suram untuk gadsi muda macam Ashura. Tapi sekarang status Ashura bukan gadis tapi pengawal raja bertubuh mungil. Tanpa protes Ashura menerima pakaian itu dan kembali ke kamar sebelah untuk ganti pakaian.
Ayin masih setia menanti Ashura di kamar sebelah. Pelayan setia ini mengharap sang puteri hidup layak di samping raja setelah bertahun hidup sengsara di istana dingin.
Selesai berpakaian Ashura merasa ada yang aneh dalam dirinya. Sisi wanitanya masih tampak jelas karena ada sesuatu tampak aneh di balik pakaian lelakinya. Bentuk tubuh wanita masih jelas tampak walau sudah dibalut pakaian lelaki.
"Ayin..tolong cari kain selendang!"
"Untuk apa tuan puteri?"
"Apa kau tak lihat ada sesuatu yang aneh di bagian dada? Aku mau ikat dikit." Ashura kasih penjelasan agar otak Ayin bisa berpikir lancar.
Ayin tertawa ikut pandangi daerah yang disebut Ashura. Memang tercetak jelas di balik pakaian. Kini Ashura paham mengapa Fu Yen katakan dia tak cocok berpakaian laki. Nyatanya bagian dada Ashura menarik perhatian mata para penjantan.
Ashura tak hilang akal menyerah gitu saja. Bukan Ashura kalau tak mampu tangani masalah sepele gini. Ashura ambil selendang bebat bagian dada agar lebih rata. Terasa tak nyaman agak sesak nafas gara gara Ashura ikat agak erat biar dapat hasil sempurna.
Tak sampai setengah jam seorang pemuda berwajah sangat tampan datang ke kamar raja. Kasim Du si banci kalengan terpesona melihat pemuda yang luar biasa ganteng berjalan penuh wibawa ke arahnya. Mulut kasim Du sampai terbuka lebar saking kagum pada pemuda ganteng ini.
Ashura berhenti di depan kasim Du sambil goyang santai goda kasim itu. Mata kasim Du tak bisaa pindah dari Ashura yang berubah jadi pria sejuta pesona. Wajah putih bersih dengan mata biru bening.
"Awas lalat masuk mulut!" ejek Ashura bikin kasim Du tersipu malu.
Kasim Du cepat cepat tutup mulut hindari kebodohan lebih lanjut.
"Tuan ganteng siapa ya?"
"Aku ganteng kan? Rajamu putus..jangan jatuh cinta padaku ya! Aku tak terima cinta recehan." kata Ashura masih betah goda kasim Du.
"Tuan mau jumpa siapa? Ini tempat terlarang. Tak semua orang boleh datang." Kasim Du masih ramah walau sudah melanggar aturan. Ashura tertawa dalam hati senang bisa goda kasim banci itu.
"Aku adalah calon ratumu. Rajamu suka jeruk makan jeruk." Ashura makin buat kasim Du pusing tujuh keliling. Seorang laki mana mungkin jadi ratu. Atau Ashura sedang gambarkan sang raja itu punya kelainan jiwa suka sesama laki.
"Haiya..kamu buat aku pusing. Cepat pergi sebelum ditangkap pengawal istana. Kamu bisa dipenggal. Sayang kalau kau mati.." Kasim Du mendorong Ashura agar pergi dari kamar Fu Yen.
"Dikit dikit penggal! Rajamu memang stress..aku mau jumpa rajamu!" Ashura berusaha nyelonong lewati kasim Du. Para pengawal langsung sigap menahan Ashura tak ijinkan pemuda abal abal ini masuk kamar Raja Muda.
"Pergilah tuan muda!" seru Kasim Du masih bertoleransi.
"Aduh.kok jadi gini. Aku puteri Shu Rong.." seru Ashura sebelum diusir labih kasar.
Para pengawal dan Kasim Du segera berhenti memaksa Ashura pergi. Kasim Du menatap Ashura lekat lekat tak pecaya omongan pria ganteng ini. Puteri Shu Rong jelek bertompel hitam. Yang ini wajahnya mulus bersih. Lalatpun akan tergelicir bila nangkring di wajah itu.
"Jangan bohong! Mana tompelmu?"
"Kasim Du..tompelnya sudah kututup dengan bedak. Lihat pakaian ini! Bukankah kau yang kasih padaku?"
Kasim Du meneliti pakaian Ashura lalu mangut mangut. Memang pakaian darinya.
"Kau puteri Shu Rong..ternyata ganteng."
"Huusss..aku cantik dong!" Ashura meletakkan kedua jari di pipi bikin gaya menggemaskan. Kasim Du dan para pengawal tersenyum melihat puteri lucu ini.
"Maaf tuan puteri! Silahkan masuk!" Kasim Du beri jalan pada Ashura menemui raja mereka. Ashura melenggang sok gaya melewati kasim Du.
Fu Yen terkesima melihat pemuda ganteng masuk kamarnya. Pemuda ini tak bisa dibilang ganteng tapi cantik. Ashura tahu Fu Yen kagum pada penampilannya sengaja putar putar badan pamer sosok lelaki peluntur iman para wanita.
"Gimana? Aku hebat kan?"
Fu Yen tepuk tangan puji keahlian Ashura menyamar. Tak ada kesan wanita selain pria berwajah cantik.
"Hebat..pengawalku cantik sekali! Aku bisa jatuh cinta pada pengawal sendiri."
"Tidak bisa..aku lelaki sejati. Pengawal raja muda Fu Yen. Ayok berangkat! Kita berkelana mencari kebenaran membela yang lemah." kata Ashura gagah berani. Sudah berlagak pendekar pembela kebenaran seperti dalam kisah kisah film.
Fu Yen tak dapat menahan tawa melihat gaya sok Ashura. Gadis muda ini tak tahu seberapa berat tantangan di depan mata. Musuh musuh pasti bermunculan menghadang niat baik mereka mencari kebenaran. Terutama para pejabat yang salah gunakan kekuasaan melakukan korupsi.
Tawaran Ashura agar raja muda turun tangan sendiri adalah ide bagus. Raja muda haru tahu apa yang sedang dilakukan para pejabat terhadap rakyat kecil.
"Sebelum berangkat kau harus janji patuh padaku!" ujar Fu Yen beri ultimatum pada Ashura. Sehari bersama Ashura Fu Yen langsung tahu jiwa Ashura sangat keras tak mau dikekang.
"Iya..cerewet banget! Tapi janji takkan memaksa aku kalau aku tak suka."
"Eeeiittt nih anak! Yang raja siapa? Kenapa kamu yang bikin aturan?"
"Iya iya..raja adalah aturan! Aku hanya pengawal kecil tak boleh melawan. Nanti dipenggal." sinis Ashura bikin Fu Yen mendelik.
"Dasar anak kecil! Aku lebih tua darimu maka kau harus patuh padaku!"
"Tuhkan..ngaku tua! Sudah kakek kakek! Sok mau berbini banyak. Patah pinggang ente ladeni banyak bini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Moertini
lucuuuuunyaaaaa aku sukaaa lanjuuut
2025-01-04
0
Rahma Waty
kwkwkwwkkwwkkw
2024-05-16
0
玫瑰
aduh thor. karya mu ini memang lucu...
2023-04-09
1