Raja Muda Galau

Di istana utama yang diberi nama Villa Kebajikan terlihat Raja muda mondar mandir gelisah menanti kabar dari Kasim Du tentang Shu Rong.

Liem Fu Yen benar penasaran pada gadis angkuh yang telah menjatuhkan pamornya sebagai laki tertampan seluruh negeri. Semua wanita di negeri bermimpi pagi siang malam berharap dilirik sang raja muda. Sekali jadi kawan tidur saja sudah cukup.

Sekarang muncul wanita di istana menolak jadi wanita sang raja. Tak urung hati sang raja jadi kesal. Dia harus taklukkan wanita ini biar tak angkuh lagi. Shu Rong harus tahu keperkasaan sang raja sombong ini.

"Yang mulia.." panggil kasim Du si bencong kalengan dengan manja

"Kasim Du..sudah ada kabar?"

Kasim Du membungkukkan badan tanda menyerah. Kasim ini takut sang raja akan murka tak dapat berita apapun dari istana dingin Shu Rong.

"Maaf yang mulia..pintu istana puteri Shu Rong tertutup. Mereka tak terima tamu. Cuma tadi orang dapur lapor mereka ada minta makanan dari dapur istana."

"Selir macam apa wanita itu? Beraninya menolak aku." seru sang raja kesal tingkat dewa.

"Puteri Shu Rong memang tak pernah minta dimasukkan daftar selir. Yang Mulia juga tak pernah minta puteri Shu Rong datang untuk layani yang mulia."

Fu Yen membalik badan dengan kasar menghadap kasim yang ketakutan karena sang raja kelihatan sangat marah.

"Kalian tak cerita ada puteri itu bagaimana aku tahu. Mulai besok istana dingin tak boleh dapat makanan dari dapur istana. Kirim makanan belum masak untuk mereka. Biar mereka urus sendiri dapur mereka. Ini hukuman bagi orang pembangkang." sabda Fu Yen gondokan.

"Dilaksanakan. Yang mulia istirahat saja. Sebentar lagi makan malam akan tiba. Atau yang mulia mau makan di tempat selir Ning Fei?"

"Tidak perlu..aku mau sendirian."

Kasim Du segera mengundurkan diri dengan sopan. Tinggallah sang raja masih dipenuhi berbagai pertanyaan. Mengapa sekarang baru dia tahu ada wanita menarik dalam istana. Tak penting Shu Rong cantik atau tidak. Yang bikin sang raja kheki adalah mentalnya demikian tegar tak takut apapun.

Di istana dingin Ashura baru saja selesai makan malam dalam kamar. Ayin dan Amuk menunggu Ashura makan di luar kamar. Puteri Shu Rong memang tak suka dikawani makan dari dulunya. Kedua abdi setia itu menanti di luar kamar hingga puteri itu selesai makan.

"Ayin..masuklah!"kata Ashura lembut seperti biasa.

Ayin segera masuk menanti perintah majikan mereka itu. Ashura tersenyum lembut tak berniat beri perintah apapun selain ingin Ayin bereskan meja makan.

"Ayin..kalian juga makan ya! setelah itu tidur yang nyenyak. Kalian sudah menderita karena aku."

"Tuan puteri jangan omong gitu! Ini sudah tugas kami." Ayin cepat cepat bereskan meja makan sebelum Ashura keluarkan kalimat lain. Ayin cukup senang perhatian Ashura pada mereka. Shu Rong tak pernah ijinkan mereka tidur jauh dari kamarnya kalau malam hari. Dia dan Amuk selalu tidur di depan pintu kamar puteri. Sekarang sang puteri kasih kesempatan mereka istirahat di kamar. Ini suatu berkah besar.

"Aku akan periksa kalian kalau masih ngelayap di istana. Kau akan ku hukum kalau tidak tidur dengan baik."

"Iya tuan puteri..terima kasih perhatian puteri!" sahut Ayin gembira. Membayangkan tempat tidur hangat saja sudah bikin hati tenang. Apalagi bisa rebahkan tubuh yang sakitan gara gara dipenjara pasti lebih menyenangkan.

Ayin langsung ajak Amuk makan dan istirahat sesuai perintah majikan yang berubah makin baik.

Tinggallah Ashura kesepian di dalam kamar! Angan Ashura langsung terbang pada orang tuanya dan Liem musuh terindah yang nyangkut di hati. Sedang apa mereka? Pasti heboh Ashura raib tanpa bekas. Mamanya pasti histeris kehilangan permata hati. Papanya gimana pula? Lalu Liem bagaimana? Apa akan nangis atau bahagia? Bahagia tak ada orang bully dia lagi. Ashura rindu pada mereka. Tapi sudah terlanjur kembali ke masa lampau tentu harus selesaikan misi. Ini membantu Shu Rong juga Ayin dan Amuk.

Ashura membuka pintu kamar cari angin segar. Suasana istananya benar benar dingin sesuai namanya. Tak ada suara apapun selain suara jangkrik bersahutan. Cahaya lentera hadirkan sinar redup tak mampu usir kelamnya malam.

Angin sepoi sepoi membelai kulit bikin hati Ashura makin terbawa ke arah rindu keluarga. Ashura biarkan angin nakal mengganggu dirinya.

Ashura tak sadar ada sepasang mata mengintip kegiatan gadis ini dari atap istana. Sosok berpakaian hitam ini mengamati semua tingkah Ashura tanpa bergerak. Mungkin takut ketahuan maka berdiam diri.

Tiba tiba angin nakal bertiup kencang menerbangkan cadar Ashura. Wajah Ashura yang cantik jelita muncul menggoda para nyamuk dan binatang malam. Ashura tersentak secara reflek mengejar cadar yang terbawa angin.

"Woi..jangan pergi! Jangan nakal!"seru Ashura mengejar cadarnya. Cadar itu seolah mengajak Ashura bercanda di malam buta. Mungkin cadar tahu Ashura lagi bosan tak ada kawan main maka bikin dikit ulah.

Sepasang mata di atas atap istana terkesima melihat tampang Ashura yang mirip bidadari surga. Dalam sejarah hidupnya baru kali ini lihat gadis secantik Ashura. Jantung orang itu berdebar kencang bak kuda liar berpacu di medan padang rumput. Pemandangan langka ini sungguh bawa kesan mendalam.

Ashura berhasil mengambil cadarnya langsung masuk kamar dengan hati mengkal. Rencana mau romantisan dengan angin pupus sudah. Rencana teranyar tentu tidur. Ashura butuh semangat baru untuk cari pembunuh puteri Shu Rong. Klien tak kasat mata macam Shu Rong tak bisa diabaikan. Setiap saat bisa muncul tagih janji.

Ashura mengurut dada tatkala tidur di tempat tidur yang lebih mirip dipan kayu. Kasurnya tipis bikin badan bercumbu dengan papan keras. Ashura bayangkan tempat tidurnya yang nyaman plus harum. Semuanya melayang gara gara Shu Rong hantu iseng.

Lama dirundung rasa kesal akhirnya Ashura tertidur juga. Berbagai mimpi buruk datang bikin tidur Ashura tak lelap.

Di istana kebajikan sang raja masih syok melihat pemandangan indah di istana dingin. Ternyata tukang intip kurang kerjaan adalah sang raja sendiri yang penasaran pada Ashura. Kasim Du tak bawa berita maka dia sendiri turun tangan intip kegiatan Ashura. Tidak sia sia dia hadir sebagai pengintai dadakan. Fu Yen dapat melihat wajah asli sang puteri yang ternyata maha jelita. Pantes gadis itu pede tak tertarik pada raja. Ternyata dia sangat cantik melebihi kecantikan ratu.

Fu Yen jadi gelisah bagaimana cara rayu Ashura agar mau masuk istana para selir. Fu Yen tak mau pakai kekerasan meraih perhatian Ashura. Harus dengan cara damai baru nyaman memeluk tubuh sintal itu.

Fu Yen bertekad bawa gadis itu ke dalam pelukannya. Gadis itu harus jadi salah satu wanita dalam istana. Apapun terjadi Ashura harus tunduk padanya. Harus melayaninya setiap saat. Fu Yen janji akan buat Shu Rong memohon diajak masuk istana para selir.

Pagi buta terdengar omelan Amuk di luar kamar Ashura. Lajang lucu ini mencak mencak tak jelas bikin Ashura penasaran cari tahu apa yang sedang terjadi. Ashura segera berpakaian dan memasang cadar di wajah seperti biasa. Sebenarnya Ashura sudah tak nyaman bercadar namun untuk sementara tak boleh perlihatkan wajah cantiknya. Makin banyak cobaan bakal datang bila Ashura tampil kinclong.

Ashura buka pintu kamar lihat kondisi kedua abdinya. Ayin dan Amuk langsung menunduk beri salam dengan sopan. Ashura beri tanda agar mereka jangan banyak adat.

"Ada apa? Kenapa marah marah di pagi hari?"

"Ini tuan puteri..kita tak diberi makanan dari dapur istana lagi. Cuma dikasih bahan mentah." Amuk menunjuk sayuran dalam bakul rotan.

Ashura tidak beri reaksi apapun selain menghela nafas. Ternyata bendera perang cepat berkibar. Kelihatannya pihak selir yang dipermalukan mulai menyerang Ashura. Ashura sudah siap hadapi perang terselubung ini. Ashura harus bermain cantik tak terpengaruh walau ditekan secara mendadak.

"Tak apa. Ini toh makanan! Kita masak sendiri. Aku mau mandi dulu. Di mana kamar mandinya?"

"Kamar mandi tuan puteri kan ada dalam kamar. Kami akan isi bak untuk mandi mu." kata Ayin sopan.

"Kalian isi bak pake apa?"

"Akan isi pakai timba. Sumur ada di belakang istana."

"Astaga..ini melelahkan! Tidak usah gitu. Ayok kita lihat sumurnya.!"

Ayin dan Amuk saling berpandangan tak paham maksud Ashura. Dari dulu mereka selalu isi bak mandi puteri Shu Rong tanpa ngeluh. Semua ini adalah tugas mereka sebagai abdi puteri.

Ashura tak tega lihat kedua abdi capek bolak balik timba air hanya untuk air mandinya. Kehidupan orang kecil di jaman kerajaan sungguh tragis. Diperbudak tanpa nilai. Gap panjang masih membentang memisahkan orang kaya dan orang miskin. Ashura tak mau ambil keuntungan dari kedua abdinya. Dia harus berbuat sesuatu agar meringan tugas kedua abdi itu.

Sumur yang dimaksud lumayan dalam di pagar tembok rendah. Andai tembok dipasang lebih tinggi maka akan jadi kamar mandi umum seperti di jamannya. Tapi siapa mau bantu mereka saat ini. Nasib puteri Shu Rong tak sebagus para selir yang dimanja sang raja.

"Apa kita ada papan?"tanya Ashura setelah pelajari kondisi sumur.

"Ada tuan puteri. Untuk apa?" tanya Amuk lugu.

"Kita pagar sumur ini jadi kita bisa mandi di sini tanpa perlu angkat air ke kamar lagi." ujar Ashura gembira.

"Sini dingin tuan puteri. Sebentar musim dingin. Udara akan sangat dingin. Tak baik untuk kesehatan puteri."

"Gitu ya! Kalau gitu kita cari bambu untuk alirkan air ke bak. Kalian cukup timba air di sini dan kirim ke kamarku lewat bambu."

"Caranya?" tanya Ayin mulai tertarik.

"Sekarang kalian capek dikit dulu. Aku akan masak dan kalian urus air. Tunjukkan dapur kita." Ashura yakinkan diri mampu jadi majikan baik untuk dua abdi setia itu. Di istana selir lain ada puluhan pelayan sedangkan puteri Shu Rong cuma diberi satu yakni Amuk. Ayin adalah pelayan Shu Rong dari kerajaan padang rumput. Ayin sudah melayani Shu Rong sejak kecil. Mereka tak pernah berpisah walau Shu Rong diantar kerajaan untuk jadi wanita raja muda.

Ashura merasa perutnya kejang melihat dapur mereka. Betul betul peralatan jaman baheula. Masih pakai kayu bakar dan wajan besi segede ban truk. Ashura bukan ahli masak tapi tahu cara masak karena sering bantu mamanya di dapur. Tapi ceritanya tak begini. Di jamannya semua serba canggih. Kompor pakai listrik, wajan teflon anti lengket. Yang ini bikin orang jadi ogah masak. Dijamin asap tebal dari kayu akan memenuhi dapur merusak kulit Ashura yang mulus.

"Tuan puteri..kita jadi masak?" tanya Ayin merusak lamunan Ashura.

"Jadi..kau bisa masak?"

"Bisa tuan puteri..biar hamba saja yang masak. Tuan puteri kembali ke kamar bersihkan diri. Amuk akan bawa air untuk puteri."

"Kita masak bersama saja. Habis itu kita pergi cari bambu. Ok?" Ashura acungkan jempol tanda ok. Ayin bingung hanya bisa ikut acungkan jempol.

Ashura tertawa kecil senang Ayin sudah bisa ikut bercanda. Ashura harap gadis ini tak trauma kena hukuman penjara yang nyaris rengut nyawa keduanya.

Pertama tama Ashura membersihkan peralatan dapur yang sudah cukup kotor. Kelihatannya penghuni istana dingin memang tak dapat perhatian dari istana. Semua serba minim. Benar benar jadi anak tiri buangan. Ashura salahkan raja cabul yang hanya tahu perempuan tapi tak tahu sejahterakan perempuannya.

Ashura dan Ayin saling bahu membahu ciptakan dapur bersih agar layak mengolah makanan. Ashura yakin akan mampu bertahan walau ditekan dari pusat. Ashura bukan gadis manja yang tak tahu apa apa. Track rekor Ashura cukup bagus bertahan hidup tanpa fasilitas memadai dari orang tua. Orang tua Ashura tak pernah manjakan gadis itu walau harta keluarga mereka takkan punah dimakan tujuh turunan.

Ashura kadang cari uang sendiri jadi pelatih taekwando dan magang di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang tata boga agar ada uang jajan lebih.

Akhirnya Ashura dan Ayin berhasil bereskan dapur. Lalu keduanya masak makanan sederhana karena jatah mereka hanyalah sayuran dan tepung. Beras pun tak diberi untuk masak nasi.

Ayin memandang kasihan pada Ashura yang hanya bisa makan sayur tanpa nasi. Sungguh malang nasib tuan puteri mereka. Sudah terbuang kini disiksa lagi. Namun semangat Ashura buat Ayin ikutan semangat. Mereka tak boleh menyerah begitu saja.

"Ayin..sekarang kita bersihkan badan dan kita makan! Terima kasih sudah mau ikut hidup susah dengan aku. Andai kalian dapat majikan yang lebih baik boleh pergi."

Ayin langsung bersujud tatkala Ashura omong begitu. Wajah Ayin berubah sedih diusir secara tak langsung oleh Ashura. Apa Ashura sudah tak ingin mereka lagi?

"Tuan puteri mau buang kami?"tanya Ayin gemetaran.

"Yang mau buang kalian siapa? Aku cuma tak mau kalian ikut menderita bersamaku. Kalian hidupku. Dikejar aka dibunuh, tak dikasih makan. Kita tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku sayang pada kalian maka tak mau kalian hidup susah. Di tempat lain kalian akan hidup layak."

"Hidup layak tapi dianggap seperti binatang ya sama saja. Tuan puteri baik hati dan sayang pada kami. Bagaimana mungkin kami tega meninggalkanmu sendirian."

Ashura mengangkat Ayin agar berdiri dengan hati terharu. Ternyata kedua abdinya memang tulus terhadapnya. Tak sia sia Ashura perjuangkan nyawa mereka.

Terpopuler

Comments

玫瑰

玫瑰

Aduh.. raja cabul pasti bertambah kecabulan nya selepas melihat wajah Ashura...aish...

2023-04-09

1

lihat semua
Episodes
1 Ke Negeri Tirai Bambu
2 Musuh Terindah
3 Ashura Menghilang
4 Arwah Putri Shu Rong
5 Raja Muda Galau
6 Adaptasi
7 Jenderal Muda
8 Mengenal Jenderal Ganteng
9 Raja Murka
10 Makin Akrab
11 Pengumuman
12 Bertemu Raja Muda
13 Gerak Cepat
14 Jumpa Lagi
15 Bercanda
16 Bersama Raja
17 Keluar Istana
18 Keluar Istana 2
19 Bencana
20 Membantu Rakyat
21 Puteri Manis
22 Jumpa Arwah Shu Rong
23 Ritual Hujan
24 Hujan Lebat
25 Kembali ke Istana
26 Jenderal Kancil
27 Demam
28 Penasehat Raja
29 Jalankan Misi
30 Membantu Raja
31 Berseteru
32 Kenalan Baru
33 Mulai Bekerja
34 Terjebak
35 Selir-selir
36 Raja Pujaan
37 Berterus Terang
38 Ketangkap Basah
39 Kabur
40 Menyerah
41 Hantu Shu Rong
42 Penasehat Cantik
43 Penasehat Cantik 2
44 Wabah Penyakit
45 Bersama
46 Rapat
47 Rapat 2
48 Puasa
49 Draft
50 Jujur
51 Draft
52 Ashura Bersedih
53 Main Hati
54 Turun Lapangan
55 Pelajaran Moderen
56 Puteri Tang
57 Hajar Puteri Munafik
58 Cari Muka
59 Rencana Baru
60 Kebodohan Jenderal
61 Susun Rencana
62 Kerja Bakti
63 Kapok
64 Kejujuran
65 Pemberontakan
66 Buka Jati Diri
67 Raja Bingung
68 Fu Yen Syok
69 Rencana Paman Raja
70 Peraturan Baru
71 Persiapan Matang
72 Pasukan Perang
73 Bedah Senjata
74 Test
75 Ceramah Pagi
76 Latihan
77 Raih Kekuasaan
78 Pengumuman Pahit
79 GALI CERITA MASA LALU
80 Gebrakan Sang Raja
81 Penyerangan
82 Siapa Dia
83 Penyerangan
84 Paman Mata Keranjang
85 Pelajaran
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Ke Negeri Tirai Bambu
2
Musuh Terindah
3
Ashura Menghilang
4
Arwah Putri Shu Rong
5
Raja Muda Galau
6
Adaptasi
7
Jenderal Muda
8
Mengenal Jenderal Ganteng
9
Raja Murka
10
Makin Akrab
11
Pengumuman
12
Bertemu Raja Muda
13
Gerak Cepat
14
Jumpa Lagi
15
Bercanda
16
Bersama Raja
17
Keluar Istana
18
Keluar Istana 2
19
Bencana
20
Membantu Rakyat
21
Puteri Manis
22
Jumpa Arwah Shu Rong
23
Ritual Hujan
24
Hujan Lebat
25
Kembali ke Istana
26
Jenderal Kancil
27
Demam
28
Penasehat Raja
29
Jalankan Misi
30
Membantu Raja
31
Berseteru
32
Kenalan Baru
33
Mulai Bekerja
34
Terjebak
35
Selir-selir
36
Raja Pujaan
37
Berterus Terang
38
Ketangkap Basah
39
Kabur
40
Menyerah
41
Hantu Shu Rong
42
Penasehat Cantik
43
Penasehat Cantik 2
44
Wabah Penyakit
45
Bersama
46
Rapat
47
Rapat 2
48
Puasa
49
Draft
50
Jujur
51
Draft
52
Ashura Bersedih
53
Main Hati
54
Turun Lapangan
55
Pelajaran Moderen
56
Puteri Tang
57
Hajar Puteri Munafik
58
Cari Muka
59
Rencana Baru
60
Kebodohan Jenderal
61
Susun Rencana
62
Kerja Bakti
63
Kapok
64
Kejujuran
65
Pemberontakan
66
Buka Jati Diri
67
Raja Bingung
68
Fu Yen Syok
69
Rencana Paman Raja
70
Peraturan Baru
71
Persiapan Matang
72
Pasukan Perang
73
Bedah Senjata
74
Test
75
Ceramah Pagi
76
Latihan
77
Raih Kekuasaan
78
Pengumuman Pahit
79
GALI CERITA MASA LALU
80
Gebrakan Sang Raja
81
Penyerangan
82
Siapa Dia
83
Penyerangan
84
Paman Mata Keranjang
85
Pelajaran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!