Shu Rong bantu Ashura berhias sampai sempurna sebagai puteri raja. Shu Rong puas lihat penampilan Ashura yang nyaris mirip dengan dirinya. Tak ada yang bakal tahu kalau Ashura itu bukan Shu Rong. Cuma sosok Ashura lebih padat dan bahenol dibanding Shu Rong yang kerempeng.
"Sempurna..Ingat apa yang kubilang. Jangan sampai orang tahu kamu bukan aku! Bicara lebih lembut karena aku terkenal sopan dan lembut. Ingat itu!"
"Siap hantu cantik!" olok Ashura buat Shu Rong tersenyum di antara wajah pucat.
"Kita berangkat. Di sana pasti hadir para selir juga ratu ratu saksikan hukuman buat pelayan pembunuh majikan. Kau harus tampil wibawa ya!"
"Tenang..serahkan padaku. Akan kubuat pembunuh asli ketar ketir. Kita lihat reaksi orang songong itu. Yok!"
Shu Rong menatap Ashura sekali lagi cari di mana sela cacat. Hantu manis ini mengangguk puas. Ashura tampil sempurna nyaris tanpa cacat.
Shu Rong membantu Ashura sampai di alun alun dalam tempo singkat. Kalau Ashura disuruh jalan sendiri pasti tersesat ntah ke mana. Istana sangat luas sampai ber hektar hektar. Di mana posisi alun alun Ashura juga tak tahu. Cara terbaik adalah kirim Ashura dekat alun alun.
Benar kata Shu Rong. Alun alun sangat ramai dipenuhi orang ingin melihat pembunuh puteri raja dihukum mati. Berbagai hujatan diarahkan pada dua sosok manusia yang sudah terikat di atas pentas tunggu dipenggal. Dua pelayan setia itu kelihatan tak berdaya di depan orang ramai.
Ashura ingin sekali menampar dua algojo bertubuh besar di pentas. Mereka sudah bersiap menunggu perintah penggal kepala dua orang tak berdosa.
Ashura melangkah dengan anggun maju sampai depan pentas. Langkah Ashura kokoh penuh wibawa menandakan keangkuhan seorang bangsawan raja.
Begitu Ashura muncul terdengar berbagai seruan kasar. Beberapa wanita terbangun dari tempat duduk melihat siapa yang berdiri di depan pentas eksekusi. Ashura mengedarkan pandangan cari tahu siapa yang paling sibuk begitu dia muncul. Di balik cadar Ashura tersenyum karena ada dua wanita kaget melihatnya. Calon mangsa pikir Ashura dalam hati.
"Siapa kamu berani datang ganggu hukuman pembunuh puteri Shu Rong?" seru seorang wanita berpakaian mewah dengan dandanan norak mirip dakocan Jepang. Ashura beri nilai nol buat wanita itu karena make up amburadul.
"Siapa bilang aku sudah mati? Aku datang untuk bawa pelayanku yang kalian tuduh. Aku sehat tak mati. Atau kau memang ingin lihat aku mati." Ashura berusaha bicara lembut sesuai pesan Shu Rong.
"Tapi puteri Shu Rong sudah mati dibunuh dua pelayan ini. Mereka mau rebut semua harta puteri Shu Rong." ujar wanita dakocan itu sedikit panik.
"Lalu aku ini apa? Hantu muncul di siang hari? Lepaskan pelayanku atau aku akan buat perhitungan sama orang ang sudah fitnah pelayanku." ujar Ashura berusaha tahan emosi. Kalau bukan di tempat ramai mungkin wanita itu sudah bonyok dihantam tendangan maut Ashura.
"Tak bisa..orang ini sudah bunuh Shu Rong. Shu Rong sudah mati."
"Aku ini siapa? Ayin..Amuk..siapa aku?" tanya Ashura pada dua pelayan yang masih terbengong kemunculan Ashura.
"Tuan puteri Shu Rong.." jawab Ayin terbata. Hati Ayin dan Amuk lega melihat majikan mereka muncul untuk bela mereka. Kehadiran Ashura seperti mujizat bagi mereka berdua karena bisa lepas dari maut.
"Tapi aku yakin Shu Rong sudah mati." desis wanita itu masih syok Shu Rong muncul tiba tiba.
"Kenapa kau yakin aku sudah mati padahal kedua pelayanku tak tahu apa apa. Kau yakin tak berbuat curang?" tebak Ashura bikin wanita itu makin panik. Inilah orang paling dicurigai karena ngotot Shu Rong mati.
"Tapi semua orang tahu puteri Shu Rong sudah mati. Pelaku pembunuhan kedua pelayan ini."
"Lelucon apa yang sedang kau karang. Bukankah aku berdiri di sini dalam keadaan sehat? Aku jadi curiga tujuanmu karang aku sudah mati. Kau takut bersaing untuk posisi ratu? Kukasih tahu ya. Aku tak tertarik jadi apapun, jadi ratu ataupun selir agung bukan keinginanku. Aku cuma ingin hidup tenang di tempatku." Ashura to the point biar orang tak ganggu dia untuk sementara dia selidiki kematian Shu Rong.
Wanita itu berubah air mukanya dengar kata kata Ashura yang langsung ke titik masalah. Terdengar gumaman kiri kanan mengkritik kelakuan Selir Ning Fei yang ngotot Shu Rong sudah meninggal.
Dari balik mimbar depan terdengar panggilan bernada lembut membuyarkan amarah Ashura yang sudah di ubun ubun. Ashura melihat ke arah suara lalu membungkuk badan memberi penghormatan pada Ibu Ratu negara dalam khayalan bagi Ashura.
"Nak Shu Rong.."
"Salam Ibunda ratu yang mulia. Semoga Ibunda diberkati panjang umur dan selalu cantik."
"Bangunlah! Ibunda rasa di sini ada salah paham. Kita salah sangka pada kedua pelayanmu ini. Jadi Ibunda rasa hukuman ini dibatalkan. Nama baik kedua pelayanmu dipulihkan dan tetap melayanimu. Apa kau puas?"
Shu Rong merapatkan tangan menghatur terima kasih karena ibu negara sudah batalkan hukuman bagi kedua pelayannya.
"Terima kasih Ibunda ratu. Semoga anda diberkati yang maha kuasa dan makin bijak. Karena hukuman sudah dibatalkan maka ananda mau bawa kedua abdi ananda kembali ke istana dingin. Semoga ke depan tak ada fitnah tak jelas." kata Ashura lembut namun menohok.
Ashura memilih tak panjangkan masalah agar langkah ke depan bisa lebih lancar. Ashura sengaja katakan tak ingin jadi ratu supaya tak diincar lagi. Ashura yakin satu persatu calon akan mati konyol gara gara persaingan tak sehat ini.
Ashura naik ke pentas bebaskan kedua pelayannya dengan tangan sendiri. Ashura mau kedua pelayan itu tahu kalau dia sayang pada mereka serta hargai kejujuran mereka.
"Tuan puteri..terima kasih!" desis Ayin dengan mata berkaca kaca.
"Sudah jangan nangis! Ayok kita pulang! Amuk..kita pulang." Ashura menggandeng kedua orang itu turun pentas lalu beri salam pada Ibunda ratu.
Dengan langkah pasti Ashura bawa kedua pelayannya berlalu dari alun alun. Beratus pasang mata memandang takjub pada puteri yang selama ini terasing. Ternyata orangnya lembut dan baik. Ashura tak pandang bulu dan tak pandang kasta. Nama Shu Rong jadi trending topik bagi seluruh orang yang melihat puteri asal padang rumput itu.
Tak jauh dari alun eksekusi sepasang mata memandangi kejadian ini penuh perhatian. Mata elang itu menatap puteri Shu Rong dengan hati penasaran. Baru kali ini ada wanita blak blakan katakan tak tertarik jadi wanita raja. Semua wanita di kerajaan bermimpi bisa jadi wanita raja apalagi kalau berhasil jadi wanita kesayangan. Hidupnya pasti terjamin dipenuhi kemewahan serta disegani.
"Kasim Du..siapa wanita tadi?" tanya lelaki berparas ganteng pada lelaki kemayu di sampingnya.
"Itu puteri kerajaan Chau. Beberapa hari lalu puteri dikatakan meninggal dibunuh kedua abdinya. Maka kedua pelayan itu akan dipenggal oleh Yang mulia Ratu." jawab Kasim bencong dengan gaya dibuat buat.
"Apa aku pernah jumpa dia?"
"Tidak pernah karena puteri memilih tinggal di istana terasing. Dia sangat tertutup tak ijinkan orang masuk istananya."
"Kenapa kalian tak pernah cerita ada putri kerajaan Chau di sini?"
"Tak diijinkan Yang Mulia Ratu. Dan lagi tuan puteri baru cukup umur tahun ini."
"Apa dia termasuk selirku?"
"Termasuk namun belum diangkat. Tuan puteri tak mau diangkat jadi selir."
"Kenapa?"
"Tuan puteri tak pernah ikut dalam pemilihan selir. Dia selalu buat alasan untuk hindari masuk istana dalam."
"Selidiki puteri itu. Mungkin wajahnya jelek sehingga tak berani jumpa aku?"
Kasim Du menggeleng tak tahu harus jawab apa. Selama ini tak seorangpun pernah lihat wajah asli sang puteri. Ada yang bilang putri Shu Rong cantik tapi ada juga yang bilang wajah Shu Rong mirip monyet. Tak ada yang tahu pasti sosok Shu Rong sesungguhnya. Gadis penuh misteri.
"Hamba akan selidiki puteri Shu Rong Yang Mulia Raja."
Raja muda Liem Fu Yen hanya mendengus tanggapi kesanggupan Kasim Du. Raja Muda sangat penasaran pada Shu Rong sekaligus tersinggung ditolak oleh gadis itu. Seberapa besar nyali gadis ini berani menolak cinta seorang raja.
Raja Fu Yen pingin lihat wajah dibalik cadar Shu Rong. Seperti apa tampang wanita yang berani menolak masuk daftar selirnya.
"Kembali ke istana! Hari ini juga harus ada kabar mengenai gadis bangsa bar bar itu.!" perintah raja Fu Yen tegas.
Raja muda Fu Yen berlari meninggalkan lokasi kembali ke istana utama tempat tinggal sang raja. Beberapa pengawal mengikuti dari belakang untuk lindungi raja dari segala kemungkinan.
Sementara di istana dingin Ashura dan kedua pelayannya bersyukur dapat menghindari hukuman penggal yang mengerikan. Ashura senang datang tepat waktu bisa selamatkan dua orang tak berdosa. Kini Ashura sudah gambaran orang yang telah tega habisin Shu Rong asli. Ashura harus selidiki siapa wanita culas itu. Ibunda ratu terlihat melindungi wanita itu meminta Shu Rong mengakhiri salah paham yang sangat besar ini. Apa sedemikian gampang akhiri sandiwara yang menyangkut dua nyawa manusia.
Ashura duduk dalam kamar yang tampak tak begitu suram lagi. Sudah ada cahaya kehidupan manusia dalam kamar itu. Apa mungkin karena keadaan asli telah muncul setelah Ashura bawa kembali dua pelayan setia itu.
Dua pelayan setia itu bersujud di hadapan Ashura menanti perintah majikan berhati mulia itu. Ashura menatap kedua orang culun itu dengan terharu. Betul betul pelayan jempolan di mata Ashura.
"Bangunlah! Mulai saat ini kalian harus hati hati dan jangan biarkan orang masuk istana kita, Cukup kita bertiga tinggal sini. Kita tak perlu orang lain. Aku masih hidup dibilang sudah mati."
Ayin menangis mengingat dipaksa ngaku sudah bunuh Shu Rong. Siksaan demi siksaan datang silih berganti hanya untuk jebak mereka ngaku sudah bunuh Shu Rong. Karena sudah tak tahan maka kedua terpaksa ngaku. Akhirnya hukuman mati dijatuhkan pada mereka.
"Tuan puteri ke mana dua hari ini? Kami sangat kuatir." kata Amuk lugu.
Demi menjaga perasaan kedua orang itu agar pengorbanan mereka tak sia sia Ashura harus buat pengakuan palsu.
"Aku diculik dan dibuang ke hutan. Untunglah ada pengawal istana yang baik antar aku balik sini. Memang ada orang berencana bunuh aku. Kalian harus jaga rahasia ini dulu. Kita selidiki siapa yang telah jahat padaku?"
"Tuan puteri tak curiga pada kami bukan?" tanya Ayin polos.
"Tentu tidak..aku bangga punya kalian. Sekarang kalian bersihkan diri dan cari makanan untuk kita." Ashura berusaha kembali semangat hidup dua pelayan lugu ini. Siksaan dipenjara pasti buat mental mereka down. Ashura harus nyali kedua orang itu agar makin berani hadapi segala cobaan.
"Kita tak punya makanan tuan puteri. Sejak tuan puteri dikabarkan meninggal tak ada jatah makan kita lagi dari dapur istana." ungkap Ayin penuh kesedihan.
Ashura mangut mangut berusaha maklum."Tak ada makanan apapun?"
Ayin mengangguk pelan. Amuk hanya menunduk sedih kasihan pada majikannya yang jadi puteri buangan. Padahal Shu Rong puteri kerajaan yang lumayan besar. Shu Rong diantar ke negara ini untuk jalin persahabatan agar terhindar perang antar dua negara. Istilahnya Shu Rong adalah pembawa misi kata damai.
"Apa ada sungai di sini? Kita tangkap ikan sendiri." ajak Ashura semangat.
Ayin dan Amuk saling memandang merasa aneh tiba tiba tuan puteri mereka yang dingin mau memancing cari makanan sendiri. Biasanya Shu Rong akan berdiam diri dalam kamar tak ijinkan siapapun datang ke kamarnya. Bertahun lalu gitu saja sampai hari ini muncul kejadian luar biasa. Di mata mereka Shu Rong berubah lebih ceria dan pemberani.
"Tuan puteri tunggu saja di sini. Aku akan minta makanan sama dapur istana." kata Amuk tak mau tuan puteri mereka merendahkan diri tangkap ikan di sungai. Itu bukan kerja seorang puteri kerajaan.
"Tak usah..aku mau ke sungai cari ikan. Bosan sembunyi terus. Ayok! Apa jauh?" rengek Ashura manja.
"Tak jauh tuan puteri. Tapi ini sudah senja. Nanti kita kemalaman di sungai."
"Iya juga. Kalian pasti lelah. Bolehlah minta makanan dari dapur. Tapi kalian tak apa kan?"
"Tak apa tuan puteri. Kami mengundurkan diri dulu. Kami akan siapkan makanan untuk tuan puteri.Tuan puteri istirahat juga. Tuan puteri pasti kaget diculik orang. Kita semua sudah menderita. Semoga cukup sekali ini saja." doa Ayin tulus.
Ashura mengangguk iyakan doa Ayin. Kedua pelayan itu segera keluar dari kamar Ashura. Sebenarnya kedua orang itu heran mengapa Shu Rong berubah lebih hangat dan tak bicara dengan nada dingin lagi. Mata Shu Rong juga berubah lebih bercahaya. Apa kejadian penculikan berubah Shu Rong jadi lebih hangat? Sejuta pertanyaan timbul di kepala dua orang itu. Namun apapun di balik perubahan Shu Rong keduanya tetap bersyukur dapat majikan baik.
Harapan mereka hanyalah hidup tenang bersama majikan misterius mereka. Sejujurnya mereka juga penasaran dengan cadar Shu Rong. Bagaimana wajah di balik cadar itu? Apa secantik bidadari atau jelek mirip monyet seperti kabar angin yang berhembus kencang di istana. Namun mereka yakin Shu Rong itu cantik seperti hati emasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
玫瑰
aduh..berapa lama kayaknya dia hilang ya?
2023-04-09
0