Alun melelet lidah dengan nada marah sang raja. Seberapa peduli sang raja pada pengawal baru yang sangat cantik itu. Sang raja sayang pada pengawal itu karena tampangnya cantik atau memang punya kelebihan lain. Alun tak berani nyatakan pendapat biar aman.
Alun segera melaksanakan perintah Fu Yen cari kamar untuk mereka beristirahat. Fu Yen menepuk pipi Ashura perlahan untuk bangunkan gadis bengal ini. Kulit wajah Ashura terasa lembut bak kulit bayi. Fu Yen tak bosan mengelus pipi mulus itu. Kenapa Ashura sembunyikan kecantikan wajah di balik cadar? Apa tujuan Ashura bermain sandiwara? Apa Ashur memang tak tertarik pada kehidupan istana?
Berbagai kata apa bermain di benak Fu Yen. Bukan perkara gampang mau raih Ashura jadi wanita patuh yang duduk manis menanti kehadiran sang raja untuk dijadikan teman tidur.
"Bangun gadis malas..kita sudah sampai." bisik Fu Yen lembut di kuping Ashura. Ashura menggeliat manja sambil rentangkan tangan buang rasa pegel.
Ashura langsung malu sendiri karena mendapatkan diri berada dalam pelukan sang raja. Gadis ini cepat cepat perbaiki cara duduk dengan wajah merah padam. Perlahan Ashura bergeser menjauhi Fu Yen.
"Maaf." ucap Ashura lirih.
"Kita makan dulu! Nanti kita keliling kampung cari tahu kondisi penduduk."
"Ya tuanku!" Ashura masih malu malu kucing setelah manjakan diri tidur dalam pelukan raja.
Fu Yen segera buka pintu kereta turun ke bawah. Ashura nyusul sambil celingak celinguk kiri kanan pantau keadaan. Tak banyak kegiatan sekitar kedai nasi. Yang ada beberapa orang duduk lemas dengan kondisi memprihatikan. Ada ibu ibu gendong anak kecil menanti maut datang menjeput. Kelihatan mereka memang tak berdaya melawan alam.
Hati Ashura terasa sakit lihat keadaan ini. Ternyata menteri pangan tidak bohong telah terjadi bencana di desa ini. Pantesan menteri itu datang malam malam minta ijin sang raja beri bantuan pada rakyat. Ashura merasa bersalah telah berpikir negatif pada menteri berwajah tikus itu. Tampang boleh licik tapi hati belum tentu licik.
"Yang Mulia...mereka sangat menyedihkan!" desis Ashura hampir nangis.
Fu Yen manggut. Raja muda segera masuk ke rumah makan minta Alun beli makanan untuk orang orang yang tak berdaya itu.
Ashura medekati ibu dan anaknya sambil beri mereka minum air yang dibawa dari istana. Ibu muda itu menatap Ashura dengan tatapan penuh syukur. Tangannya yang kotor menerima air dari Ashura dengan gemetaran.
"Beri adik kecil minum dulu bu! Nanti kuberi makanan. Kami akan bantu kalian." janji Ashura sungguh sungguh. Mata ibu muda itu berbinar.
"Benarkah?"
"Tentu..majikanku orang baik. Dia akan cari bantuan untuk kalian. Nah itu dia! Tuanku yang akan bantu kalian."
Ibu muda itu segera bersujud minta terima kasih pada sang raja yang membawa banyak roti untuk dibagi buat orang kelaparan. Pelayan toko dan Alun membawa beberapa bakul roti menanti orang orang lapar itu meminta makan.
Dalam tempo sekejab sudah datang puluhan orang meminta roti sedekah Fu Yen. Mereka tak sabar mencoba berebutan makanan yang disediakan pemilik rumah makan. Alun agak kewalahan hadapi orang orang yang sudah sangat lapar itu.
Ashura tercengang melihat kebrutalan penduduk kelaparan yang tak sabar ingin merebut makanan sebanyak mungkin. Rasa lapar membuat orang orang itu menjadi gila. Mereka tak peduli keselamatan lagi selain ingin dapat jatah makanan untuk isi perut yang berhari hanya makan angin.
Dalam sekejab makanan yang dibawa pelayan toko ludes direbut orang kelaparan. Masih banyak yang belum dapat merintih sedih tak kebagian makanan. Untuk bertindak anarkis mungkin mereka sudah tak sanggup lagi karena tak ada tenaga untuk berdiri. Ashura tak sanggup melihat kondisi masyarakat yang betul betul meng iris hati.
Tanpa sadar Ashura menangis sedih. Alun dan Fu Yen bingung lihat Ashura tiba tiba menangis tersedu sedu. Alun makin kesal pada pria cantik tapi cengeng itu. Anak laki kok nangis. Memalukan jadi seorang pria. Apalagi Ashura disebut pengawal raja muda. Lebih memalukan lagi punya posisi keren tapi mental kerupuk.
"Kenapa kamu? Ada yang terluka?" tanya Fu Yen lembut.
Ashura bukan jawab malah nangis makin sedih. Fu Yen jadi bingung tak tahu harus bagaimana rayu gadis ini agar jangan nangis di tempat umum. Pangkat seorang pengawal raja jadi sia sia kalau Ashura bertingkah seperti anak gadis.
Ashura meraih lengan baju Fu Yen lalu lap air matanya. Fu Yen tak marah tapi Alun yang melongo. Dalam sejarah baru kali ini ada pengawal berani menggunakan pakaian seorang raja jadi lap air mata. Berapa besar nyali Ashura berani tertindak seenak perut gunakan baju raja muda sebagai kain lap.
"Sudah jangan nangis! Malu dilihat orang..kau tak usah kuatir! Aku akan minta pejabat sini buka dapur umum untuk rakyat. Semua akan kebagian makanan. Sekarang biarkan Alun urus penduduk sini. Kamu masuk kamar saja." ujar Fu Yen ajak Ashura masuk ke dalam penginapan merangkap rumah makan.
'"Apa tuanku yakin bisa tangani semua rakyat?"
"Saat ini tidak bisa semua tapi mulai besok semua akan aman. Kau tenang saja! Wajahmu tambah jelek kalau nangis. Sungguh cengeng." Fu Yen melap air mata Ashura yang masih tersisa dengan lembut.
Alun merasa lehernya terganjal biji jambu susah bernafas menyaksikan kelembutan raja pada pemuda cantik yang cengeng dan manja. Alun heran mengapa Raja muda bisa berubah sayang pada sesama lelaki padahal di istana masih ada lusinan wanita siap melayaninya.
"Terima kasih tuanku! Semoga hujan cepat turun akhiri musim kemarau panjang ini. Sungguh kasihan rakyat."
"Semoga saja. Oya Alun..kau pergi ke rumah gubenur perintahkan buka dapur umum. Kalau ada yang membantah panggil ke istana hadapi aku."
"Siap laksanakan..tapi apa gubenur mau dengar kata kataku? Apa dia percaya aku ini bawahan langsung tuanku."
"Baiklah! Kita pergi bersama. Sekarang kau minta penginapan sediakan makanan untuk mereka yang belum dapat. Kau beri uang pada penginapan agar mereka tak ragu sediakan makanan." perintah Fu Yen melirik mereka mereka yang terduduk lemas menanti kemurahan hati Fu Yen.
"Siap tuanku!" Alun segera bergerak cepat melaksanakan perintah Fu Yen. Ini adalah waktu darurat untuk bersantai. Setiap jam bisa ada yang meninggal karena kelaparan.
Ashura menarik tangan Fu yen dengan hati gembira karena Fu Yen cepat respon kesusahan rakyat kecil. Fu Yen adalah raja baik cuma sayang tak begitu berwawasan. Fu Yen memerintah kerajaan atas laporan pejabat yang belum tentu baik. Bisa saja mereka korupsi bahan makanan hak rakyat.
"Terima kasih Tuanku yang ganteng. Tuanku adalah lelaki the best." ucap Ashura manja.
"The best? Apa itu?"
"Pokoknya tuanku adalah yang terbaik. Kita ke rumah pejabat sini sekarang ini?"
"Kau tak lapar? Biasa kambing kecilku doyan makan. Mengapa hari ini jadi jinak?"
"Mau kasih makan sayuran lagi? Ogah..kapan aku bisa tambah besar kalau diumpan sayur terusan. Gimana ayam bakar dan daging masak semur?"
"Di saat rakyat hidup susah kau masih ingat ayam bakar? Katanya sedih lihat rakyat kelaparan."
Ashura menunduk malu ditegur Fu Yen soal hasrat makan yang tinggi. Memang tak seharusnya dia pikir makan enak sementara rakyat sedang dalam kondisi prihatin. Di mana hati nurani Ashura kalau minta makan makanan mahal di saat gini.
"Maafkan aku Tuanku! Jadi kambing juga tak apa." lirih Ashura kecil. Fu Yen tersenyum sambil mengusap kepala Ashura layak bapak pada anak kecil.
"Kita makan dulu baru ke rumah pejabat sini. Ayok!" Fu Yen melangkah duluan tinggalkan Ashura yang menyesal telah berpikir makan enak. Sungguh kelakuan tak pantas memikirkan hal mewah saat ini.
Fu Yen sudah menghilang di balik rumah makan. Ashura maih termangu di halaman penginapan memarahi diri sendiri yang tamak. Ashura memukul kepala sendiri saking gemas telah salah.
"Jangan tuan..jangan tuan..!" terdengar suara wanita memohon belas ada seseorang.
Ashura tertarik pada nada suara yang demikian memelas. Suara tawa laki penuh nada sumbang bikin hati Ashura makin penasaran mau tahu apa yang sedang terjadi.
Ashura melihat seorang ibu tua sedang pertahankan anak gadisnya yang masih muda dari cengkraman seorang pria berbadan subur. Pria berbadan subur itu asyik lecehkan gadis muda yang tak berdaya dalam genggaman laki itu.
Sang ibu memohon agar pria itu lepaskan anaknya namun yang ada hanya tawa jelek muncul dari bibir macam bibir ikan lohan.
"Lepaskan dia!" Ashura mendekati pria itu sambil menarik gadis muda itu dari genggaman pria yang subur itu. Pancaran mata Ashura tak bersahabat seakan ingin habisi pria bertampang kuda nil.
"Siapa kamu? Yo..kamu cantik! Apa mau gantikan budak ini jadi selimutku?" ejek laki itu seakan tahu Ashura bukan lelaki. Ashura kaget juga pria itu bia tahu Ashura bukan lelaki tapi seorang gadis. Bukan Ashura namanya kalau mau tunduk begitu saja pada pria bertampang mesum.
"Lepaskan dia! Kenapa anda ngotot mau anak orang. Padahal dia ogah sama kamu. Lemak menumpuk satu badan."
"Suaramu merdu nona cantik.."
"Kau buta ya. Aku ini pria sejati bukan seperti kamu gentong lemak." elak Ashura masih gigh perjuangkan kalau dia adalah lelaki tulen.
Pria berbadan subur itu tertawa ngejek. "Aku masih waras bedakan laki dan wanita. Ratusan wanita sudah tidur denganku. Apa aku tak bisa lihat kau seorang gadis? Sekarang kau mau apa?"
"Gampang..bebaskan anak gadis orang."
"Orang orang ini pinjam uang padaku. Tak sanggup bayar jadi wajar aku minta anak gadisnya sebagai jaminan bayar hutang orang tua."
"Berapa hutangnya?"
"Seratus tael.."
Ashura bingung disuruh hitung dengan tael. Mata uang kertas atau emas seperti yang nonton di film.
"Kami cuma minta pinjam sepuluh tael. Dalam sebulan sudah jadi seratus tael." ujar ibu tua dengan nada memelas.
Ashura belalakan mata tak percaya bunga mencekik leher yang diberi pria berbadan kuda nil itu. Sungguh keterlaluan. Di masa kemarau gini masih ingin mencekik orang. Bukannya menolong orang malah mencekik orang untuk keuntungan sendiri.
"Woi badak..kamu perampok ya! Sebulan naik seratus persen. Kembung perutmu makan uang haram. Tuh perutmu sudah penuh belatung busuk! Aku aka lapor pada aparat kalau ada rentenir gila di sini." ancam Ashura mulai tak sabar ladeni orang sejahat badak bin kuda nil.
Di badak tertawa ngejek. Tawanya persis kuda nil lagi birahi.
"Kau belum kenal aku ya! Jangan campuri urusanku kalau mau aman! Siapa tak kenal orang terkaya di kota ini? Aku ini anak gubenur kota ini. Siapa berani lawan aku?"
"Baru anak gubenur..untung bukan anak gorila. Wajahmu sejelek hatimu. Ibumu pasti nyesal sudah lahirkan anak kurang ajar macam kamu."
Suasana jadi panas. Orang orang sekitar gelisah takut tejadi sesuatu pada Ashura yang pemberani. Selama ini tak ada yang berani melawan anak orang terkaya kota ini. Semua tunduk padanya. Laki ini cabul koleksi puluhan wanita jadi isteri juga selirnya. Sudah tak terhitung berapa wanita jadi korban laki mesum ini.
"Jaga mulutmu nona! Jangan karena kau cantik kau bisa sembarang bicara! Aku bisa buat kamu patuh dan tenang dalam tempat tidurku!"
"Lepaskan nona kecil ini! Sekarang hadapi aku. Gimana? Kalau aku kalah aku akan jadi gundikmu. Dan kalau aku menang kau harus bebaskan nona kecil ini. Selamanya kau tak boleh ganggu gadis manapun lagi."
"Kau yakin mau lawan aku? Apa tak sayang kulitmu yang mulus kena pukulan?"
"Aku laki sejati tak takut apapun. Sini kau..jangan pakai begundalmu hajar aku. Cukup kau saja." Ashura persiapkan diri menanti serangan si gendut bermuka badak itu.
"Kau bikin aku makin bernafsu habisin kamu di tempat tidur! Kau pasti panas bikin jantungku makin kencang berdebar."
"Serang aku! Sentuh kulitku kalau kau suka." pancing Ashura sudah gatal tangan ingin gampar moncong tak punya etika itu.
Ibu dan anaknya cepat cepat menyingkir selagi ada kesempatan. Mereka beryukur dapat penyelamat yang berwajah cantik. Mereka tak jelas Ashura itu laki atau wanita seperti kata si gendut. Yang penting bisa selamatkan diri dari cengkaraman manusia cabul macam si gendut.
Si gendut mengira Ashura orang gampang diurus. Dia tak tahu sang raja muda saja angkat tangan berhadapan dengan sikap konyolnya. Kalau hanya sekedar selesaikan manusia berhati picik macam si gendut mungkin bukan masalah besar.
Sigendut mengeluarkan tinju sempoyongan hendak menyentuh dada Ashura. Ashura lebih cepat memberi tendangan manis manis pahit pada si gendut. Sekali tendang si gendut terjengkang ke tanah. Penonton bersorak kencang senang Ashura bisa hajar orang sombong itu.
Di penginapan Fu Yen menanti Ashura dengan hati mulai tak sabar. Sudah setengah jam menaati tapi gadis bengal itu belum juga nongol. Ke mana gadis nakal itu?
"Alun..mana pengawal Shu? Kenapa belum masuk untuk makan? Coba kau pergi lihat?" kata Fu Yen kuatir pada Ashura. Gadis bengal ini bisa bikin kekacauan bila tak dipantau.
"Siap tuanku!" Alun segera keluar dari penginapan cari pemuda cantik pujaan sang raja. Sebenarnya Alun iri hati pada pengawal baru ini. Brau datang sudah dapat perhatian sang raja. Sedangkan dia telah mengabdi bertahun tak bisa sedekat gitu sama raja. Tidur dipeluk pula.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments