Raja Murka

Sementara di istana kebajikan terlihat Fu Yen mondar mandIr dalam kamar penuh amarah. Kasim Du datang melapor kalau Fu Kuang baru saja keluar dari istana dingin setelah antar Ashura pulang. Parahnya Fu Kuang menggendong Ashura masuk istana dingin. Laporan ini bikin hati Raja Muda makin panas. Rencana mau bikin Ashura bertekuk lutut jadi berantakan. Sudah muncul penyelamat bertangan besi.

"Kenapa gadis itu bisa bersama jenderal?"

"Menurut kabar puteri Shu Rong main ke hutan bertemu jenderal Fu Kuang. Lalu dibawa Jenderal ke istananya. Barusan ini di antar ke istana dingin."

"Sungguh lancang berani ganggu selirku!" seru Fu Yen di penuhi marah setinggi langit.

Kasim Du menunduk tak berani jawab. Salah atau benar kata sang raja tetap saja benar. Kapan raja pernah bersalah.

Kini Fu Yen merasa terhina karena wanitanya dekat dengan sang adek. Wanita yang berani menolak menjadi selir istananya. Fu Yen belum pernah ditolak sekalipun dalam hidupnya. Kini muncul wanita buangan seenak perut menghina posisi raja sebagai penguasa kerajaan. Seluruh isi kerajaan adalah milik raja termasuk semua wanita dalam kerajaan ini.

"Buat pengumuman kumpulkan seluruh selir istana di halaman. Semua harus hadir. Yang tak hadir penggal saja." ujar Sang Raja emosi.

"Siap laksanakan!" Kasim Du membungkuk bersiap buat dekrit raja untuk kumpulkan para wanita raja.

"Kau mau ke mana?" bentak raja melihat kasim Du mau mengundurkan diri.

"Persiapkan pengumuman yang mulia raja!"

"Memangnya kamu sudah tahu kapan harus dilaksanakan?"

"Maaf yang mulia..hamba mohon ampun tak tanyakan waktunya."

Fu Yen menatap Kasim Du memutar otak kapan harus laksanakan pemanggilan seluruh wanita istana ke halaman istananya. Makin cepat makin baik. Fu Yen tak mau Ashura makin dekat dengan Fu Kuang. Fu Yen tak mau berseteru dengan adik sendiri gara gara seorang wanita. Apalagi Fu Kuang tak pernah terlibat dengan wanita manapun. Kalau dia dekat dengan Ashura artinya wanita itu pasti punya sejuta kelebihan.

"Umumkan besok siang semua harus hadir. Sekalian makan siang bersama. Memangnya ada berapa wanita calon selir?"

"Delapan termasuk puteri Shu Rong. Semua anak gadis bangsawan kerajaan. Mungkin yang mulia mau tetapkan posisi ratu?"

"Siapa bilang aku mau angkat ratu? Aku hanya mau jumpa para selirku. Dari situ aku akan tahu siapa layak jadi selir tetapku. Yang tidak kuangkat biarkan mereka keluar istana jalani kehidupan di luar istana."

"Tapi semua anak pejabat kerajaan yang mulia. Yang mana mau kita tolak." Kasim Du takut sang raja muda salah pilih buat petinggi istana murka. Seorang raja tetap perlu dukungan petinggi kerajaan agar tak digulingkan.

Sang Raja Muda termenung. Bukan gampang menjadi seorang raja. Rasa takut tetap ada walau sudah memegang posisi tertinggi dalam kerajaan. Kalau Sang Raja salah melangkah maut tetap mengintai.

"Pokoknya kau panggil mereka semua. Termasuk dari istana dingin. Dia sudah cukup umur untuk masuk istana dalam."

"Siap laksanakan. Akan kubuat dekrit yang mulia. Aku akan tetap awasi penghuni istana dingin."

Fu Yen mengangkat tangan menyuruh Kasim Du mengundurkan diri. Fu Yen menghela nafas panjang seperti nafasnya kelebihan dalam perut. Fu Yen menyesal tak pernah pantau para wanita yang diantar ke istana untuk jadi isteri ataupun sekedar gundik raja. Fu Yen bukannya senang diberi banyak wanita malah bikin pusing. Fu Yen sendiri tak kenal yang mana selir atau sekedar gundik. Para petinggi selalu sodorkan puluhan wanita buat teman tidur Fu Yen. Fu Yen bukannya tambah bernafsu pada wanita wanita itu. Malahan jijik hingga tak berselera menyentuh wanita wanita itu. Untuk sekedar teman tidur namun Fu Yen tak lakukan hubungan intim karena tak bernafsu pada wanita hasil transaksi jabatan.

Kini Shu Rong muncul berani menolak raja. Fu Yen penasaran pada gadis cantik itu. Gadis yang bersembunyi di balik cadar. Fu Yen bertekad curi perhatian Shu Rong untuk buktikan dirinya memang lambang keangkuhan pria kerajaan.

Fu Yen adalah orang kedua yang menanam tekad atas Ashura. Yang pertama Fu Kuang kini bertambah Fu Yen. Apa mungkin keduanya akan jadi budak cinta Ashura?

Ashura terbangun dengan badan segar walau tidur di kasur tipis. Ashura sudah harus terbiasa hidup layak orang kuno. Makin cepat selesaikan misi makin cepat dia kembali ke tempat dia berasal. Ashura sudah rindu pada sang mama dan sang papa juga pada musuh terindah si Liem. Ashura segera bangun setelah gerakan badan lepaskan rasa tegang.

Ashura sudah harus laksanakan aktifitas bikin saluran air supaya Ayin dan Amuk tak lelah angkat air. Istana mereka tak banyak pelayan seperti istana lain. Mereka hidup serba minim, boleh dibilang istana paling miskin.

"Ayin.."panggil Ashura. Ashura tahu gadis setia itu pasti sudah menanti di depan pintu kamar.

Benar saja pemikiran Ashura. Begitu mulut Ashura keluar kata Ayin sudah buka pintu sambil bungkukkan badan. Ashura menggoyang tangan menolak cara hormat berlebihan itu.

"Lain kali jangan bungkuk gitu. Nanti kamu cepat sakit encok." gurau Ashura buat Ayin tersenyum.

"Tuan puteri mau bersihkan diri?"

"Ya aku mau mandi..nanti kita masak lagi. Hari ini kita akan sibuk bangun saluran air. Kau dan Amuk sudah siap capek?"

"Siap tuan puteri..makan pagi kita sudah diantar dari istana jenderal. Katanya jenderal akan datang bantu kita bangun saluran air." lapor Ayin penuh rasa hormat.

"Baik bener jenderal kancil itu. Kau siapkan makan pagiku. Aku mandi dulu. Tak perlu kau bantu. Air semalam masih ada. Apa aku ada baju ganti? Pakaian ini sudah agak bau."

"Ada tuan puteri..biar kusiapkan. Tuan puteri pergi mandi saja."

"Ok.." Ashura segera bangun menuju ke tempat bak mandi. Ashura hemat hemat pakai air karena kasihan pada Ayin dan Amuk harus timba air untuk kebutuhannya mandi. Kedua orang itu tak tahu sifat buruk Ashura yang hobby mandi. Satu hari bisa tiga sampai empat kali mandi. Kalau dituruti bisa bisa kedua pelayan itu anfal asyik angkut air.

Ashura keluar dari tempat mandi dibalut kain tipis perlihatkan tubuh sexy plus dada ukuran lumayan montok. Dada Ashura sudah indah dari sono. Kadang Ashura risih berpakaian ketat karena dadanya akan menonjol ganggu netra para cowok. Untunglah pakaian kuno ini bisa samarkan bukit kembar penggoda sukma.

Ayin terkagum pada body goal Ashura. Belum pernah di saksikan tubuh indah tanpa lemak. Tuan puterinya memang barang langka. Apalagi setelah pulang diculik orang. Ashura berubah lebih baik dan ramah. Ayin lebih suka pada puteri saat ini.

"Tuan puteri cantik sekali. Kalau raja melihat tuan Puteri pasti akan suka."

"Aku yang tak suka padanya raja kegenitan. Mana pakaianku? Atau kau suka punya majikan yang dipanggil puteri bugil?"

Ayin tertawa lepas diajak canda oleh Ashura. Bersama Ashura kini terasa nyaman. Biasa Shu Rong akan bersikap dingin walau lembut. Puteri Shu Rong tak suka banyak bicara apalagi canda. Setiap hari mengeram dalam kamar ntah kerjain apa.

Ayin membantu Ashura berpakaian sekaligus sisir rambut majikannya itu. Ayin tak habis habis kagum pada kecantikan Ashura. Mata Ashura yang agak biru makin menambah kecantikan puteri itu.

"Tuan puteri anda sangat cantik. Mengapa bersembunyi di balik cadar?"

"Ini tradisi kita kan?"

"Sekarang kan tidak lagi. Tuan puteri Shu Fen sudah tak pakai cadar waktu datang ke sini. Yang mulia raja Chau hendak masukkan puteri Shu Fen namun ditolak raja muda dengan alasan sudah ada tuan puteri. Tuan puteri saja belum diangkat jadi selir mana mungkin tambah lagi." cerita Ayin sambil betulkan pakaian Ashura.

Ashura termenung. Mengapa nasib gadis jaman kuno demikian tragis. Diantar ke kerajaan lebih kuat untuk jadi tumbal negara. Ashura tak habis pikir pola hidup orang jaman yang betulan tak tahu arti merdeka.

"Ayin..kau sudah punya kekasih hati?"

Ayin tersipu malu tak bisa jawab pertanyaan Ashura. Ashura bisa menangkap kalau Ayin sudah ada pujaan hati tapi tak berani katakan.

"Ach tuan puteri..Ayin orang bodoh siapa yang mau?"

"Hmm..ada bau bau orang jatuh cinta. Amuk ya!" tebak Ashura buat Ayin makin malu.

Ashura tertawa bahak bahak melihat Ayin malu malu kucing.

"Tuan puteri bikin Ayin malu. Amuk mana mau sama Ayin. Dia ada kekasih hati di kampungnya."

Ashur mangut mangut sok tahu. Kalau memang Ayin suka pada Amuk dia harus berbuat sesuatu pada dua abdi culun ini. Saling mencintai adalah karunia. Di jaman ini jarang ada cinta sejati. Cinta di jaman kuno bisa didagangkan demi kekuasaan serta demi hidup makmur.

"Aku akan bicara sama Amuk. Ok..aku sudah siap makan. Hidangkan makanan kalau memang sudah diantar dari istana jenderal."

Ayin membungkuk hormat lalu mundur ke belakang untuk hidangkan sarapan Ashura.

Ashura memandang kasihan pada Ayin. Apa orang kecil tak punya hak kasih pendapat ataupun punya keinginan. Orang bawahan tak ubah seperti budak bagi orang berkuasa. Apa Ashura bisa ubah pandangan orang besar ini agar punya rasa empati pada sesama manusia.

"Tuan puteri..ada jenderal mau bertemu.!"lapor Ayin tiba tiba saja menerobos kamar Ashura.

Mata Ashura menyipit dengar sang jenderal pagi sekali sudah datang bertamu. Apa sang jenderal tak punya kerja lain selain mengganggunya.

"Suruh tunggu di luar. Aku mau makan dulu. Perutku lapar."

"Seorang puteri harus sopan terhadap tamu. Tamu besar disuruh tunggu di luar. Sungguh tak sopan." Fu Kuang sudah berada di depan kamar Ashura sambil senyum lebar.

Ashura mencibir menaikkan mata ke atas tak mau menatap jenderal kancil sok berkuasa.

"Yang tidak sopan adalah laki masuk kamar anak gadis tanpa ijin. Laki kayak gitu harus dipancung hingga tak bisa nyanyi lagi."

"Sudah dipancung apa bisa nyanyi lagi?" tanya Fu Kuang menggoda.

"Hantunya nyanyi..ngapain datang pagi pagi?"

"Coba tanya Ayin apa masih pagi? Sudah hampir tengah hari. Tuan puteri yang malas bangun matahari sudah capek bersinar."

Ashura belalakan mata kaget mendengar kata Fu Kuang kalau hari sudah siang. Artinya tidurnya sangat nyenyak tak sadar tidur lewat batas.

"Benar Ayin?"

"Hampir tengah hari puteri. Tapi belum tengah, cuma hampir.." sahut Ayin takut takut.

"Sama aja bohong. Ini bukan sarapan pagi tapi makan siang. Sungguh memalukan.." omel Ashura pada diri sendiri.

Fu Kuang suka sekali gaya blak blakan Ashura tak sembunyikan identitas asli. Fu Kuang Ashura apa adanya. Ashura tak perlu pura pura lembut agar cari perhatian jenderal.

"Ya sudah kita makan siang saja. Habis itu aku mau tahu apa yang ingin kau lakukan pada bambu bambu di luar."

"Oh itu..aku mau bikin saluran air biar Ayin dan Amuk tak usah capek angkut air ke bak mandi aku lagi."

"Oh?? Kau bisa?" Fu Kuang tertarik pada cerita Ashura mau bikin saluran air agar langsung mengalir ke bak mandinya.

"Pinter amat sih ngak. Cuma tahu saja. Mungkin jenderal bisa kasih arahan untuk kami nanti." Ashura merendah tak ingin menonjol di mata Fu Kuang.

"Baiklah! Kita lihat bersama. Ayin hidangkan nasi untuk puteri malas kalian."

Ashura mendehem tak senang diejek Fu uang sebagai puteri malas. Toh hanya telat bangun saja. Di rumah Ashura sering tidur lewat tengah hari tapi tak ada yang protes. Ini malah cerewet kayak emak emak santuy.

"Aku tak serajin jenderal. Saking rajin pagi sudah datang ke istana orang lain." balas Ashura tak mau kalah.

"Ini bukan rajin tapi harus pantau orang malas biar tak dipatuk ayam yang marah bunyi panggilannya tak dihirau orang."

"Kurang kerjaan!" Ashura memalingkan wajah dari tatapan Fu Kuang.

Ayin dan Amuk datang mengantar makanan untuk Ashura dan Fu Kuang. Lauk pauk lumayan banyak menggoda selera Ashura. Ada ikan masak saos tomat, tumis sayuran segar, ayam dimasak kecap dan daging kambing bakar.

Ini akan sukses menimbun lemak di badan Ashura. Padahal Ashura anti gendut mengingat dia adalah atlet taekwando dan wushu. Apa jadinya atlet wushu menari dengan gumpalan lemak di badan.

Ashura bergidik membayangkan dirinya berlatih wushu dengan lemak bergelambir sana sini. Liem akan tertawa sampai moncong dower.

"Nona Shu Rong..kenapa diam? Tak suka makanan ini?"tegur Fu Kuang melihat Ashura terbengong menatap makanan di meja.

"Kalau kuhabiskan berapa kilo lemakku?"tanya Ashura lemah

"Hahahaha..takut gemuk toh! Makan dikit takkan ubah kamu. Kamu kurus tambah dikit lemak takkan pengaruhi aku gendong kamu."

"Dasar jenderal genit! Siapa mau kamu gendong? Emang aku jompo tak bisa jalan sendiri?"

"Oh bisa..terbukti semalam bisa pulang sendiri dan naik tempat tidur tanpa dibantu." sindir Fu Kuang buat Ayin dan Amuk tahan tawa.

Jelas jelas Ashura pulang dibopong Fu Kuang sampai ke tempat tidur. Ashura sudah lupakan semua kejadian semalam di mana dia tertidur dalam pelukan Fu Kuang hingga Fu Kuang sendiri antar Ashura ke kamar.

Ashura menepuk jidat menyadari ada yang salah semalam. Terakhir dia ingat berkuda dengan Fu Kuang lalu tak ingat semua lagi. Begitu bangun sudah di tempat tidur. Badan terasa segar karena cukup puas tidur di atas dipan keras. Kenapa Ashura bisa lupa bagaimana dia sampai dalam kamar?

Terpopuler

Comments

玫瑰

玫瑰

aku suka dengan watak Ashura..menjadi diri sendiri tanpa perlu menjadi orang lain demi meraih perhatian orang

2023-04-09

0

lihat semua
Episodes
1 Ke Negeri Tirai Bambu
2 Musuh Terindah
3 Ashura Menghilang
4 Arwah Putri Shu Rong
5 Raja Muda Galau
6 Adaptasi
7 Jenderal Muda
8 Mengenal Jenderal Ganteng
9 Raja Murka
10 Makin Akrab
11 Pengumuman
12 Bertemu Raja Muda
13 Gerak Cepat
14 Jumpa Lagi
15 Bercanda
16 Bersama Raja
17 Keluar Istana
18 Keluar Istana 2
19 Bencana
20 Membantu Rakyat
21 Puteri Manis
22 Jumpa Arwah Shu Rong
23 Ritual Hujan
24 Hujan Lebat
25 Kembali ke Istana
26 Jenderal Kancil
27 Demam
28 Penasehat Raja
29 Jalankan Misi
30 Membantu Raja
31 Berseteru
32 Kenalan Baru
33 Mulai Bekerja
34 Terjebak
35 Selir-selir
36 Raja Pujaan
37 Berterus Terang
38 Ketangkap Basah
39 Kabur
40 Menyerah
41 Hantu Shu Rong
42 Penasehat Cantik
43 Penasehat Cantik 2
44 Wabah Penyakit
45 Bersama
46 Rapat
47 Rapat 2
48 Puasa
49 Draft
50 Jujur
51 Draft
52 Ashura Bersedih
53 Main Hati
54 Turun Lapangan
55 Pelajaran Moderen
56 Puteri Tang
57 Hajar Puteri Munafik
58 Cari Muka
59 Rencana Baru
60 Kebodohan Jenderal
61 Susun Rencana
62 Kerja Bakti
63 Kapok
64 Kejujuran
65 Pemberontakan
66 Buka Jati Diri
67 Raja Bingung
68 Fu Yen Syok
69 Rencana Paman Raja
70 Peraturan Baru
71 Persiapan Matang
72 Pasukan Perang
73 Bedah Senjata
74 Test
75 Ceramah Pagi
76 Latihan
77 Raih Kekuasaan
78 Pengumuman Pahit
79 GALI CERITA MASA LALU
80 Gebrakan Sang Raja
81 Penyerangan
82 Siapa Dia
83 Penyerangan
84 Paman Mata Keranjang
85 Pelajaran
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Ke Negeri Tirai Bambu
2
Musuh Terindah
3
Ashura Menghilang
4
Arwah Putri Shu Rong
5
Raja Muda Galau
6
Adaptasi
7
Jenderal Muda
8
Mengenal Jenderal Ganteng
9
Raja Murka
10
Makin Akrab
11
Pengumuman
12
Bertemu Raja Muda
13
Gerak Cepat
14
Jumpa Lagi
15
Bercanda
16
Bersama Raja
17
Keluar Istana
18
Keluar Istana 2
19
Bencana
20
Membantu Rakyat
21
Puteri Manis
22
Jumpa Arwah Shu Rong
23
Ritual Hujan
24
Hujan Lebat
25
Kembali ke Istana
26
Jenderal Kancil
27
Demam
28
Penasehat Raja
29
Jalankan Misi
30
Membantu Raja
31
Berseteru
32
Kenalan Baru
33
Mulai Bekerja
34
Terjebak
35
Selir-selir
36
Raja Pujaan
37
Berterus Terang
38
Ketangkap Basah
39
Kabur
40
Menyerah
41
Hantu Shu Rong
42
Penasehat Cantik
43
Penasehat Cantik 2
44
Wabah Penyakit
45
Bersama
46
Rapat
47
Rapat 2
48
Puasa
49
Draft
50
Jujur
51
Draft
52
Ashura Bersedih
53
Main Hati
54
Turun Lapangan
55
Pelajaran Moderen
56
Puteri Tang
57
Hajar Puteri Munafik
58
Cari Muka
59
Rencana Baru
60
Kebodohan Jenderal
61
Susun Rencana
62
Kerja Bakti
63
Kapok
64
Kejujuran
65
Pemberontakan
66
Buka Jati Diri
67
Raja Bingung
68
Fu Yen Syok
69
Rencana Paman Raja
70
Peraturan Baru
71
Persiapan Matang
72
Pasukan Perang
73
Bedah Senjata
74
Test
75
Ceramah Pagi
76
Latihan
77
Raih Kekuasaan
78
Pengumuman Pahit
79
GALI CERITA MASA LALU
80
Gebrakan Sang Raja
81
Penyerangan
82
Siapa Dia
83
Penyerangan
84
Paman Mata Keranjang
85
Pelajaran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!