13.Apakah Aku Sedang Bermimpi?

''Raja sudah mengungsikan rakyat agar tak terkena dampak pertempuran. Walau begitu, itu juga tak menjamin keselamatan seluruh rakyat. Dan kakekku meninggal akibat efek serangan sihir dalam perang. Termasuk juga restoran kami. Sebagian besar bangunan runtuh. Dan tinggallah aku seorang." Cayster meremas jari-jarinya. Air matanya sudah menggantung di sudut kelopak matanya.

"Saat itu usiaku baru menginjak 19 tahun. Aku terpaksa membangun kembali tempat ini dengan modal seadanya dan mengoperasikannya. Saat ini aku bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup saja."

"Maaf paman. Sepertinya aku telah merepotkan paman," ucap Ran merasa bersalah.

"Oh, tidak-tidak. Sama sekali tidak!"

Cayster menggeleng cepat.

"Itu wajar. Dunia ini memang tidak adil!"

Nenek Leen pun bangkit berdiri dan menyentuh tangan Ran.

"Ayo pulang!" ajaknya dengan bahasa isyarat.

Dengan berat hati Ran mengangguk.

Sebenarnya di dalam hati dia masih ingin mendengar kisah Cayster lebih banyak lagi.

Sebelum pergi si tabib tua itu menyerahkan beberapa koin tembaga kepada Cayster, yang tentunya langsung ditolak oleh pria itu.

Nenek Leen langsung melotot, tetap memaksa. Dia menarik tangan kanan pria itu dan menempatkan koin-koin tersebut pada telapak tangannya.

Wajah Cayster tampak meringis kesakitan ketika si tabib tua itu meremas tangannya.

Ran tertawa kecil melihat pria itu yang kalah kuat dengan seorang nenek renta.

Ada rasa takjub di hati gadis tersebut.

Di usia senja ini dia masih kuat.

Seberapa kuat wanita tua ini?

Bahkan seorang pria yang masih tergolong muda ini pun kesakitan dibuatnya.

"Baik-baik, aku terima!" kata pria itu terburu-buru. Tangan yang masih terasa sakit itu langsung menggenggam koin-koin tersebut.

"Paman. Jika aku punya kemampuan, aku akan menolong paman," katanya lirih namun jelas di telinganya Cayster.

Pria itu mengedipkan pelan matanya, yang kemudian diiringi senyuman tulus. Itu seolah memberi isyarat bahwa 'Tidak perlu khawatir! Aku akan baik-baik saja!'

"Hebat! Mau bagaimana pun, paman ini selalu berpikir positif," kata batinnya takjub.

...----------------...

Beberapa hari telah berlalu bagi dua pendatang asing ini.

Ran dan Shinichi. Hingga saat ini, keduanya belum juga menemukan jalan keluar kembali ke masa depan. Bahkan bertemu pun rasanya hampir mustahil! Hanya bayangan kerinduan yang masih tersisa dalam benak mereka. Entah sampai kapan rasa itu terus terperangkap di dalam sana.

Seperti hari-hari sebelumnya, akademi bangsawan ini didatangi oleh para bangsawan muda. Baik yang baru keluar dari asrama ataupun dari rumah kediaman masing-masing.

Shinichi duduk santai di bangku teras rumah Darrion ditemani dengan setumpuk buku di atas meja, yang salah satu darinya berada di tangannya.

Matanya tampak lelah karena terus memandangi tulisan-tulisan yang hampir tak dia mengerti itu. Tapi untungnya dia bisa cepat memahaminya. Dan itu sangatlah luar biasa bagi Darrion Jefer.

"Ini adalah hari keempat aku di sini," katanya seraya menutup bukunya.

"Tapi belum juga menemukan petunjuk apapun mengenai Ran," lanjutnya.

Dia mulai lelah!

Negeri ini terlalu luas untuk dijelajahi sendiri. Sedang ke ibu kota saja membutuhkan waktu seharian jika dengan berjalan kaki dan setengah hari jika menggunakan hewan tunggangan atau kereta kuda.

Pantas saja Pangeran Evand terkadang lebih memilih tinggal di asrama. Tentu sulit baginya untuk bolak balik dari istana-sekolah, bukan?

Dan pencariannya sudah mencapai ke ibu kota. Mungkin pencarian ini akan membutuhkan banyak waktu. Karena Adrilinia sangatlah luas dan tidak bisa dijelajahi dalam waktu singkat.

Belum saatnya dia menyerah!

Di tengah kegelisahannya, sebuah kereta kuda berhenti di halaman sekolah. Itu tampak berbeda dari yang lainnya, termasuk kereta kuda yang biasa dinaiki oleh Pangeran Evand. Bahkan terlihat biasa saja, tidak seperti kereta kuda mewah lainnya.

Jari-jari lentik itu menyibak tirai putih yang dari tadi menutupi pintu kereta.

Belum sosok itu memperlihatkan batang hidungnya, para murid mulai tertawa mengejek dan menghina.

Mengapa si bodoh itu datang kembali ke akademi?

Apa dia tidak malu?

Atau mungkin dia sudah dibuang dari keluarganya?

Atau karena saking bodohnya, dia tidak tau harus melangkahkan kakinya kemana?

"Hahaha…!"

Benar-benar memalukan!!

Mendengar hinaan itu, Shinichi jadi sangat penasaran.

Siapa sebenarnya yang sedang dibicarakan oleh mereka?

Wajah itupun keluar dengan tertunduk malu. Buku serta alat tulis melekat erat di tangannya. Tak ada seorang pun pelayan yang membantu membawakan barang bawaannya. Sepertinya dia sudah tau bahwa orang-orang akan mencemooh dirinya.

Mata itu, bibir, rambut, semuanya!

Dan tubuh yang terbalut gaun biru muda itu.

Ini tidak mungkin!

Apakah benar itu dirinya?

Dia tak bisa tak terkejut dengan pemandangan ini.

Tubuh Shinichi terpaku. Tidak, sepertinya matanya telah rabun akibat terlalu banyak membaca. Dia pun mencoba menajamkan penglihatannya.

"Apakah aku sedang bermimpi?" desisnya. Dia mencubit lengannya sendiri kuat-kuat. Itu sakit! Ini sungguh nyata!

Dan sekali lagi dia tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Matanya membulat sempurna seolah akan melompat dari rongganya.

"Tidak! Itu memanglah dirinya!" jeritnya dalam hati.

Tanpa sadar kakinya melangkah dengan rasa rindu yang telah terperangkap lama di lubuk hatinya.

"Ran!"

Nama itu meluncur begitu saja dari bibirnya.

Tapi kemudian dia tersadar. Langkahnya pun terhenti.

Apa yang terjadi?

Tidak mungkin Ran seperti itu!

Perlahan kakinya kembali melangkah dan semakin memburu. Tidak, dia harus memastikan semuanya! Shinichi yakin, dia tidak buta! Pasti ada sesuatu yang salah!

Namun langkah itu kembali terhenti. Kereta kuda Pangeran Evand datang menghalangi pemandangan. Shinichi mendengus kesal. Ini sungguh menyebalkan! Dia tak bisa memastikan lebih jauh lagi.

"Sial!"

Sang idola itupun turun dari kereta kuda mewahnya. Jubah biru tuanya berkibar mengikuti gerak langkahnya. Wajahnya begitu segar dan penuh senyuman.

Pangeran berambut pirang itu berjalan mengitari keretanya menuju sang gadis yang berada.

"Lama tak jumpa princess," sapa Pangeran Evand dengan senyum manisnya.

Gadis itu mendongak dan terkejut atas kehadiran sang pangeran.

Kepalanya langsung tertunduk memberi hormat.

"Pangeran!" ucapnya sopan.

"Dari mana saja dirimu?" tanya sang pangeran khawatir.

"Aku tidak pergi kemanapun. Aku hanya butuh waktu untuk mempersiapkan mental," jawab gadis itu gugup.

Tak lama dari itu kereta kuda mereka pun pergi meninggalkan keduanya di tengah halaman. Kini jelas di depan mata Shinichi kedua orang yang tengah berdiri saling bertatapan itu.

Di kejauhan sana, para gadis sedang menatap penuh benci gadis tersebut. Sudah berapa banyak gadis yang menginginkan Pangeran Evand, namun hanya gadis bodoh itu saja yang mampu menarik hatinya. Padahal gadis itu sadar dan sama sekali tak menginginkan Pangeran Evand.

"Baiklah, ayo masuk bersama," ajak sang pangeran.

"Tidak Pangeran, jangan perlakukan aku seperti itu! Orang seperti ku tak pantas berjalan di sisimu," balas gadis itu dengan kepala yang menggeleng cepat. Pandangannya jatuh ke bawah. Ada riak kesedihan di antara setiap kata yang dia ucapkan.

"Hei, apa yang kau katakan?" Sang pangeran menyentuh lembut kedua pundak gadis tersebut.

"Rin, kau adalah putri dari keluarga bangsawan yang paling berpengaruh di negeri ini. Tentu kau pantas berjalan bersamaku dan jadi temanku, Pangeran Evando Dolard Adriline," ujarnya meyakinkan.

"Tidak, pangeran! Ini bukan tentang statusku sebagai putri bangsawan! Tapi-…" Kata-kata Rin menggantung ketika Pangeran Evand menggenggam hangat tangannya.

"Cukup!" potongan Pangeran Evand cepat.

"Aku tidak mau mendengar apapun lagi!"

"Rin?? Apa-apaan ini?!" kejut Shinichi.

Tidak! Dia tak terima!

Hatinya terasa panas ketika menyaksikan kedua insan itu begitu dekat dengan tangan saling bertautan.

Kakinya melangkah lebar tanpa diminta. Dia sudah tak peduli lagi dengan status pemuda itu, meski dia seorang pangeran sekalipun!

Yang dia pikirkan, dia hanya harus memisahkan gadis itu darinya!

Tiba-tiba tubuhnya tersentak.

Dan lagi-lagi langkahnya terhenti akibat ada seseorang yang menarik paksa tangannya. Tangannya terus ditarik menjauh dari kedua orang tersebut.

Shinichi terus ditarik paksa hingga tiba di tembok tinggi yang membatasi antara area akademi dan dunia luar.

"Lepaskan aku!" teriaknya.

Shinichi menghempas keras tangan tersebut dan menatap nyalang orang yang telah mencari masalah dengannya. Dan kemudian tercengang dengan si pemilik tangan.

"Apa kau sudah gila?!" hardik orang itu.

"Tentu aku masih waras, Theona! Memang apa masalahnya?!!" balas Shinichi dengan penuh penekanan.

"Kau hampir mendekati Pangeran Evand dan Nona Relyn!!" kata Theona tak mau kalah.

Wajah keduanya telah memerah, menahan amarah.

Dahi Shinichi mengkerut dalam.

"Lalu apa masalahnya denganmu? Itu bukan urusanmu!!!"

...----------------...

Episodes
1 PROLOG
2 01. Buku Misterius
3 02.Keluarga Malang
4 03.Dunia Lain
5 04.Tersesat
6 05. Akademi Para Bangsawan
7 06. Kota
8 07.Pertarungan Dalam Kabut
9 08. Pertarungan Dalam Kabut 2
10 09.Pertarungan Dalam Kabut 3
11 10.Gadis Bangsawan
12 11. Sang Idola
13 12.Cayster Restaurant
14 13.Apakah Aku Sedang Bermimpi?
15 14. Halaman Belakang
16 15. Berhentilah Menangis!
17 16. Relyn Quella Cousmont
18 17. Dasar Monster Es!
19 18. Harvinn Dolano Adriline
20 19. Raja Dan Ratu
21 20. Sebuah Fakta Mengejutkan
22 21. Hanya Karena Uang
23 22. Ritual
24 23. Sang Pewaris
25 24. Masalah
26 25. Vinn
27 26. Bintang
28 27. Rumus Rumit
29 28. Segelap Malam
30 29. Pengorbanan
31 30. Permainan Api
32 31. Ini Bukan Rumahmu!
33 32.Terkunci Di Luar
34 33. Balas Budi
35 34. Sebuah Tamparan
36 35. Senyuman
37 36. Sebuah tuntutan
38 37. Pengawal Putra Mahkota
39 38. Calon Ratu
40 39. Perpustakaan Dan Restoran Yang Misterius
41 40. Ternyata Rumor Itu Benar!
42 41. Kepala Keluarga Herold
43 42. Larangan Keluar Malam
44 43. Berita Kepulangan Sepupu Putra Mahkota
45 44. Aksi Angelina
46 45. Semua Ada Balasannya
47 46. Runtuh
48 47. Pasangan Serasi
49 48. Salah Sangka
50 49. Jadilah Ran Mouri
51 50. Putra Menteri
52 51. Maaf!
53 52. Kelancangan Effy
54 53. Rumah Keluarga Utama Fandhez
55 54. Hadiah Berkilau
56 55. Hadiah berkilau 2
57 56. Rencana Dulark
58 57. Peti Hadiah
59 58. Hadiah untuk Angelina
60 59. Berhadapannya Kedua Pangeran
Episodes

Updated 60 Episodes

1
PROLOG
2
01. Buku Misterius
3
02.Keluarga Malang
4
03.Dunia Lain
5
04.Tersesat
6
05. Akademi Para Bangsawan
7
06. Kota
8
07.Pertarungan Dalam Kabut
9
08. Pertarungan Dalam Kabut 2
10
09.Pertarungan Dalam Kabut 3
11
10.Gadis Bangsawan
12
11. Sang Idola
13
12.Cayster Restaurant
14
13.Apakah Aku Sedang Bermimpi?
15
14. Halaman Belakang
16
15. Berhentilah Menangis!
17
16. Relyn Quella Cousmont
18
17. Dasar Monster Es!
19
18. Harvinn Dolano Adriline
20
19. Raja Dan Ratu
21
20. Sebuah Fakta Mengejutkan
22
21. Hanya Karena Uang
23
22. Ritual
24
23. Sang Pewaris
25
24. Masalah
26
25. Vinn
27
26. Bintang
28
27. Rumus Rumit
29
28. Segelap Malam
30
29. Pengorbanan
31
30. Permainan Api
32
31. Ini Bukan Rumahmu!
33
32.Terkunci Di Luar
34
33. Balas Budi
35
34. Sebuah Tamparan
36
35. Senyuman
37
36. Sebuah tuntutan
38
37. Pengawal Putra Mahkota
39
38. Calon Ratu
40
39. Perpustakaan Dan Restoran Yang Misterius
41
40. Ternyata Rumor Itu Benar!
42
41. Kepala Keluarga Herold
43
42. Larangan Keluar Malam
44
43. Berita Kepulangan Sepupu Putra Mahkota
45
44. Aksi Angelina
46
45. Semua Ada Balasannya
47
46. Runtuh
48
47. Pasangan Serasi
49
48. Salah Sangka
50
49. Jadilah Ran Mouri
51
50. Putra Menteri
52
51. Maaf!
53
52. Kelancangan Effy
54
53. Rumah Keluarga Utama Fandhez
55
54. Hadiah Berkilau
56
55. Hadiah berkilau 2
57
56. Rencana Dulark
58
57. Peti Hadiah
59
58. Hadiah untuk Angelina
60
59. Berhadapannya Kedua Pangeran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!