"Baiklah! Kalau begitu, akan aku buat agar kau mengakuinya!!"
Angelina menarik tubuh gadis itu dengan kasar, dan langsung menghempaskannya ke tanah.
Tubuh ramping itupun limbung dan jatuh tak berdaya di atas tanah. Matanya menatap lembaran-lembaran kertas yang berserakan di sekitarnya. Kemudian beralih pada wajah gadis yang baru saja menyiksanya.
"Apa? Masih kurang?"
Tatapan itu penuh kebencian.
Tangan Angelina terangkat, siap melayangkan sebuah tamparan keras pada wajah yang tak bersalah itu. Dia berharap tamparan ini bisa merusak wajah cantik Rin. Dan setelah itu, satu saingannya akan tersingkirkan.
"Aku sudah tak tahan lagi!"
Shinichi langsung menghempas genggaman Theona dan melangkah menuju tempat ketiga gadis tersebut.
"Tidak!! Kau tak boleh melakukannya!!" teriak Theona. Dia berusaha menggapai tangan pemuda itu, namun hanya udara kosong yang digenggamnya. Pemuda itu bergerak begitu cepat, sehingga Theona tak sempat menariknya kembali.
Detektif muda itu sangat tau. Gadis yang ada di sana bukanlah Ran. Namun bukan berarti dia membiarkan begitu saja dua gadis itu terus menyiksanya.
"puk!" Maria menepuk pelan pundak gadis yang tengah dikuasai oleh kebencian tersebut.
"Sudahlah!" katanya lirih.
"Kita semua tau, kalau dia itu si bodoh Relyn. Mau bagaimanapun kau memperlakukannya, dia tidak akan pernah paham."
Yang dikatakan Maria ada benarnya. Angelina menghela nafas kasar. Matanya menatap penuh benci pada gadis malang itu sebelum menurunkan tangannya.
"Ini untuk yang terakhir kalinya! Jika kau macam-macam, aku akan menghabisimu!!" ancamannya.
Dan setelah itu mereka pun pergi meninggalkan Rin yang masih tengkurap di atas tanah.
Maria sempat berbalik dan tersenyum puas pada gadis itu. Rin hanya dapat mengepal erat tangannya.
Hatinya sungguh kesal!
Dia sungguh tak kuasa!
Tak ada satu perlawanan pun yang dapat dia lakukan!
Beberapa saat dari itu, Shinichi tiba. Untung saja Maria dan Angelina telah menjauh.
Rin bangkit, membenarkan posisinya. Tangannya asik meraba-raba dagunya yang memerah akibat cengkraman Angelina yang terlalu kuat. Matanya tampak berkaca-kaca menahan rasa sakit.
Tiba-tiba sebuah tangan asing terulur tepat di depan wajahnya dan diiringi dengan sebuah suara,
"Apa kau baik-baik saja?" sapa suara asing tersebut penuh kekhawatiran.
Gadis itu mendongak sehingga rambut berantakannya mengikuti geraknya.
Mata yang berkaca-kaca itu terbuka lebar. Dia baru pertama kali melihat orang ini. Pemuda bermata biru itu tengah membungkukkan badan dan mengulurkan tangannya. Wajahnya datar namun ada riak kekhawatiran di baliknya.
Dia adalah orang luar kedua yang mau memperhatikannya selain Pangeran Evand.
Namun pikiran itu langsung dia tepis.
Mungkin untuk sekarang orang ini mau menolongnya. Bagaimana dengan besok? Saat dia sudah tau siapa dirinya. Mungkin dia tak ada berbedanya dengan yang lainnya atau bahkan bersekongkol bersama Angelina dan Maria.
"Biar aku bantu!" katanya sekali lagi.
Rin menatap lama tangan asing itu, sebelum kemudian menerimanya. Gadis itupun bangkit walau butuh sedikit usaha.
Kini dia percaya. Gadis ini memang benar-benar bukanlah sahabat kecilnya. Dilihat dari ekspresi gadis itu yang sama sekali tak mengenal dirinya.
Shinichi menatap lekat gadis malang tersebut.
Ada apa dengan dirinya?
Mengapa dia terlalu lemah?
Gadis ini sungguh sangat berbeda dengan Ran yang dia kenal!
Buku-buku, kertas dan alat tulis yang berhamburan tadi langsung dipungutnya. Sekilas dia melihat nilai yang tercantum di beberapa lembaran kertas.
"Astaga!" jeritnya dalam hati.
"Inikah penyebab gadis ini selalu mendapat perlakuan buruk dari orang-orang? " rasa terkejutnya kian menjadi.
Betapa terkejutnya dirinya. Yang benar saja, tak ada satu pun nilai yang tertulis di atas 45. Semuanya sangat buruk!
Shinichi menatap tak percaya pada gadis itu.
Tangan Shinichi menyerahkan barang-barang tersebut pada gadis itu.
"Mengapa kau tidak melawan mereka?" protes Shinichi.
Rin langsung merebut barang-barangnya dan membuang muka.
"Orang asing tak ada hubungannya dengan ini," elak Rin.
Diapun berbalik, lalu pergi dengan tertatih.
Tangan Shinichi terulur, hendak meraih tangan putih itu. Namun ditahan oleh Theona. Tatapan tak suka langsung dilayangkan kepada gadis pelayan tersebut.
"Jangan …" kata Theona lirih sambil menggeleng pelan.
"Biarkan dia sendiri."
Keduanya membuang nafas dan mengusap rambut kasar. Tak ada yang bisa diperbuat oleh mereka untuk menolong Rin.
Dada Shinichi terasa sesak melihat malangnya nasib gadis tersebut. Baginya seperti melihat Ran yang asli tengah bersedih.
"Bisa jelaskan apa yang sebenarnya terjadi di sini?" tanya Shinichi.
"Sebenarnya aku tidak boleh menceritakan hal ini pada orang asing," ujar Theona ragu-ragu.
"Tapi baiklah! Agar kau mengerti."
...----------------...
Relyn Quella Cousmont, putri pertama dari dua bersaudara keluarga utama bangsawan Cousmont. Atau kerap dipanggil Rin oleh beberapa orang terdekatnya.
Usianya dua tahun lebih tua dari Shinichi dan Ran.
Dan memiliki seorang adik yang baru menginjak usia 8 tahun, Rolan Kuinzo Cousmont.
Dua bersaudara ini terlahir di keluarga terpandang. Akses perdagangan luar dan dalam negeri dikuasai penuh di tangan mereka. Yang artinya, hampir seluruh pemasukan negara tergantung pada hasil kerjasama mereka.
Namun semua pandangan mengagumkan itu jatuh begitu saja akibat perilaku buruk Putri tertua mereka.
Gadis itu adalah seorang yang cantik jelita dan baik hati.
"Tapi apa gunanya cantik jika berotak udang?"
Begitulah pandangan dari banyak orang.
"Bukannya menjadi kebanggaan keluarga, justru malah menjadi aib!"
caci sebagian yang lain.
"Cantik dan cerdas juga tidak ada gunanya bagi seorang wanita jika dia tidak memiliki etika."
Ada sebagian kecil orang yang juga mendukungnya. Tapi itu sangat jarang. Pangeran Evand adalah salah satunya.
Nilainya tak pernah bagus dan bahkan selalu berada di peringkat terakhir di akademi para bangsawan.
Gadis itu membenarkan perkataan buruk orang tentang dirinya.
Rin tau benar dengan kondisinya. Dan dia juga menyadari nama keluarganya tercemar akibat kekurangannya.
Jika seandainya cemoohan itu tidak tertuju pada keluarganya, mungkin dia tak akan mau terlalu memusingkannya.
Maka dari itu, dia bersungguh-sungguh dalam melakukan setiap hal apapun. Terutama dalam mengejar prestasi. Semua dilakukan untuk mengubah pandangan buruk orang mengenai keluarganya.
Rin tak peduli apa yang akan dikatakan orang.
Jangan sampai orang tuanya lebih malu lagi karena dirinya.
Namun usahanya tak begitu banyak mengubah pandangan orang. Itu seperti sia-sia belaka saja. Bahkan kini dia hampir menyerah.
Rin lebih memilih untuk diam dan menjadi kepribadian tertutup.
Terkadang Rin lebih memilih untuk tinggal di asrama akademi dibandingkan harus di rumah. Walaupun sebenarnya jarak dari kediamannya menuju akademi tidaklah jauh.
Jika di rumah, adiknya Rolan akan datang sambil membawa buku-bukunya. Rin sudah tau apa maksud dari kedatangan adiknya. Belum sempat Rolan berbicara, dia sudah langsung diusir oleh kakaknya.
Dia akan membentak adiknya,
"Kenapa kau datang kemari?! Kakakmu ini bodoh! Akan sia-sia saja jika kau belajar denganku!!"
Hingga akhirnya Rolan pergi sambil menangis dan memeluk seorang pelayannya.
Sebenarnya hati Rin pun juga ikut menangis. Hatinya tak tega berkata kasar pada adiknya sendiri. Semua ini dia lakukan demi kebaikan Rolan. Dia tak mau sampai adik satu-satunya ini bernasib sama dengannya.
Bertolak belakang dengan adiknya, Rolan Kuinzo Cousmont. Bocah laki-laki itu termasuk dalam kategori cerdas. Walau begitu dia juga mendapat ejekan dari teman-teman sabayanya ataupun tidak.
Adik dari si Nona Bodoh!
Rolan mampu berpikir dewasa. Dia tak akan terpengaruh oleh omong kosong mereka.
Menurut orang-orang, Rolan juga akan tertular idiot dengan kakaknya.
Tapi Rolan tidak percaya itu. Dia percaya, bahwa kakaknya yang cantik itu tidaklah bodoh. Melainkan seorang yang genius. Begitu juga dengan dirinya.
Suatu hari nanti, orang-orang akan melihat siapa kakak beradik Cousmont yang sebenarnya.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments