Darrion masih tertawa kecil dengan leluconnya yang tidak lucu itu.
"Jika kau sungguh penyihir, aku sudah membiarkanmu mati di bawah cakar beruang."
Shinichi mendengus kesal. Sebelumya tak pernah dirinya diperlakukan seperti ini oleh orang lain.
"Kalau begitu, bagaimana dengan paman sendiri? Apa paman juga seorang penyihir?"
Ketika pertanyaan itu datang, ekspresi Darrion kembali menggelap. "Tentu saja, bukan." katanya sambil menahan perasaan yang campur aduk.
"Lagi pula, aku benci penyihir!"
Tangannya terkepal erat. Emosinya mulai tak stabil lagi.
"Jika aku bertemu dengan mereka, maka aku akan langsung membunuhnya!"
Bayangan masa lalu bangkit. Ingatan mengenai keluarganya yang dibantai oleh kaum penyihir tertayang jelas di otaknya. Seolah itu baru saja terjadi pagi ini. Padahal kejadian tersebut sudah sangat lama sekali.
Rasanya dia ingin sekali menghancurkan segalanya dengan pedang yang ada padanya saat ini juga.
"Pa-paman…" Panggil Shinichi takut-takut. Wajahnya memucat drastis. Pemuda itu benar-benar terkejut melihat orang yang di depannya ini sejak tadi selalu berubah-ubah perasaannya. Baru saja pria ini menertawakan dirinya dan sekarang dia sudah begitu berapi-api.
"Paman, maafkan aku jika telah membangkitkan kesedihanmu," katanya dengan penuh rasa bersalah.
Bayangan mimpi buruk itupun memudar ketika Shinichi memanggilnya. Dan saat itu juga ekspresi Darrion kembali normal.
"Tidak, itu bukan salahmu. Seharusnya akulah yang meminta maaf. Kau pasti sangat terkejut."
Kemudian pria berkulit gelap itu menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahan.
"Yah, dari dulu aku sangat payah dalam membuat lelucon," ujarnya untuk mengubah suasana agar tak tegang lagi.
"Bukannya mereka tertawa, malah justru ketakutan karena diriku."
"Sudahlah! Lupakan saja!" Darrion menepuk pelan pundak Shinichi yang wajahnya masih tegang.
"Aku pergi dulu. Jika terjadi sesuatu, kau cukup mencari ku di luar," katanya sambil melepas tangannya dari pundak Shinichi.
Pemuda itu hanya mengangguk pelan. Dia menatap punggung Darrion yang menjauh menuju halaman luas. Kemudian dia kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi.
"Aku Rasa, mungkin aku harus menarik kata-kata ku kembali mengenai sebutan kalau 'pria ini luar biasa!' " katanya dalam hati di sela-sela aktivitasnya. Masih terbayang olehnya hal-hal aneh yang terjadi pada pria itu.
Semenjak kepergian Darrion, Shinichi sibuk dengan pikirannya. Dia duduk santai di teras rumah sambil ditemani segelas teh lemon di atas meja.
"Adrilinia," gumamnya dengan
Kedua tangan menopang dagunya.
"Rasanya aku pernah mendengarnya. Tapi dimana?"
Otaknya pun berputar, memilah ingatan lama yang telah terpisah. Kepalanya terus berfikir seperti komputer yang sedang memproses data.
Potongan demi potongan ingatan datang. Tubuhnya langsung duduk tegap.
"Ya! Sepertinya aku memiliki novel dengan judul yang sama. Negeri Adrilinia," katanya senang.
Buku itu menceritakan tentang kisah Pangeran Mahkota Negeri Adrilinia yang terkutuk. Dan diceritakan juga bahwa kerajaan itu berdiri sekitar tujuh ratus tahun silam.
Detektif muda itu sangat ingat, dia memang memiliki novel tersebut. Buku itu terletak di rak yang paling atas. Namun tak pernah dia sentuh lagi, karena menurutnya cerita dari buku itu tidaklah masuk akal.
Dan sekarang dia justru terjebak ke dalam cerita yang dikatakan 'tidak masuk akal' tersebut. Dia tersenyum miris dengan nasibnya sekarang. Ini semakin aneh dan aneh. Sungguh tak masuk akal!
Ada sedikit sesal di hatinya. Memang, dia pernah membaca sekali seluruh isi buku tersebut, dan tak lagi menyentuhnya. Namun isinya telah dia lupakan. Jika seandainya dia tau akan jadi seperti ini, mungkin dia sudah menghafal setiap katanya.
Pemuda itu terus merenung sambil menatap halaman luas yang mulai dipenuhi oleh para bangsawan muda.
Kereta kuda demi kereta kuda datang silih berganti. Meninggalkan jejak roda dan tapak kuda di atas tanah.
Para bangsawan turun dari kereta mewah mereka dengan anggun. Serta beberapa pelayan juga ikut di belakang, membantu membawakan barang-barang mereka.
Suara riuh mulai mengisi akademi. Cerita tentang pengalaman selama liburan terdengar dimana-mana.
"Hei, Angelina!" sapa seorang gadis pada temannya yang sama-sama baru tiba di halaman akademi.
"Oh, Maria!" sahut Angelina cuek. Gadis itu memutar bola mata cokelatnya malas. Sepertinya dia agak terganggu atas kehadiran temannya itu.
Gadis berambut sebahu itu mendekati Angelina, "Wah, kau semakin cantik saja!" puji Maria sambil meneliti seluruh tubuh Angelina.
Mendengar pujian itu Angelina langsung berbesar hati.
"Tentu, itu sudah pasti!" Tangannya merapikan rambut coklatnya ke samping.
"Sangat berbeda dengan ku." Maria meraba rambut hitam sebahunya dan kemudian beralih pada kulit kuning Langsatnya.
Angelina Fandhez adalah salah satu gadis bangsawan tercantik di Negeri Adrilinia. Kulitnya putih mulus tanpa lecet sedikitpun. Ditambah gaun hijau zamrud yang dia kenakan sekarang semakin menambah pesonanya.
Banyak deretan pria yang berlomba untuk menjadi pendamping hidupnya. Namun tak satupun terpilih olehnya. Menurut Angelina laki-laki itu hanya mainan untuknya.
Shinichi yang dari tadi mendengar seluruh pembicaraan mereka, langsung merasa jemu.
Dia muak!
Dia sungguh muak dengan orang-orang yang terlalu membangga-banggakan dirinya.
Dan temannya itu juga bodoh! Mengapa dia mau berteman dekat dan mengagumi perempuan seperti itu?
Tatapan jijik dilayangkannya ke arah dua gadis tersebut. Tapi tak disadari oleh mereka.
Maria berjalan menyamai langkah Angelina.
"Hei, apa kau sudah tau? Jane dan keluarganya telah menghilang selama seminggu," bisik Maria.
"Oh, si gadis yang suka pamer perhiasan itu, ya?" Senyum sinis tersungging di bibir merah muda Angelina. " bagus! Dengan begitu sainganku berkurang satu."
"Sebagian orang mengatakan kalau mereka telah ditangkap oleh 'kelompok jubah hitam' karena tambang emas milik mereka." Maria melanjutkan beritanya.
"Aku tidak peduli apapun alasannya. Yang terpenting mereka tersingkirkan!" sahut Nona muda keluarga Fandhez tersebut.
Maria sudah terbiasa dengan tingkah temannya yang satu ini. Dia akan sangat senang jika ada gadis yang mati atau berubah menjadi cacat. Tidak peduli gadis itu bangsawan ataupun rakyat jelata. Asalkan dia bisa jadi gadis tercantik di seluruh Negeri Adrilinia.
Di sisi lain Maria merasa beruntung, karena tidak lebih cantik dari Angelina. Jika tidak, maka bisa jadi dia akan menjadi mangsa empuk dari temannya sendiri. Lagi pula Maria mendekati Angelina bukan tak beralasan. Dia sengaja mendekatinya agar bisa terhindar dari kekejaman gadis itu sendiri. Menurutnya Angelina tidak akan menyakiti temannya. Padahal dia tidak tau, sebenarnya Angelina juga tidak peduli padanya.
Mendengar kalimat 'kelompok jubah hitam', telinga detektif muda itu langsung berdiri. Pembicaraan itu sukses menarik minatnya.
"Kelompok jubah hitam?" Shinichi tersenyum miris.
"Tenyata di zaman ini pun juga ada yang seperti itu. Aku jadi penasaran, apakah mereka sama dengan yang ada di zaman modern?"
"Walaupun mereka terlihat mengerikan, tapi mereka tetap keren! Apa lagi Tuan Rum, Irish dan Gin!" ujar Maria sambil senyum-senyum sendiri. Kedua tangannya menangkup pipinya sendiri. Pipinya bersemu merah ketika membayangkan orang-orang yang mengenakan jubah hitam sedang melompat dari atap rumah ke atap rumah lainnya. Menurutnya itu sangat keren.
"Rum? Irish? Gin? Apa apaan ini!" Shinichi semakin tertarik dengan topik pembicaraan dua gadis bangsawan tersebut.
"Dunia ini memang sudah gila!"
Angelina menggeleng melihat obsesi Maria tehadap kelompok jubah hitam tersebut.
"Aku sama sekali tidak tertarik dengan orang yang tidak jelas seperti mereka. lebih baik aku mengejar Pangeran Evand saja!" ujar Angelina.
"Kalau soal mengejar pria, ku serahkan saja semua pada mu. Itu bukan keahlian ku!" balas Maria.
"Apa kau tidak takut dimangsa oleh Sang Neraka Biru itu?" tanya Maria antuasias.
"Tidak. Untuk apa aku takut? Aku kan tidak melakukan apa-apa," jawab Angelina santai. Dan setelah itu sayup-sayup Shinichi mendengar pembicaraan mereka.
''Kelompok Jubah Hitam? Sang Neraka Biru?"
"Hm... Aku jadi penasaran!" Hasrat keinginan tahuan Shinichi mulai memuncak.
"Kira-kira apa yang diperbuat oleh kelompok itu ya?" Dia mengangguk pelan dengan tangan di dagu.
"Akan ku tunggu kedatangan mereka!"
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments