17. Dasar Monster Es!

Suasana ruangan berdinding kuning itu sedikit berubah. Pasalnya ada seorang pemuda yang tengah duduk di atas hamparan kain empuk. Serta sebuah meja kecil berdiri di depannya.

Yang lebih mengejutkannya lagi, Nenek Leen datang dengan secangkir teh herbal. Wanita tua itu duduk dengan sopan dan menundukkan kepala sebelum menyajikan teh tersebut padanya.

Ruangan yang dihiasi beberapa lukisan dinding ini tampak setuju dengan pikiran orang yang memandangnya.

Pemandangan ini sangat berbeda dengan biasannya. Nenek Leen tak pernah melayani tamunya sampai seperti ini.

Siapa sebenarnya orang ini?

Ran mendengus kesal dan berjalan sambil menghentakkan kakinya.

"Hei!" panggilnya kasar.

Nenek Leen tampak terkejut dengan kehadiran Ran yang tiba-tiba.

Pemuda berwajah Shinichi itu sama sekali tak mempedulikan sapaannya. Wajah tak berekspresi itu hanya diam sambil menatap isi cangkirnya yang masih berasap.

Mau tak mau Ran juga ikut duduk menghampiri pemuda itu. Dia tak habis pikir. Sampai sekarang pun dia masih belum yakin, kalau orang yang di depannya ini bukanlah Shinichi.

Ran menatap sengit pemuda itu dan bertanya,

"Siapa namamu?"

Pemuda itu hanya meliriknya sesaat dan menyesap tehnya dengan anggun.

Melihat respon pemuda itu, Ran menjadi kesal. Rasanya orang ini sudah merubah keadaan ruangan yang nyaman ini menjadi buruk!

"Kalau orang bertanya, harus dijawab!!" ketusnya.

"Apakah itu penting?" balasnya datar dengan cangkir teh masih berada di tangannya.

"Tentu saja itu penting! Akh! Kau bahkan lebih menyebalkan dari pada Shinichi!" gerutu Ran sambil mengacungkan jari telunjuknya pada orang itu.

Si wajah datar itu masih tak mengubah ekspresinya. Dia menatap datar wajah gadis itu, sehingga merasa tak nyaman dengannya.

"Kalau kau tidak mau memberitahukan siapa dirimu, aku akan memanggilmu dengan sebutan monster es! " ancam Ran dengan mengayun-ayunkan jari telunjuknya.

Mungkin sekarang dia bisa percaya, bahwa orang ini benar-benar memang bukan sahabat masa kecilnya.

"Aku tidak peduli," balasnya datar yang kemudian kembali menyesap tehnya.

Tabib Leen yang dari tadi hanya diam, kini mulai khawatir dengan tingkah Ran yang sudah melewati batas. Ditatapnya si pemuda berwajah datar itu, untungnya dia sama sekali tak bereaksi apapun selain dari meminum tehnya.

Dia harus melakukan sesuatu!

Kemudian wanita tua itu menepuk pelan paha Ran. Spontan dia terkejut dan langsung menoleh ke arah Nenek Leen yang ada di sampingnya.

"Tolong ambilkan kue kering di dapur," pinta Nenek Leen dengan bahasa isyaratnya.

Ran sedikit tak terima dengan itu. Sudah pasti kue-kue tersebut untuk disajikan pada monster es ini. Tapi ya sudahlah, dia tetap menjalankannya walau dengan hati dongkol.

"Siapa gadis itu? Aku baru melihatnya hari ini," tanya pemuda bangsawan tersebut setelah dari kepergian Ran.

"Namanya Ran Mouri, dia ku temukan tersesat di pantai," ujar wanita tua itu sambil menggerakkan tangan dan jari-jarinya.

Pemuda itu mengangguk sekali dan meletakkan kembali cangkirnya di atas meja

Tak lama dari itu, Ran tiba dengan sepiring penuh kue di tangannya. Dan sanggul rambutnya juga sudah dilepas. Piring itupun disuguhkannya di depan pemuda tersebut dengan sedikit kasar. Sehingga air teh di dalam cangkir menjadi beriak.

Setelah merasa cukup, Nenek Leen pun mohon undur diri, hendak melanjutkan pekerjaannya.

Akhirnya tinggallah mereka berdua saja di ruangan berdinding kuning tersebut.

Ran terus menatap tajam ke arah pemuda yang dia sangka Shinichi itu. Sedangkan si pemuda itu sama sekali tak terusik dengan kehadirannya.

Dia menyuapkan satu kue ke dalam mulutnya dengan anggun. Suara kunyahannya hampir sama sekali tak terdengar, bahkan remahan kuenya pun juga tak berserakan.

"Benar-benar mempesona!" Diam-diam batin Ran takjub dengannya.

Mungkin sudah banyak para gadis yang mengantri untuk bersanding dengannya.

Tunggu dulu, apa yang dia harapkan dari orang ini?

"Akh! Apa yang sedang kau pikirkan, Ran Mouri?" Gadis itu menggeleng kuat dan menampar-nampar pipinya sendiri.

Dia masih belum percaya dengan monster es ini. Mata Ran terus menatap lekat pemuda itu tanpa berkedip.

Apapun yang dilakukannya, semua terlihat anggun!

Bohong jika Ran mengatakan bahwa dia tidak menyukai orang ini.

Ran menyukai Shinichi?

Tentu saja!

Bahkan sangat-sangat menyukainya!

Tapi tidak tau bagaimana dengan orang ini.

Pikirannya terus sibuk bergelut dengan kenyataan yang ada.

Pemuda itu kembali menyesap tehnya. Bibir tipisnya masih menempel di bibir gelas, tapi mata birunya melirik pada gadis cantik yang tengah menatap tajam dirinya.

"Mau sampai kapan kau terus menatap ku seperti itu?" katanya tiba-tiba. Dia menatap Ran tanpa ada minat sedikit pun.

Dan pertanyaan itu sukses mengacaukan pandangan Ran.

Pipinya bersemu merah karena tertangkap basah tengah menatap lekat pemuda bangsawan tersebut.

Perasaan malu langsung menyergap wajahnya.

"Kau pikir dengan tatapan tajammu itu, bisa membuat wajahku berlubang?" serang pemuda itu sambil menaikkan sebelah alisnya.

Ran langsung memalingkan wajahnya yang telah bersemu merah total.

"Ka-kau jangan salah paham!" balas Ran gugup.

"Aku hanya ingin memastikan saja, apakah benar kau bukan teman ku,"

kilahnya tanpa melihat sedikit pun ke arah pemuda tersebut.

"Tidak ku sangka! Ternyata dia juga sombong! Aku jadi menyesal karena telah memujinya!" rutuk Ran dalam hati.

"Lalu, apa kau menemukan jawabannya?"

Pertanyaan itu membuat Ran tercekat. Gadis itupun menoleh. Tatapan dingin itu langsung menghujam dirinya.

"Bagaimana bisa dia terus tak berekspresi seperti itu? Apa saraf wajahnya sudah rusak? Dasar monster es !"

batinnya.

"Itu bukan urusanmu!!" ketus Ran.

"Tentu saja itu jadi urusan ku!" sanggah pemuda tersebut.

"Jika kau sudah mendapatkan jawabannya, maka kau tak perlu mengganggu ku lagi," katanya dingin.

"Mengganggu mu?!" ulang Ran sambil memukul meja. Untung saja meja itu tidak berlubang, tapi getarannya menyebabkan air teh melompat keluar.

"Sejak kapan sampai aku mengganggu mu?"

"Gadis ini benar-benar tidak paham!"

Pemuda itu menatap dingin Ran dan beralih pada air teh yang menggenang di atas meja.

"Lihatlah! Kau baru saja mengacaukan ketenangan ku," katanya dengan mata yang belum beralih dari permukaan meja.

Ran mengikuti arah pandangannya.

"Oh! Astaga!" jeritnya dalam hati sambil menutup mulut.

Benar saja, cairan itu mengalir ke pinggir meja dan menetes deras tepat di pakaian si wajah datar itu.

Ditatapnya wajah tak berekspresi itu. Wajah itu telah menggelap, seolah mendung yang akan segera menurunkan badai di siang bolong.

Mata biru itu menatap penuh permusuhan padanya.

Ran menelan salivanya susah. Tatapan orang ini sungguh mengerikan!

"Ma-maaf, a-aku sungguh tak bermaksud," sesalnya.

"Sudah cukup!" Tiba-tiba pemuda itu berdiri.

"Tu-tunggu! Biar aku yang bersihkan!" Ran berusaha menggapai pakaian bangsawan pemuda yang hendak pergi itu. Dia kesulitan untuk berdiri dikarenakan terlalu lama duduk, kakinya jadi mati rasa.

Tubuh Ran sedikit limbung ke belakang sebelum akhirnya benar-benar jatuh.

Ran yang tak siap hanya bisa memejamkan mata kuat-kuat dan memeluk dirinya sendiri.

Sama sekali tidak sakit!

Gadis itu sama sekali tidak merasakan jika tubuhnya membentur lantai.

Perlahan dia membuka matanya. Pandangannya langsung bertemu dengan langit-langit rumah. Tubuhnya terasa melayang di udara.

Kemudian turun perlahan di atas lantai.

Dia terduduk dan meraba-raba seluruh tubuhnya.

"Yang barusan tadi itu apa?"

Kepalanya terasa pusing. Matanya yang sedikit terasa buram berusaha mencari sesuatu untuk membantunya berdiri.

Tanpa sadar tangannya bergerak menyambut tangan lain yang diulurkan padanya.

Setelah berdiri sempurna, penglihatannya berangsur-angsur kembali pulih.

"Ka-kau…!" Matanya terbelalak ketika melihat orang yang telah menolongnya.

Mata biru itu bersinar seperti permata dan menghilang seiring genggaman itu terlepas.

Tiba-tiba rasa pusing kembali menyerangnya. Tangannya terulur menyentuh pelipisnya. Dia memejamkan mata, mencoba mengingat sesuatu yang telah dia lupakan.

"Sinar biru itu, aku tau! Sama persis dengan buku misterius itu!" ungkapnya dalam hati.

Ketika mata Ran kembali terbuka, si monster es itu telah menghilang entah kemana.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Baby

Baby

lanjut thor!

2023-04-16

3

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 01. Buku Misterius
3 02.Keluarga Malang
4 03.Dunia Lain
5 04.Tersesat
6 05. Akademi Para Bangsawan
7 06. Kota
8 07.Pertarungan Dalam Kabut
9 08. Pertarungan Dalam Kabut 2
10 09.Pertarungan Dalam Kabut 3
11 10.Gadis Bangsawan
12 11. Sang Idola
13 12.Cayster Restaurant
14 13.Apakah Aku Sedang Bermimpi?
15 14. Halaman Belakang
16 15. Berhentilah Menangis!
17 16. Relyn Quella Cousmont
18 17. Dasar Monster Es!
19 18. Harvinn Dolano Adriline
20 19. Raja Dan Ratu
21 20. Sebuah Fakta Mengejutkan
22 21. Hanya Karena Uang
23 22. Ritual
24 23. Sang Pewaris
25 24. Masalah
26 25. Vinn
27 26. Bintang
28 27. Rumus Rumit
29 28. Segelap Malam
30 29. Pengorbanan
31 30. Permainan Api
32 31. Ini Bukan Rumahmu!
33 32.Terkunci Di Luar
34 33. Balas Budi
35 34. Sebuah Tamparan
36 35. Senyuman
37 36. Sebuah tuntutan
38 37. Pengawal Putra Mahkota
39 38. Calon Ratu
40 39. Perpustakaan Dan Restoran Yang Misterius
41 40. Ternyata Rumor Itu Benar!
42 41. Kepala Keluarga Herold
43 42. Larangan Keluar Malam
44 43. Berita Kepulangan Sepupu Putra Mahkota
45 44. Aksi Angelina
46 45. Semua Ada Balasannya
47 46. Runtuh
48 47. Pasangan Serasi
49 48. Salah Sangka
50 49. Jadilah Ran Mouri
51 50. Putra Menteri
52 51. Maaf!
53 52. Kelancangan Effy
54 53. Rumah Keluarga Utama Fandhez
55 54. Hadiah Berkilau
56 55. Hadiah berkilau 2
57 56. Rencana Dulark
58 57. Peti Hadiah
59 58. Hadiah untuk Angelina
60 59. Berhadapannya Kedua Pangeran
Episodes

Updated 60 Episodes

1
PROLOG
2
01. Buku Misterius
3
02.Keluarga Malang
4
03.Dunia Lain
5
04.Tersesat
6
05. Akademi Para Bangsawan
7
06. Kota
8
07.Pertarungan Dalam Kabut
9
08. Pertarungan Dalam Kabut 2
10
09.Pertarungan Dalam Kabut 3
11
10.Gadis Bangsawan
12
11. Sang Idola
13
12.Cayster Restaurant
14
13.Apakah Aku Sedang Bermimpi?
15
14. Halaman Belakang
16
15. Berhentilah Menangis!
17
16. Relyn Quella Cousmont
18
17. Dasar Monster Es!
19
18. Harvinn Dolano Adriline
20
19. Raja Dan Ratu
21
20. Sebuah Fakta Mengejutkan
22
21. Hanya Karena Uang
23
22. Ritual
24
23. Sang Pewaris
25
24. Masalah
26
25. Vinn
27
26. Bintang
28
27. Rumus Rumit
29
28. Segelap Malam
30
29. Pengorbanan
31
30. Permainan Api
32
31. Ini Bukan Rumahmu!
33
32.Terkunci Di Luar
34
33. Balas Budi
35
34. Sebuah Tamparan
36
35. Senyuman
37
36. Sebuah tuntutan
38
37. Pengawal Putra Mahkota
39
38. Calon Ratu
40
39. Perpustakaan Dan Restoran Yang Misterius
41
40. Ternyata Rumor Itu Benar!
42
41. Kepala Keluarga Herold
43
42. Larangan Keluar Malam
44
43. Berita Kepulangan Sepupu Putra Mahkota
45
44. Aksi Angelina
46
45. Semua Ada Balasannya
47
46. Runtuh
48
47. Pasangan Serasi
49
48. Salah Sangka
50
49. Jadilah Ran Mouri
51
50. Putra Menteri
52
51. Maaf!
53
52. Kelancangan Effy
54
53. Rumah Keluarga Utama Fandhez
55
54. Hadiah Berkilau
56
55. Hadiah berkilau 2
57
56. Rencana Dulark
58
57. Peti Hadiah
59
58. Hadiah untuk Angelina
60
59. Berhadapannya Kedua Pangeran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!