Suasana ruangan berdinding kuning itu sedikit berubah. Pasalnya ada seorang pemuda yang tengah duduk di atas hamparan kain empuk. Serta sebuah meja kecil berdiri di depannya.
Yang lebih mengejutkannya lagi, Nenek Leen datang dengan secangkir teh herbal. Wanita tua itu duduk dengan sopan dan menundukkan kepala sebelum menyajikan teh tersebut padanya.
Ruangan yang dihiasi beberapa lukisan dinding ini tampak setuju dengan pikiran orang yang memandangnya.
Pemandangan ini sangat berbeda dengan biasannya. Nenek Leen tak pernah melayani tamunya sampai seperti ini.
Siapa sebenarnya orang ini?
Ran mendengus kesal dan berjalan sambil menghentakkan kakinya.
"Hei!" panggilnya kasar.
Nenek Leen tampak terkejut dengan kehadiran Ran yang tiba-tiba.
Pemuda berwajah Shinichi itu sama sekali tak mempedulikan sapaannya. Wajah tak berekspresi itu hanya diam sambil menatap isi cangkirnya yang masih berasap.
Mau tak mau Ran juga ikut duduk menghampiri pemuda itu. Dia tak habis pikir. Sampai sekarang pun dia masih belum yakin, kalau orang yang di depannya ini bukanlah Shinichi.
Ran menatap sengit pemuda itu dan bertanya,
"Siapa namamu?"
Pemuda itu hanya meliriknya sesaat dan menyesap tehnya dengan anggun.
Melihat respon pemuda itu, Ran menjadi kesal. Rasanya orang ini sudah merubah keadaan ruangan yang nyaman ini menjadi buruk!
"Kalau orang bertanya, harus dijawab!!" ketusnya.
"Apakah itu penting?" balasnya datar dengan cangkir teh masih berada di tangannya.
"Tentu saja itu penting! Akh! Kau bahkan lebih menyebalkan dari pada Shinichi!" gerutu Ran sambil mengacungkan jari telunjuknya pada orang itu.
Si wajah datar itu masih tak mengubah ekspresinya. Dia menatap datar wajah gadis itu, sehingga merasa tak nyaman dengannya.
"Kalau kau tidak mau memberitahukan siapa dirimu, aku akan memanggilmu dengan sebutan monster es! " ancam Ran dengan mengayun-ayunkan jari telunjuknya.
Mungkin sekarang dia bisa percaya, bahwa orang ini benar-benar memang bukan sahabat masa kecilnya.
"Aku tidak peduli," balasnya datar yang kemudian kembali menyesap tehnya.
Tabib Leen yang dari tadi hanya diam, kini mulai khawatir dengan tingkah Ran yang sudah melewati batas. Ditatapnya si pemuda berwajah datar itu, untungnya dia sama sekali tak bereaksi apapun selain dari meminum tehnya.
Dia harus melakukan sesuatu!
Kemudian wanita tua itu menepuk pelan paha Ran. Spontan dia terkejut dan langsung menoleh ke arah Nenek Leen yang ada di sampingnya.
"Tolong ambilkan kue kering di dapur," pinta Nenek Leen dengan bahasa isyaratnya.
Ran sedikit tak terima dengan itu. Sudah pasti kue-kue tersebut untuk disajikan pada monster es ini. Tapi ya sudahlah, dia tetap menjalankannya walau dengan hati dongkol.
"Siapa gadis itu? Aku baru melihatnya hari ini," tanya pemuda bangsawan tersebut setelah dari kepergian Ran.
"Namanya Ran Mouri, dia ku temukan tersesat di pantai," ujar wanita tua itu sambil menggerakkan tangan dan jari-jarinya.
Pemuda itu mengangguk sekali dan meletakkan kembali cangkirnya di atas meja
Tak lama dari itu, Ran tiba dengan sepiring penuh kue di tangannya. Dan sanggul rambutnya juga sudah dilepas. Piring itupun disuguhkannya di depan pemuda tersebut dengan sedikit kasar. Sehingga air teh di dalam cangkir menjadi beriak.
Setelah merasa cukup, Nenek Leen pun mohon undur diri, hendak melanjutkan pekerjaannya.
Akhirnya tinggallah mereka berdua saja di ruangan berdinding kuning tersebut.
Ran terus menatap tajam ke arah pemuda yang dia sangka Shinichi itu. Sedangkan si pemuda itu sama sekali tak terusik dengan kehadirannya.
Dia menyuapkan satu kue ke dalam mulutnya dengan anggun. Suara kunyahannya hampir sama sekali tak terdengar, bahkan remahan kuenya pun juga tak berserakan.
"Benar-benar mempesona!" Diam-diam batin Ran takjub dengannya.
Mungkin sudah banyak para gadis yang mengantri untuk bersanding dengannya.
Tunggu dulu, apa yang dia harapkan dari orang ini?
"Akh! Apa yang sedang kau pikirkan, Ran Mouri?" Gadis itu menggeleng kuat dan menampar-nampar pipinya sendiri.
Dia masih belum percaya dengan monster es ini. Mata Ran terus menatap lekat pemuda itu tanpa berkedip.
Apapun yang dilakukannya, semua terlihat anggun!
Bohong jika Ran mengatakan bahwa dia tidak menyukai orang ini.
Ran menyukai Shinichi?
Tentu saja!
Bahkan sangat-sangat menyukainya!
Tapi tidak tau bagaimana dengan orang ini.
Pikirannya terus sibuk bergelut dengan kenyataan yang ada.
Pemuda itu kembali menyesap tehnya. Bibir tipisnya masih menempel di bibir gelas, tapi mata birunya melirik pada gadis cantik yang tengah menatap tajam dirinya.
"Mau sampai kapan kau terus menatap ku seperti itu?" katanya tiba-tiba. Dia menatap Ran tanpa ada minat sedikit pun.
Dan pertanyaan itu sukses mengacaukan pandangan Ran.
Pipinya bersemu merah karena tertangkap basah tengah menatap lekat pemuda bangsawan tersebut.
Perasaan malu langsung menyergap wajahnya.
"Kau pikir dengan tatapan tajammu itu, bisa membuat wajahku berlubang?" serang pemuda itu sambil menaikkan sebelah alisnya.
Ran langsung memalingkan wajahnya yang telah bersemu merah total.
"Ka-kau jangan salah paham!" balas Ran gugup.
"Aku hanya ingin memastikan saja, apakah benar kau bukan teman ku,"
kilahnya tanpa melihat sedikit pun ke arah pemuda tersebut.
"Tidak ku sangka! Ternyata dia juga sombong! Aku jadi menyesal karena telah memujinya!" rutuk Ran dalam hati.
"Lalu, apa kau menemukan jawabannya?"
Pertanyaan itu membuat Ran tercekat. Gadis itupun menoleh. Tatapan dingin itu langsung menghujam dirinya.
"Bagaimana bisa dia terus tak berekspresi seperti itu? Apa saraf wajahnya sudah rusak? Dasar monster es !"
batinnya.
"Itu bukan urusanmu!!" ketus Ran.
"Tentu saja itu jadi urusan ku!" sanggah pemuda tersebut.
"Jika kau sudah mendapatkan jawabannya, maka kau tak perlu mengganggu ku lagi," katanya dingin.
"Mengganggu mu?!" ulang Ran sambil memukul meja. Untung saja meja itu tidak berlubang, tapi getarannya menyebabkan air teh melompat keluar.
"Sejak kapan sampai aku mengganggu mu?"
"Gadis ini benar-benar tidak paham!"
Pemuda itu menatap dingin Ran dan beralih pada air teh yang menggenang di atas meja.
"Lihatlah! Kau baru saja mengacaukan ketenangan ku," katanya dengan mata yang belum beralih dari permukaan meja.
Ran mengikuti arah pandangannya.
"Oh! Astaga!" jeritnya dalam hati sambil menutup mulut.
Benar saja, cairan itu mengalir ke pinggir meja dan menetes deras tepat di pakaian si wajah datar itu.
Ditatapnya wajah tak berekspresi itu. Wajah itu telah menggelap, seolah mendung yang akan segera menurunkan badai di siang bolong.
Mata biru itu menatap penuh permusuhan padanya.
Ran menelan salivanya susah. Tatapan orang ini sungguh mengerikan!
"Ma-maaf, a-aku sungguh tak bermaksud," sesalnya.
"Sudah cukup!" Tiba-tiba pemuda itu berdiri.
"Tu-tunggu! Biar aku yang bersihkan!" Ran berusaha menggapai pakaian bangsawan pemuda yang hendak pergi itu. Dia kesulitan untuk berdiri dikarenakan terlalu lama duduk, kakinya jadi mati rasa.
Tubuh Ran sedikit limbung ke belakang sebelum akhirnya benar-benar jatuh.
Ran yang tak siap hanya bisa memejamkan mata kuat-kuat dan memeluk dirinya sendiri.
Sama sekali tidak sakit!
Gadis itu sama sekali tidak merasakan jika tubuhnya membentur lantai.
Perlahan dia membuka matanya. Pandangannya langsung bertemu dengan langit-langit rumah. Tubuhnya terasa melayang di udara.
Kemudian turun perlahan di atas lantai.
Dia terduduk dan meraba-raba seluruh tubuhnya.
"Yang barusan tadi itu apa?"
Kepalanya terasa pusing. Matanya yang sedikit terasa buram berusaha mencari sesuatu untuk membantunya berdiri.
Tanpa sadar tangannya bergerak menyambut tangan lain yang diulurkan padanya.
Setelah berdiri sempurna, penglihatannya berangsur-angsur kembali pulih.
"Ka-kau…!" Matanya terbelalak ketika melihat orang yang telah menolongnya.
Mata biru itu bersinar seperti permata dan menghilang seiring genggaman itu terlepas.
Tiba-tiba rasa pusing kembali menyerangnya. Tangannya terulur menyentuh pelipisnya. Dia memejamkan mata, mencoba mengingat sesuatu yang telah dia lupakan.
"Sinar biru itu, aku tau! Sama persis dengan buku misterius itu!" ungkapnya dalam hati.
Ketika mata Ran kembali terbuka, si monster es itu telah menghilang entah kemana.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Baby
lanjut thor!
2023-04-16
3