"Aku berasal dari negeri yang jauh." jawab Shinichi ragu-ragu. Dia berharap bahwa Darrion tidak akan bertanya lagi.
"Meski jauh, apa namanya?" Darrion justru semakin penasaran.
"Aduh! Apa yang harus aku katakan?" Pikirannya sibuk dengan kalimat yang harus dia ucapkan selanjutnya.
"Mm… i- itu, aku berasal dari negeri yang bernama Tokyo." Kata Shinichi sambil berusaha berekspresi biasa saja.
"Aku baru mendengarnya?" Darrion berpikir sejenak, mencoba mencari nama 'Tokyo' di dalam memori otaknya. "Selama aku mengembara dulu, aku tidak pernah bertemu dengan negeri itu."
"Huh! Lama-lama orang ini jadi menyebalkan! Dia begitu teliti ketika mempertanyakan sesuatu," gerutu Shinichi dalam hati.
"Tokyo itu adalah negeri terpencil." Yang padahal dalam kenyataan justru sebaliknya.
Darrion manggut-manggut dengan tangan di dagu.
"Pantas aku tidak tau."
Mereka pun kembali melanjutkan perjalanan dengan pikiran masing-masing.
Suasana di tempat ini sangat asing. Detektif SMA itu benar-benar tidak menyangka kalau dia bisa sampai di tempat seperti ini. Bukan hanya suasananya saja yang berbeda, bahkan model rumah, pakaian, kendaraan, budaya dan sebagainya. Semuanya asing! Tidak ada yang namanya elektronik apapun di sini.
Sejak pertama kali dia menapakkan kakinya di jalanan tanah ini, firasatnya mengatakan bahwa tempat ini memang tidak beres.
Apakah benar dirinya berada di zaman yang berbeda? Alias masa lalu?
Tapi bagaimana mungkin ini bisa terjadi?
"Kita sudah sampai!"
Suara berat itu memecah kesibukan pikirannya.
Langkah Darrion membawa Shinichi ke sebuah gerbang raksasa yang memiliki ukiran khas. Di kedua sisinya berdiri tembok tinggi nan tebal.
Suara gesekan keras menggema di telinga. Kedua pintu raksasa itupun terbuka, memperlihatkan hal yang tersembunyi di dalamnya. Pria itupun mengajaknya untuk masuk ke dalam. Kesempatan itu dia gunakan untuk mengobati rasa penasarannya.
Shinichi dan Darrion bersama menyusuri halaman nan luas itu sambil melihat ke sana sini.
"Area ini sangatlah luas!"
Di dalam sana terdapat bangunan-bangunan megah bergaya abad pertengahan. Bisa dibilang tempat ini lebih mirip istana. Menurut asumsinya, tempat ini adalah sebuah akademi khusus untuk orang-orang kalangan atas. Terlihat dari susunan letak bangunan dan gaya yang mewah.
Ada dua buah bangunan yang paling menarik minatnya. Satu diantaranya bangunan bertingkat dua yang dihiasi sebuah taman kecil dan air pancur buatan di depannya. Dia tampak istimewa. Warna cokelat keemasan dindingnya begitu mencolok. Banyak tiang penyangga di setiap sisinya, seolah dia sedang menahan beban berat di atasnya.
Dan bangunan yang menarik perhatiannya lagi adalah sebuah rumah yang tak berdinding. Tiang-tiang kokoh itu berdiri tegak manahan atap yang luas itu. Tak lupa dengan ukiran naga yang bervariasi menambah kesan berkelas bangunan tersebut. Lantainya mulus dengan warna hijau giok yang mengkilap.
Lantai itu di atasnya tidaklah kosong. Deretan bangku dan meja, berjejer rapi tanpa membuat lecet permukaannya. Serta ada sepasang bangku dan meja yang diasingkan tepat di depan jejeran meja-meja tersebut.
Shinichi jadi penasaran dengan program belajar mereka.
"Kira-kira seperti apa program belajar di zaman ini ya?" Pikirnya.
Namun dia lebih penasaran dengan bangunan tingkat dua tersebut. Bila diizinkan, dia ingin melihat-lihat ke dalam.
"Bangunan itu adalah perpustakaan." Darrion tiba-tiba menepuk pelan pundak pemuda itu. Ternyata sejak tadi pria itu sudah memperhatikan dirinya.
"Kau boleh ke sana. Tapi hanya pada waktu sore hari saja. Karena pagi dan siang hari perpustakaan itu digunakan oleh para guru dan bangsawan muda."
Mendengar itu, mata Shinichi langsung berbinar. Semangatnya menggebu-gebu. Apalagi tempat itu adalah sebuah perpustakaan.
"Hei, tunggu dulu. Dia bilang apa tadi? Guru dan bangsawan muda? Ada dimana mereka?"
Dia tau area ini adalah sebuah Akademi, tapi dia baru sadar kalau dari tadi tempat ini tidak ada penghuninya.
"Ini hari libur." Kata Darrion seolah dia menjawab pertanyaan Shinichi.
"Besok mereka akan datang."
"Ayo masuk!" Ajak Darrion menunjuk sebuah rumah yang letaknya sedikit jauh dari bangunan akademi. Rumah itu cukup mewah dengan dua kursi santai di terasnya. Diperkirakan ada dua kamar di dalamnya.
Sedang di belakangnya, terdapat sebuah tempat beratap tapi tak berdinding. Samar-samar asap hitam berkeliling di sekitar sana. Itu karena sebuah tungku raksasa yang ada di bawah sana dan sepertinya belum lama ini dinyalakan. Selain tungku, ada juga peralatan lain. seperti kendi, panci, palu, penjepit dll. Yang ukuran mereka tidaklah main-main.
Pada awalnya Shinichi mengira tempat itu adalah sebuah dapur luar rumah. Tapi melihat ukuran peralatan-peralatan tersebut tidaklah wajar untuk memasak. Setelah diteliti lagi ternyata tempat itu bukanlah dapur, melainkan tempat pembuatan senjata. Itu terbukti dari beberapa senjata yang telah selesai digantungkan di tiang-tiang atap. Salah satunya pedang dan ujung mata tombak. Dan ada juga yang sedang direndam dalam wadah air.
Darrion masuk ke rumah dengan sedikit terburu-buru, diikuti oleh Shinichi dari belakang. Pria itu langsung masuk ke kamar, dan keluar sambil membawa beberapa potong pakaian.
"Ini, pakailah! Bersihkan dirimu," kata Darrion sambil menyerahkan pakaian tersebut pada pemuda itu.
"Kalau tidak, kau bisa dikatai orang aneh nanti!" lanjutnya.
"Kamar mandi ada di belakang."
Benar yang dikatakan Darrion. Dari tadi Shinichi memandang setiap orang yang ditemuinya aneh. Padahal di mata orang-orang, dirinyalah yang sebenarnya aneh!
Dia hanya mengenakan setelan baju polos yang berwarna hitam dan hijau. Ditambah dengan coretan tanah dan keringat dimana-mana. Sangat berbeda dengan pakaian masyarakat di zaman ini.
Dia hanya bisa menurut dan langsung berjalan ke belakang.
Byurr..
Shinichi memejamkan matanya sambil mengguyur seluruh tubuhnya dengan air. Dia berharap semua kejadian ini hanyalah mimpi.
Ketika dia membuka mata, dia akan berada di dalam kamar mandi rumahnya.
Beberapa kali dia mengguyur tubuhnya sebelum membuka sebelah matanya. Kelopak mata itu terbuka setengah, mengintip dunia di sekitarnya dan kemudian keduanya terbuka lebar.
Sama sekali tidak berubah!
Dia masih di sana!
Pundaknya langsung jatuh lesu dan mata pun menjadi sayu.
Dengan rasa kesal yang luar biasa, detektif SMA itu kembali melanjutkan aktivitas mengguyur tubuhnya.
Di sela-sela acara bersih-bersihnya, tiba-tiba dia teringat kejadian yang telah menimpanya, hingga dia bisa berakhir terkapar di bawah taring beruang.
Dia sangat ingat! Buku yang dibawa oleh Ran, bersinar terang di halaman rumahnya. Cahayanya seolah melahap tubuh mereka.
"Ran!!" Shinichi terkesiap.
Ada dimana dia?
Apa dia juga berakhir di hutan, sama sepertiku?
Oh tuhan, semoga dia tak bertemu binatang buas!
"Aku harus bergegas! Sebelum hal-hal buruk terjadi padanya!"
Dia pun menyelesaikan semuanya dengan sangat cepat.
Sedangkan di ruang tengah, Darrion tengah menyusun piring di atas meja makan. Sudut matanya menangkap sosok Shinichi yang berjalan terburu-buru menuju pintu luar.
"Kau mau kemana?" sapanya yang juga ikut menyusul langkah pemuda itu. Pemuda itu pun berbalik dan menatap pria itu.
"Ran!"
"Paman, temanku! Aku tersesat di sini bersama temanku!"
Ada sedikit raut keterkejutan di wajah pemburu itu.
"Kau bisa mencarinya nanti. sekarang kau makanlah dulu!" ujar Darrion. Dia menggeser posisinya sedikit, agar Shinichi dapat melihat ke arah meja makan.
Shinichi melirik makanan-makanan yang telah tersaji di atas piring serta gelas-gelas kaca yang berembun.
Dia menelan ludahnya. Semuanya tampak menggugah selera!
Bagai tersadar, dia menggeleng cepat.
"Tidak bisa paman! ini lebih penting daripada sekedar mengisi perut. Ini tentang masalah nyawa!" tegas Shinichi.
"Tenang dulu!" Darrion diam sejenak, memikirkan kata-kata selanjutnya. "Percayalah! Dia akan baik-baik saja. Pasti akan ada orang yang menolongnya. Sama halnya seperti dirimu." Dia mencengkram pundak pemuda itu.
"Yang dikatakan paman ada benarnya juga. Lagi pula, Ran juga pandai dalam menjaga diri. Kalaupun memang dia bertemu dengan orang jahat ataupun binatang buas, mereka pasti sudah jungkir balik sekarang."
Meski demikian, itu tetap tak bisa menepis kekhawatiran yang terpendam di hatinya.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments