"Tanpa disuruh pun, aku juga ingin pergi dari sini!" Ran memutar bola matanya malas. Sekarang rasa takutnya pada orang itu telah berkurang. Ran tak ingin menatapnya lagi, dia lebih memilih memalingkan wajahnya ke arah lain.
Sosok di balik topeng separuh itu tetap diam, menunggu sang gadis beranjak dari tempatnya.
Ekor mata Ran menangkap sesuatu yang bergerak cepat. Sesuatu itu datang dengan sangat cepat tepat di belakang orang misterius tersebut.
itu adalah monster serigala yang masih tersisa! Dia hendak menerkam mereka dari belakang!
"Awass!!! Di belakangmuu!!!" teriak Ran histeris.
Walau gadis itu telah memperingatkan dirinya, dia tetap tenang.
Barulah setelah itu dia bergerak santai membalikkan badannya. Jubah hitam sosok misterius tersebut berkibar anggun bersama gerakan santainya. Tatapan membunuhnya mengunci lurus sosok yang tengah berlari kencang ke arahnya. Jarak antara keduanya kian menipis. Kuku-kuku tajam itu mencuat, memberi bekas dalam pada permukaan tanah. Makhluk itupun melolong keras dan menerjang tubuh yang tenang itu.
Orang di balik topeng separuh itu tetap tak bergerak, selain dari memejamkan matanya sesaat. Saat tak ada jarak lagi, tiba-tiba sosok mengerikan itu terhenti di udara. Tetap diam di sana, tak jatuh ataupun bergerak sedikitpun.
Ran mematung di tempatnya, tak dapat mengeluarkan satu huruf pun dari bibirnya. Hanya mata lebarnya saja yang terlihat bergetar.
Kemudian satu tangan berbalut kain hitam itu terulur dengan telapak mengarah ke depan. Mata merah itu berkedip sekali sebelum telapak tangan itu digenggam cepat. Tubuh sosok itupun bergetar dan menghasilkan suara retaknya tulang. Dan setelah itu, tubuhnya pun hancur menjadi potongan-potongan kecil.
Benda-benda menjijikkan itu langsung berhamburan kemana-mana.
Meski tubuhnya telah tercincang seperti itu, tetap tak setetes pun darah mengalir darinya.
Sebuah potongan tubuh jatuh di atas kaki Ran. itu menjijikkan!
Karena terkejut dan merasa jijik, tanpa sadar dia melompat ke sisi orang misterius tersebut. Dan bahkan sempat memeluk erat lengan orang itu. Lengan itu dia gunakan untuk menyembunyikan wajahnya dari melihat pemandangan menjijikan sekaligus mengerikan tersebut. Benda yang dipeluknya terasa hangat dan nyaman, membuat rasa jijiknya berkurang.
Ran terlalu hanyut dalam kenyamanan. Hingga akhirnya dia sadar bahwa sesuatu yang sedang dipeluknya itu adalah lengan berbalut kain hitam. Kepalanya mendongak, memberanikan diri untuk melihat wajah sang pemilik lengan.
Tubuhnya bergetar takut saat tatapan dingin itu bertemu dengan matanya.
"Sudah selesai?" tanya orang itu datar.
"Ma-maaf. Aku tidak bermaksud." Ran melepas lengan orang itu cepat dengan gerakan yang agak kaku.
Bayangan potongan-potongan tubuh kembali menyerang di kepalanya, membuat perutnya bergejolak hendak mengeluarkan isinya.
"Lihat!" Tiba-tiba suara dingin itu berhasil menghentikan rasa mualnya. Ternyata potongan-potongan tubuh tadi mengeluarkan asap hitam, lalu hancur menjadi debu.
Kini Ran bisa bernapas lega. Benda-benda menjijikkan itu telah musnah dari depan matanya.
"Lain kali jangan pernah masuki hutan ini lagi." peringat sosok misterius itu. Ran mengangguk tanpa sadar.
"Hei, tunggu dulu, aku berada di sini bukan karena kemauan ku sendiri! "
jeritnya dalam hati.
"Dan kalian!" Dia menatap tajam ke arah si kembar. Wajah Leon dan Deon langsung pucat, takut akan bernasib sama seperti makhluk-makhluk serigala tadi.
"Jangan pernah mencuri lagi!" Kata-katanya dingin dan penuh ancaman.
"Ampun, ampun Tuan, ampun! Tolong maafkan kami!" Seru mereka dengan kedua telapak tangan menyatu dan menundukkan kepala berkali-kali.
Sosok bertopeng itu hanya menatap sekilas Leon dan Deon, lalu pergi menghampiri anak buahnya yang telah berkumpul. Semua menunduk hormat, tanda tugas sudah selesai. Dia menebar pandangan ke seluruh tempat, memastikan apakah masih ada yang tersisa.
Tuan mereka mengangguk sekali dan dibalas hormat oleh anak buahnya.
Kelompok jubah itupun satu persatu melesat pergi meninggalkan lokasi pertarungan. Hingga meninggalkan tuan mereka seorang.
Dia memejamkan matanya sesaat dan menarik nafas dalam-dalam. Lalu dikeluarkan perlahan sebelum melangkah. Langkahnya tampak berat seolah sedang memikul beban besar di pundaknya.
Ran menatap punggung yang dibalut kain hitam itu kian menjauh. Entah mengapa ada rasa sedih yang menusuk hatinya. Bibirnya terbuka sedikit, namun cepat ditutupnya kembali. Dia ingin berbicara dengannya. Tapi apa yang harus dia katakan?
"Terimakasih!!!" Dan itulah yang bisa dia katakan sekarang.
Orang itu berhenti sejenak ketika ucapan itu keluar. Dan menghilang ditelan kabut setelah itu.
Kalung yang sejak tadi dia genggam erat mengendur dari jari-jarinya.
Semilir angin berlalu, membelai lembut kulit berpeluh mereka.
Kabut nan tebal itu menghilang seiring dengan munculnya nyanyian burung. Sinar matahari menyapu sisa-sisa pertarungan. Semua kembali seperti sediakala, seolah tak pernah terjadi apa-apa. Kecuali jasad pengawal yang masih tergeletak di sana. Dia masih dalam kondisi yang sama.
Hening.
Semua insan yang ada di sana memejamkan mata. Mengucap syukur atas berakhirnya kejadian mengerikan yang hampir merenggut nyawa mereka. Mungkin hutan ini akan menjadi yang pertama dan terakhir mereka injak.
"Ini sungguh aneh!" Suara Deon memecah keheningan.
"Kau benar!" sahut Leon.
"Apa maksud kalian?" tanya Ran agak jengkel karena telah merusak suasana.
"Kau tidak tau. Berarti kau orang baru di sini, Nona," balas Deon tanpa ekspresi.
Ran datang menghampiri mereka, dia mulai tertarik dengan topik pembicaraan.
"Coba kalian jelaskan padaku," kata Ran ketika menghentikan langkahnya.
"Tidak ada yang tau pasti jumlah mereka," kata Leon. "Yang pasti, biasanya mereka disebut oleh orang-orang dengan sebutan Kelompok Jubah Hitam atau lebih dikenal Sang Neraka Biru," tutur Leon.
"Sang Neraka Biru?" ulang Ran.
"Hm." Keduanya mengangguk.
"Sebutan itu disebabkan karena kekejaman mereka. Tak seorang pun bisa lolos jika sudah masuk dalam permainan mereka. Siapapun itu. Meski dia seorang raja sekalipun!" tutur Deon yang matanya sesekali melirik ke kalung yang berkilau tersebut, namun tak disadari oleh Ran.
"Permainan apa yang kalian maksud?" Ran semakin penasaran dengan arah pembicaraan mereka.
"Mereka akan menyiksa korbannya sampai puas. Dalam waktu berjam-jam, berhari-hari atau berbulan-bulan. Dan bahkan jika mereka ingin, bisa saja si korban disiksa seumur hidupnya. Setelah puas, barulah si korban dibakar hidup-hidup dengan sihir api biru," jelas Deon.
"Meski kau memiliki seribu nyawa sekalipun, itu tidak akan berguna! Bagi mereka nyawamu hanyalah sebuah mainan!" tambahnya.
"Itu mengerikan!" Penjelasan si duo bermata sipit cukup membuat Ran merinding. Dia memeluk dirinya sendiri sambil mengusap-usap lengannya. Lalu terbayang olehnya ingatan saat dirinya memeluk lengan sosok misterius itu. Hal itu membuatnya sedikit pusing.
Penjelasan Deon dilanjutkan kembali oleh saudara kembarnya,
"Biasanya korban mereka adalah para bangsawan dan pejabat. Seluruh harta yang dimiliki oleh korban mereka akan dijarah semua. Tak ada yang tau motif dari perbuatan mereka."
Ran merenung, memikirkan kembali kesan pertemuannya dengan kelompok jubah hitam ini.
"Mereka memang kejam dan sadis, Bahkan bisa ku bilang mereka adalah psikopat sesungguhnya. Tapi aku tidak merasakan kalau mereka adalah orang jahat seperti yang diceritakan oleh mereka," katanya lirih sambil menatap bagian hutan tempat orang-orang misterius itu menghilang.
"Karena itulah kami mengatakannya aneh," ujar Deon.
"Aku yakin! Pasti ada suatu alasan mengapa mereka berbuat seperti itu! Tidak mungkin semua itu dilakukan tanpa adanya alasan yang pasti!" kata Ran dalam hati.
Kalung mutiara yang berada dalam genggaman Ran berkilau oleh sinar matahari. Kilaunya terpantul pada bola mata hitam Deon. Dia pun menyenggol lengan Leon.
Leon sedikit marah karena perbuatan saudaranya. Namun kemarahan itu berubah menjadi kesenangan saat saudaranya menunjuk kalung tersebut dengan bibirnya.
Mereka menatap Ran yang masih termenung sibuk dengan pikirannya.
Tangan Deon langsung menyambar kalung tersebut dan pergi melarikan diri bersama Leon. Kalung itu raib begitu saja dari tangan gadis tersebut.
Bagai tersadar, emosinya langsung meletus. Padahal baru saja mereka diperingatkan oleh orang misterius tadi, sudah berbuat ulah lagi!
"Sial! Aku lengah!" umpatnya.
Kakinya pun langsung menyusul langkah si pencuri kembar.
"Heiii!!! Kembali!!!"
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments