Gelombang laut datang mendekati bibir pantai. Suara deburan ombak terdengar keras ketika menghantam batu karang.
Di antara butiran pasir pantai, beberapa ekor kelomang dan kepiting kecil berusaha melarikan diri dari sapuan ombak. Kaki-kaki mungil mereka bergerak berlomba menuju daratan.
Tertarik, maju, mundur dan maju lagi. Mereka terus maju meski sudah jungkir balik.
Begitu juga halnya dengan kita. Jangan sampai hanya sekali jatuh, kamu tetap diam tanpa berniat untuk bangkit kembali.
Sebagian dari mereka terseret ke arah laut. Dan sebagian yang lain berhasil mencapai daerah pasir yang lebih kering.
Ada salah satu kepiting yang berjalan berbeda arah. Tanpa sengaja tubuh mungil itu membentur sesosok berkulit putih yang terkapar di bibir pantai. Tubuhnya pun langsung terbalik.
Dia pun bangkit dan mengacungkan kedua capit mungilnya.Mata hitam kecilnya berdiri marah. Kedua capit itu langsung menyerang ibu jari kaki sosok tersebut. Sontak matanya terbelalak.
"Akh!" Sosok itu terduduk dan berteriak kesakitan.
"Dasar!" umpatnya sambil meraih hewan itu dan membuangnya ke laut . Luka kecil terbentuk di ibu jari kakinya.
Dia diam sejenak mengumpulkan kesadaran hingga sebuah ombak kecil menyapa tubuhnya.
"Laut?!!" Dia sangat terkejut. Rasanya jantung ini ingin berhenti berdetak. Baru dia sadari kalau selama ini dia sudah terbaring di pinggir pantai. Sejak kapan dia berada di sini?
Dahinya mengkerut, berpikir keras mengingat hal yang terakhir kali dia perbuat. Sekali lagi, ombak kecil mengguyur tubuhnya.
"Seingat ku, terakhir kali aku berada di rumah Shinichi," gumamnya sambil menyentuh pelipis kanan.
Ran merasa ada sesuatu yang hilang dari tangannya.
"Buku itu! Ada dimana buku itu?" Serunya. Dia merasa semua kejadian ini di sebabkan oleh buku itu. Mungkin.
Lalu, dimana Shinichi?
Ran merutuki dirinya sendiri. Betapa bodohnya dirinya! Dia lebih mengingat buku itu dari pada sahabatnya.
Dimana dia?
Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh tempat yang dapat dia lihat.
Sepi! Tak ada tanda-tanda manusia yang tinggal di sini. Apalagi Shinichi! Dan tempat ini juga terasa sangat asing. Dia tak pernah tau jika ada tempat seperti ini di Jepang.
Sebenarnya dimanakah dia berada?
Ran memutuskan untuk beranjak dari tempat itu.
"Akh!!" Seluruh tubuhnya terasa sakit. Terutama di bagian punggung dan leher. Entah berapa lama dia sudah terbaring di sana. Mungkin sudah sangat lama. Sebab kulitnya telah pucat dan mengkerut.
Dia mencoba menggerakkan tangan dan kakinya, beringsut menjauh dari bibir pantai. Setelah merasa aman, gadis itu menyandarkan tubuhnya di sebuah batang pohon yang telah tumbang.
Kini tubuhnya menggigil dan perutnya juga terasa perih. Yang terakhir dia ingat, terakhir kali dia makan kemarin sore.
Srak!
Tiba-tiba terdengar suara seperti semak belukar yang ditebas. Secara otomatis tubuhnya langsung waspada. Rasanya ingin sekali dia berdiri dengan kuda-kuda karatenya. Namun kaki dan tangannya terlalu lemah. Bahkan untuk berdiri pun juga tak mampu.
Dia hanya bisa mengepalkan tangannya, untuk berjaga-jaga jika sekiranya ada orang ataupun binatang buas yang akan menyerangnya. Setidaknya itu bisa sedikit melindungi dirinya.
Semakin lama suara itu semakin mendekat. Daun-daun segar melayang dan mendarat di sekitar tubuhnya. Tak lama dari itu, seorang wanita tua muncul dari balik semak yang ada di belakangnya.
Ran merasa lega. Apa yang dia pikirkan tidak sampai terjadi.
Wanita tua itu tampak terkejut ketika melihat ada seorang gadis yang terdampar di sana. Sekilas nenek itu tampak heran atas kehadiran Ran di tempat itu.
Ran menyipitkan matanya, memperhatikan setiap sudut dari wajah nenek itu.
Pakaiannya tampak sederhana. Kulit wajahnya keriput dan rambutnya telah memutih keseluruhannya. Walupun begitu, nenek itu terlihat masih sehat dan segar. Dilihat dari berjalannya yang tanpa tongkat dan ditambah dengan beban di punggungnya. Dia sedang membawa sebuah keranjang rotan yang cukup besar. Muatannya juga penuh dengan bermacam-macam jenis tanaman obat.
Kemudian wanita tua itu meletakkan keranjangnya di atas tanah. Dia menghampiri Ran dengan berjongkok di sisi kanannya. Tangan keriput itu menyentuh lembut tangan Ran dan tersenyum padanya.
...----------------...
Hembusan nafas hangat dan kasar menerpa wajah seorang pemuda. Karena merasa terganggu, sepasang mata biru itupun terbuka. Dua lubang hidung besar dan deretan gigi taring tajam menyambut matanya. Lidahnya terjulur. Setetes air liurnya jatuh di pipi Shinichi.
Itu seekor beruang!
Beruang besar cokelat yang tengah kelaparan!
Sebelah kaki depan beruang itu terangkat. Cakarnya yang hitam dan tajam mencuat. Sebelum dirinya menjadi santapan binatang buas itu, dia pun berguling ke sisi lain dan langsung mengambil langkah seribu.
Jantungnya berpacu cepat dan tak kalah cepat dengan langkah kakinya. Dia berlari menerobos semak belukar dan menghindari pepohonan.
Kini Shinichi sadar, tempat dimana dia berada. Sekarang dia berada di hutan belantara. Pohon-pohon tinggi dan rendah saling berdampingan. Daun dan cabangnya begitu rimbun, bahkan hampir tak memberi ruang untuk cahaya matahari. Akar-akar besarnya mencuat dari dalam tanah. Mereka semua tumbuh dengan subur. Menunjukkan bahwa betapa bebasnya mereka hidup tanpa ada gangguan sedikit pun.
Pemuda itu terus berlari sekuat tenaga sambil menghindari batu dan akar. Suara gerakan kaki binatang buas berkaki empat itu semakin jelas. Sekilas dia mencoba menoleh ke arah belakang. Dia semakin dekat! Rasa takut semakin melanda dirinya. Fokusnya hilang! kakinya tersandung akar pohon, membuatnya jatuh tersungkur.
Dengan sisa tenaganya dia mencoba bangkit, namun kakinya tersangkut pada tumbuhan merambat.
Tangannya memukul-mukul kepalanya sendiri, "Kenapa disaat seperti ini otakku tidak berjalan?" Ingin sekali dia berteriak minta tolong. Tapi siapa yang akan menolongnya di tengah hutan begini?
Tap!! Binatang buas itu menapakkan kakinya tak jauh dari tubuh Shinichi. Dia mencoba sekuat tenaga untuk melepaskan belitan tumbuhan dari kakinya dan berhasil.
Dia beringsut ke belakang, mencari celah untuk kabur. Tapi ada batang pohon besar yang memblokir jalannya.
"Tidak! Dagingku tidak enak! Kau akan menyesal setelah memakan dagingku," kata Shinici diantara rasa takutnya.
Air liur itu terus menetes membasahi daun-daun kering di bawahnya.
Tangannya mencoba mencari sesuatu untuk melempar beruang itu. Beberapa batu kecil dia lemparkan ke arahnya. Tapi binatang itu sama sekali tak terpengaruh. Dia membuka lebar moncongnya dan mengaum keras.
Kuku-kuku tajamnya menegang dan diapun melompat hendak menerkam. Kali ini Shinichi hanya bisa berharap akan ada keajaiban yang datang, entah itu sihir atau semacamnya.
Di saat Shinichi sudah pasrah, tiba-tiba beberapa buah anak panah melesat ke arah beruang tersebut.
Alhasil anak panah itu menancap tepat di leher beruang tersebut. Dia langsung ambruk ke tanah.
Lengan baju Shinichi sempat robek akibat cakarnya, meninggalkan bekas kemerahan di permukaan kulitnya namun tidak sampai berdarah.
Binatang itu menggeliat dan mengaum kesakitan. Matanya tampak berair. Semakin dia bergerak, lukanya pun juga semakin lebar. Cairan merah itu mengalir membasahi bulu-bulu cokelatnya dan merembes ke tanah.
Ada rasa ngeri sekaligus kasihan dalam hati Shinichi.
"Apa kau baik-baik saja?"
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Yem
Asli panik sih kalau jadi Shinichi..
Ide ceritanya bagus kak.. 😊
2023-03-05
3