"Ada apa? "
Tiba-tiba Shinichi datang menjemput. Matanya masih setengah terbuka. Dia menguap dan mengucek matanya.
"I- itu... Apa kau lihat tadi? " balas Ran sambil menunjuk genangan air yang gelap.
"Lihat apa? " Shinichi mengerutkan dahinya. Ran tampak kecewa dengan jawaban Shinichi.
"Ayo masuk. Nanti kau bisa masuk angin karena terlalu lama di luar," ajak Shinichi.
Ran hanya mengangguk dan mengikuti langkah Shinichi. Sesaat dia kembali menoleh ke arah genangan air lalu beralih ke buku dalam pelukannya.
...----------------...
Sebuah buku asing diletakkan di atas meja. Kemudian tubuh itu duduk di atas sofa dengan posisi ternyamannya. Sedangkan Shinichi sedang mengambil minuman kaleng dari kulkasnya.
"Tadi kau sedang apa? " tanya Ran ketika melihat Shinichi telah memasuki ruangan.
"Yahh, seperti biasa. Aktifitas di atas kasur. "jawab Shinichi santai.
"Kau ini! Dari pagi sampai pagi tidur saja. Apa tidak ada kerjaan lain di hari libur selain tidur?!" gerutu Ran.
"Aku tidak tidur, aku cuma mengistirahatkan otak. "Alasan Shinichi. Dia meletakkan minuman di depan Ran tanpa memperhatikan kalau ada benda asing di atas
mejanya.
Shinichi duduk malas di Armchair dengan salah satu kaki ditumpuk dengan kaki yang lain dan satu tangan menyangga kepalanya.
"Kau sendiri, kenapa datang ke sini?"
Jeda sesaat, "Aku tau, hari ini adalah hari bersih bersih mu. Apa kau tak lelah?"
Gadis itu hanya diam. Dia memilih membuka minumannya dan meneguknya. Kemudian buku asing itu dia dorong sampai tepat di depan Shinichi.
Teman masa kecilnya itu hanya menatap datar benda tersebut tanpa berniat untuk menyentuhnya. Tatapannya lebih tertuju pada salah satu kaki Ran yang berusaha dia tutupi dengan kaki yang lain.
"Aku datang karena itu. "Nada bicara Ran sedikit bergetar karena Shinichi mengetahui apa yang sedang dia sembunyikan.
Shinichi sama sekali tak menggubris pernyataan Ran. Dia lebih memilih berpindah tempat duduk di samping gadis itu.
"Ada apa dengan kakimu?"
Matanya meneliti goresan memanjang di beberapa sisi.
"Apa kau berkelahi dengan seseorang?"
"Ti- tidak, tidak kok .." Ran menggeleng cepat.
"Lalu?"
"Karena itu. "jawab Ran sambil menunjuk buku yang dia bawa tadi. Ran memberi jawaban yang sama dengan pertanyaan sebelumnya. Kerutan pun hadir di dahi Shinichi.
"Memangnya ada apa dengan buku itu? " Shinichi menarik kasar buku itu sampai dihadapannya.
"Mm... soal itu.... " Ran menyatukan kedua ujung jari telunjuknya. dia merasa malu untuk menjelaskannya.
TADI PAGI.....
Awan kelabu yang bergelantungan itu belum juga bergeser dari ufuk timur. Kini waktunya matahari menggantikan posisi bulan. Meski samar, cahayanya tetap ada untuk membangun pagi.
Ran membuka lebar sebuah pintu kamar yang tak asing lagi baginya. Wajahnya begitu segar dan bersemangat.
Matanya meneliti setiap sudut ruangan. Hingga pandangannya jatuh pada lemari pakaiannya. Akhirnya dia memutuskan untuk memulai acara bersih bersihnya dari sana.
Semua pintu lemari itu dibuka lebar. Dengan hati-hati Ran mengeluarkan pakaiannya yang masih terlipat rapi.Ia memisahkan antara yang dipakai dan tidak dipakai, agar nanti bisa dia simpan di gudang atau disumbangkan.
"Hufh...." Ran menghela nafas sambil menyeka keringat di dahinya.
"Akhirnya selesai juga ."Dia Mundur sedikit dan memandangi lemari pakaiannya yang telah tersusun rapi.
Sedangkan di luar lemari masih ada beberapa tumpukan pakaian yang hanya dilipat asal, yang rencananya akan dia taruh di gudang nanti.
Pakaian itu dia ambil satu persatu hingga memenuhi kedua tangannya.
Sudah lama sekali gudang itu tak di kunjungi. Bahkan anak kunci yang tak pernah pindah dari lubangnya itu, kini telah berkarat.
Beberapa helai pakaian terjatuh.Tangan itu sibuk memutar kunci tanpa mempedulikan ada pakaian yang terjatuh. Dengan sedikit usaha akhirnya kunci itu menurut.
Belum lagi Ran melangkahkan kakinya, udara pengap langsung menyapa tubuhnya terlebih dahulu.
Gelap dan pengap!
Dan sekarang dia lupa di mana letak tombol lampu berada. Dia melangkahkan kakinya dengan hati-hati. Dan....
Brakk!!!
Setengah kaki kanannya terjerumus masuk ke dalam lantai. Pakaian yang ada di tangannya langsung berserakan.
"Akh!" Ran meringis kesakitan sambil berusaha menarik keluar kakinya. Dirinya benar benar tidak menyangka kalau lantai gudangnya yang terbuat dari kayu itu rapuh.
Setiap sisi kakinya terasa perih. Bagian tajam dari lubang lantai itu membuat goresan panjang di beberapa sisi terutama di bagian tulang kering. Bahkan ada serpihan kayu yang menyusup ke kulitnya.
Perlahan dia menyeret tubuhnya menjauh dari pintu. Kemudian ia meluruskan kedua kakinya untuk memeriksa lukanya. Sambil menahan rasa sakit, dia mencabut serpihan serpihan kayu yang menancap di kulitnya dan sesekali dia tiup.
Diantara aktifitasnya, tiba-tiba seberkas cahaya biru memancar dari gudang. Setelah diteliti, ternyata itu berasal dari lubang lantai tempat kakinya terjerumus tadi. Karena penasaran, dia kembali mencoba masuk dengan hati-hati.
Jelas di dalam lubang itu terdapat sebuah buku asing yang cukup tebal dan besar yang tersusun rapi di bawah sana. Cahaya birunya meredup seiring Ran mengambilnya, dan kemudian sirna.Tanpa pikir panjang dia langsung berdiri dengan berpegangan dinding dan membawa buku itu ke kamarnya.
Suara rintihan keluar dari bibirnya ketika kapas yang telah dibubuhi alkohol itu menyentuh luka di kulitnya. Setelah merasa cukup, ia mengoleskan obat di bagian tertentu.
Tangannya pun meraih buku asing yang dia temukan tadi dan menaruhnya di atas pangkuannya. Warnanya masih bersih walau sedikit tertutupi oleh debu.
Kosong!
Hanya kata itu yang dapat menjelaskan situasi ketika buku misterius tersebut di buka. Tak ada satupun goresan tinta di dalamnya. Hanya hamparan kertas putih usang yang dia temukan.
"Ini sungguh aneh!." Gumam Ran sambil menutup buku tersebut.
"Apa sebaiknya Aku tanyakan pada Shinichi saja? Diakan penggila misteri."
...----------------...
"Jadi itu sebabnya kakimu bisa terluka." ujar Shinichi jengkel. Gadis ini terluka karena kecerobohannya sendiri!
Ran hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.
"Jadi apa kau tau tentang buku itu?"
Pada akhirnya Shinichi menyentuh buku itu dan membukanya. Apa yang terjadi pada Ran juga terjadi pada dirinya.
Buku itu kosong!
"Bagaimana bisa aku tau, sedangkan tak ada satupun tulisan di dalam sini." Kata Shinichi sedikit kesal. "Lalu bagaimana dengan pendapatmu sendiri?" Shinichi menyodorkan buku itu pada Ran.
Ran menatap lama buku tersebut.
"Kalau menurutku, buku ini adalah sebuah buku sihir. Hanya saja kita tidak bisa melihat tulisannya." Ujarnya dengan tersenyum manis.
Shinichi memutar bola matanya malas. "Kau ini!" Dan menyentil dahi Ran."Mana mungkin ada yang seperti itu sekarang!"
"Tapi aku yakin itu ada!" Bantah Ran yang tengah mengusap usap dahinya.
"Cukup, biar aku antar kau pulang." Kata Shinichi tanpa menggubris pendapat Ran. Kemudian ia beranjak dan membukakan pintu. Gadis itu mendengus kesal.
Dalam hati, Ran terus menggerutu kalau Shinichi belum melihat apa yang telah dia lihat. Iapun berdiri sambil mengambil buku tersebut dengan tangan kirinya dan tangan yang satunya menggandeng tangan Shinichi. Dirinya tak punya pilihan selain mengikuti kemauan teman masa kecilnya itu.
Tangannya terus ditarik melewati pintu yang kebetulan telah dia buka hingga ke tengah halaman. Dia memandang gadis itu tengah mencari sesuatu di balik gulungan awan.
"Sekarang apa lagi?" Shinichi sudah mulai kesal.
"Tunggu sebentar. Kau akan melihat sesuatu yang luar biasa." Sahut Ran.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments