《 DISCLAIMER 》
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hasil dari imajinasi Author .Jika ada kesamaan nama tokoh ,tempat kejadian ataupun cerita ,itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan .
*
*
*
"Hikss... hikss.. lepaskan aku kak." Ucap Ara dengan suara parau. Suara gadis itu sangat serak, menandakan jika ia sudah lama menangis.
Pukulan tangannya pada tubuh kakaknya perlahan melemah. Dia sudah pasrah di dalam pelukan sang kakak.
"Kumohon lepaskan kak, aku tidak ingin kakak tertular dari ku hiks.. hikss kumohon kak Bayu." Ara mendongkak, menatap mata coklat sang kakak yang sudah di genangi air mata.
"Aku tidak mau! kamu adikku! keluarga ku satu-satunya! aku tidak akan membiarkan adik yang paling kusayang menderita sendirian, cukup dek, kakak tidak mau lagi karena kesalahan kakak, kamu bernasib sama seperti ayah dan ibu." Jawab Bayu sambil menatap mata adiknya lembut. Lalu mengusap air mata adiknya dengan lembut.
Jihan dan Mega yang melihatnya berpelukan, begitu pun Budianto beserta istri anaknya. Mereka tidak menyangka, jika Bayu sesayang itu pada adiknya. Sungguh kasih sayang seorang kakak pada adik yang luar biasam
Pada akhirnya semua orang menangis bersama, bahkan Mega yang terlihat paling tegar pun langsung menangis keras memeluk tubuh Jihan.
"Hikss... hikss... huaa sampai kapan ini berakhir, aku merindukanmu ayah." Ucap Mega sambil terisak. Membuat Jihan semakin mengeratkan pelukannya, ia juga sedih karena kejadian ini, apalagi sepanjang perjalanan banyak sekali kenangan yang begitu menyakitkan baginya. Tapi, dia juga merasa beruntung, karena ayah dan ibunya sudah meninggal sejak lama . Jadi, Jihan tidak mengkhawatir kan seorang pun kecuali orang-orang yang sekarang bersamanya termasuk si kecil Rini.
"Ayah kenapa kak Ara menangis?" Ucap Rini bingung.
Budianto hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan anaknya lalu, kembali memeluk istri dan anaknya dengan erat.
"Hikss.. hikss... maafkan aku kak.. maafkan Ara kak." Ucap Ara.
Bayu mengangguk dan mengeratkan pelukannya kembali, membiarkan sang adik menangis, menumpahkan semua rasa takut yang selama ini dia rasakan.
"Tuhan, jika ENGKAU Menyayangi hambamu. Tolonglah kami." Ucapnya.
Pada akhirnya, mereka hanya bisa meratapi nasibnya masing-masing. Wabah yang melanda ibukota Jakarta, membuat semua orang frustasi dengan harapan yang hancur.
****
Sementara di pengungsian 3, para warga, sibuk bergosip, membicarakan stok makanan yang di berikan para tentara hanya sedikit.
"Ma, adek lapar." Ucap seorang anak pada ibunya.
"Bentar ya dek, ibu ambilkan dulu." Jawabnya.
Ibu muda itu pamit, bergegas pergi menghampiri salah satu tentara yang tengah berjaga.
"Pak maafkan saya, apa saya bisa minta sedikit lagi jatah hariannya? anak saya kelaparan, dia sedang sakit." Ucap si ibu.
Si tentara yang di tanya ibu muda itu terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan dan menyuruh si ibu untuk mengikutinya.
Sesampainya di gudang konsumsi, si tentara memberikan 1 bungkus roti pada si ibu.
"Maaf ya bu, hanya ini yang bisa saya bantu, persediaan makanan sangat menipis karena pengiriman yang terlambat." Jelasnya.
"Terima kasih pak, ini sudah lebih dari cukup." Ucap ibu tersenyum.
Dan tanpa mereka sadari, seorang pria berjas putih mengawasi gerak-gerik mereka dengan tatapan kesal.
"Ohh seperti ini." Tiba-tiba, pria berjas putih itu menghampiri si tentara dan si ibu.
"Ada apa ya?" Tanya si tentara pada si pria. Lalu memyuruh si ibu untuk pergi segera.
"Hey! anda tidak boleh pergi!" Seru si pria mencekal tangan si ibu muda.
"Apa maksud anda!" si tentara yang melihatnya sontak mencengkram tangan pria yang ia ketahui seorang jaksa. Lalu melepas paksa cengkraman si jaksa pada si ibu dan menyuruhnya untuk pergi.
"Pergi bu."
"Akhh" erang si jaksa. Ia lalu mengelus-ngelus pergelangan tangannya yang memerah akibat cengkraman si tentara yang kencang.
"Dasar penjilat!" Ucap si jaksa pada si ibu yang sudah berlalu pergi.
"Apa yang anda katakan!" rahang si tentara mengeras, dia sangat marah karena jaksa itu menghina ibu muda tadi.
"Haha jangan berlaga suci pak, saya tahu jika perempuan ****** itu memberikan sesuatu kan? jadi anda memberinya sebungkus roti, jika tidak?mana mungkin anda memberinya cuma-cuma."
Buagh!
Si tentara yang mendengar ucapan si jaksa langsung memberinya satu bogem mentah, yang membuat si jaksa tersungkur ke lantai dengan keadaan tidak elit.
"Akh sialan!" erang si jaksa, lalu dia tersenyum menyerigai, dan tanpa babibu menyerang si tentara. Tapi sayangnya tentara tetap tentara. melawannya dengan tangan kosong? itu tidak akan bisa membuatnya goyah sedikit pun. Tapi beda hal jika si jaksa seorang yang jago bela diri, pasti akan dengan mudah mengimbangi pertarungannya dengan si tentara yang sudah terlatih.
Buagh!
Sekali lagi si jaksa terkena pukulan, dan dengan refleks menendang kaki si tentara. Yang membuat si tentara sedikit terhuyung.
"Anda ini kenapa? wanita itu tidak memberikan apapun pada saya, dan alasan saya memberiny roti, karena anaknya sedang kelaparan." Jelas si tentara.
"Halah bohong! saya tidak percaya! jika yang anda katakan benar, kenapa anda tidak memberikan makanan pada saya saat saya kelaparan karena jatah yang sedikit." Jawab si jaksa mengepalkan tangannya marah.
Si tentara menggeleng mendengarnya , memang untuk hari ini jatah makanan untuk semua warga di kurangi, karena pengiriman makanan sedang dalam masalah ,jadi mereka harus menghemat.
Tapi khusus anak kecil dan orang sakit, jika mereka membutuhkan, maka akan memberinya sedikit jatah lebih. Dan lihatlah sekarang, si jaksa bodoh itu malah berkoar-koar ingin di lebihi jatah padahal ia tidak sakit dan bukan seorang anak kecil.
"Jatah lebih hanya di khususkan untuk anak kecil dan orang sakit." Jelas si tentara.
" Saya juga sakit, lihatlah, jadi kenapa saya tidak di beri jatah juga." Ucap si jaksa memperlihatkan bekas luka di perutnya, dalam hati ia bersorak karena kebetulan luka yang ia dapatkan saat terkantuk meja 1 minggu yang lalu masih ada.
"Itu luka memar yang sepertinya sudah lebih dari 1 minggu, jadi tidak akan mendapat jatah."
"Tapi ini juga sakit!" teriak si jaksa. Dia menatap si tentara dan bersiap akan menerjangnya kembali.
"APA YANG KALIAN LAKUKAN HAH! TIDAK SEHARUSNYA KALIAN BERTENGKAR DALAM SITUASI SEPERTI INI!" Teriak si kapten yang tiba-tiba sudah berada di antara mereka berdua.
Anggota tentara bernama Yogi langsung meminta maaf pada kaptennya, sedangkan si jaksa, dengan anggkuhnya pergi tanpa pamit.
"Aish ada apa dengan jaksa itu! tadi dia juga membuat kekacauan, dan hampir membuat banyak orang menjadi zombie!" Keluh si kapten.
Dia teringat saat mendapat laporan, jika ada salah satu pengungsi yang tiba-tiba berubah menjadi zombie, dan si jaksa juga berada di disana, pria itu mengorbankan seorang wanita yang berada di sampingnya untuk menjadi tamengnya saat zombie itu akan mengigitnya.
"Sudahlah kapten." Ucap Yogi.
*
*
*
Hai sobat sachie..
Siapa yang masih setia baca cerita Jakarta is in danger?kalian hebat jika udah sampe sejauh ini hihi .
huhu siapa yang disini nangis sesegukan karena lihat interaksi Ara sama Bayu? Ternyata di balik sikap Bayu yang kadang kaku dia sayang banget loh sama adiknya huhu siapa yang mau punya kakak kaya Bayu ?Sachie juga mau sih kalau modelannya macam Bayu hihi..
Dukung terus sachie ya...
Bye byee..💖💖💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments