《 DISCLAIMER 》
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hasil dari imajinasi Author .Jika ada kesamaan nama tokoh ,tempat kejadian ataupun cerita ,itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan .
*
*
*
Nafas Karina memburu, matanya terpaku melihat zombie yang hampir saja mengigitnya sudah terbaring kaku dengan pisau menancap di kepala.
"Sayang, apa kamu tidak apa-apa?" Tanya Budianto. Pria itu buru-buru mengambil pisaunya kembali dan menghampiri sang istri yang masih diam tak bergeming.
"Sayang,"
"Ah mas, aa-aaku_"
"Stt jangan bicara dulu, sekarang kita harys cepat menyusul yang lainnya." Ucap Budianto memotong ucapan istrinya. Lalu pria itu membantu sang istri untuk berdiri.
"Ayo sayang."
"Iya mas."
Dengan degub jantung yang masih berdetak sangat kencang, Budianto dan Karina bergegas pergi menyusul yang lainnya.
"Mas, aku khawatir dengan anak kita."
"Jangan khawatir sayang, di sana ada Bayu, aku yakin dia akan menjaga semuanya." Jawab Budianto. Mereka terus berlari mencari keberadaan Bayu dan yang lainnya. Lalu saat mereka berbelok, tubuh seketika terdiam . Melihat anaknya dan Ara bersama seorang pria asing sementara Bayu, Jihan Mega berada di sebrangnya.
"Sayang, anak kita."
Tanpa babibu, Budianto berlari ke arah anaknya dan.
Buagh!
Satu tendangan keras di layangkan kapten tentara itu. Membuat Malik yang tak tahu akan ada serangan, terlempar sangat jauh dan langsung jatuh pingsan.
"Akhh!" Erang Ara saat gigitan dari Malik terlepas.
"Ara!" Bayu, Jihan dan Mega yang melihat kejadian itu sontak kaget. Lalu Bayu langsung berlari menghampiri adiknya. Dan Karina berlari menghampiri anaknya yang terkulai lemas.
"Rini, maafkan Ibu nak." Ucap Karina. Wanita itu menciumi wajah sang anak.
"Hiks... hiks... ibu, aku takut."
"Jangan khawatir sayang, ibu dan ayahmu ada disini."
"Pak, bagaimana ini?" Ucap Bayu pada Budianto. Dia menatap adiknya yang tengah kesakitan memegangi lehernya.
"Kita harus obati dulu lukanya, hmm ikut aku." Ajak Budianto.
Mereka semua berjalan mengikuti Budianto, pria tentara itu mengawasi sekitar lalu menyuruh semuanya untuk masuk ke dalam toko pakaian.
"Bayu, cepat baringkan. Dan Jihan, tolong periksa Ara." Perintah Budianto. Jihan mengangguk, lalu memeriksa tubuh adik dari Bayu itu. Suhu tubuh gadis itu mendadak tinggi. Lalu Jihan segera mengambil obat antibiotik dan penurun panas.
"Bagaimana?" Tanya Budianto setelah melihat jika dokter itu sudah selesai memeriksa tubuh Ara.
"Aku sudah memberikan anti biotik, dan penurun panas. Aku harap dia akan baik-baik saja." Jawab Jihan.
Budianto mengangguk, ketua tentara itu mengangguk, lalu meronggoh saku celannya untuk mengambil walkie talkie nya.
"Argh sial!" Umpat Budianto .
"Kenapa pak?" Tanya Mega penasaran.
"Aku ingin melapor ke pengungsian 3, tapi ini malah rusak." Jawab Budianto.
"Jadi kita harus bagaimana? Kondisi Ara tidak memungkinkan untuk kita kembali melanjutkan perlajanan.
"Kak Bayu." Gumaman lirih dari Ara membuat semua orang langsung menoleh padanya.
"Apa ada yang sakit? Cepat beritahu kakak dek." Ucap Bayu dengan raut wajah khawatir.
Ara terkekeh pelan, lalu menggeleng.
"Jangan tertawa dek, kamu membuat kakak khawatir tadi." Ucap Bayu mendengus kesal.
Semua orang yang melihat Ara sudah siuman langsung bernafas lega, Jihan pun dengan segera memeriksa keadaan gadis itu.
"Bagaimana?" Tanya Bayu .
Mega, Budianto dan Karina menatap cemas pada Jihan.
"Ara_" Ucap Jihan menggantungkan ucapannya.
"Cepat katakan Jihan!" Seru Bayu kesal.
"Aku belum tahu pasti, tapi kemungkinannya Ara bisa saja tertular karena gigitan itu."
Jawaban dari Jihan, membuat Bayu dan yang lainnya seketika terdiam. sementara Ara, gadis itu tersenyum kecut menatap kakaknya.
"Tidak apa-apa kak, kalian bisa meninggalkan ku disini." Ucap Ara tiba-tiba.
Ara tersenyum lemah, lalu perlahan bangun dan berjalan tertatih-tatih menjauhi Bayu dan yang lainnya.
"Apa yang kamu katakan hah! ucapkan sekali lagi!" Bentak Bayu. Pria itu menatap adiknya yang sekarang sudah duduk di pojok toko.
"Iya Ara, kita belum tahu apa kamu benar tertular atau tidak." sambung Jihan berjalan mendekati gadis itu.
"MENJAUH DARI KU!" Teriak Ara sekuat tenaga.
Entah dari mana kekuatan itu berasal, tapi Ara tidak mau ada orang yang tertular virus darinya. Gadis itu menatap marah pada semuanya, matanya memerah menahan tangis. Tubuh gadis itu bergetar ketakutan.
"TAPI AKU TIDAK BISA JAUH DARI MU! ARA!" Balas Bayu meneriaki adiknya.
Suasana mendadak tegang, pertengkaran adik kakak itu membuat keadaan semakin tak karuan , mereka tidak tahu harus melakukan apa. Karena, kemungkinan 85% adik Bayu itu benar-benar positif virus, dan kapan saja berubah menjadi zombie. Tapi, mereka juga tak tega meninggalkan gadis malang itu sendirian. Terutama Bayu, pria itu kemungkinan lebih memilih tetap bersama adiknya ketimbang pergi meninggalkan sang adik.
"Ara tunggu dulu, kita bisa bicarakan ini baik - baik kan?" Ucap Jihan yang di angguki Mega.
"Aku mohon dek, kita bisa cari solusinya." Bujuk Bayu, lalu perlahan berjalan pelan menghampiri adiknya.
"MENJAUH DARI KU! ATAU AKU AKAN MENANCAPKAN PISAU INI DI LEHERKU!" Teriak Ara pada Bayu.
Deg!
"Jangan Ara, please Ara, turunkan pisaunya ya!" bujuk Bayu, pria itu sontak bergerak mundur karena takut adiknya nekat melakukannya.
Budianto yang melihatnya, langsung mengumpat pelan, dia tidak sadar jika pisau yang ia bawa tadi sudah berada di tangan Ara.
"Ara, letak kan pisaunya sekarang ok, kita akan mencari cara supaya kamu tidak menularkan virus itu pada kami." Bujuk Budianto. Budianto yang melihat ada kesempatan. Berjalan pelan menghampiri Ara lewat samping. Sementara Ara, tidak tidak sadar jika Budianto sudah berada di sampingnya.
Bayu, Jihan, Mega dan Karina menahan nafasnya saat melihat Budianto sudah berada di samping Ara.
"AKU BILANG JANGAN MENDEKAT!" Teriak Ara. Gadis itu perlahan menekankan pisaunya ke lehernya. Luka gigitan dari Malik pun perlahan kembali berdarah karena gadis itu menambahkan luka lagi di lehernya.
"Sayang, Ara stop! Please dek!" Seru Bayu. Dia menatap ke arah Ara, lebih tepatnya ke Budianto yang ada di samping adiknya.
"PAK SEKARANG!" Teriaknya.
Teriakan dari Bayu membuat Ara kaget sekaligus bingung, tapi kemudian pisau yang ada di tangannya terlempar ke arah lain. Dengan tubuh yang sudah berada di dalam pelukan sang kakak.
Grep!
"LEPASKAN! LEPASKAN AKU KAK! ARGHH LEPASKAN! HIKS... HIKSS.. HIKS..." Teriak Ara.
Gadis itu memberontak, sambil menangis histeris memukuli dada bidang kakaknya. Ara tidak mau jika sang kakak tertular virus darinya karena memeluknya erat. Sementara Bayu, dia semakin memeluk erat tubuh ringkih adiknya.
Jihan dan Mega bernafas lega menatap keduanya, begitu pula dengan Budianto. Pria itu langsung mengambil pisaunya dan berjalan menghampiri istri dan anaknya yang tengah menangis karena takut melihat pertengkaran antara kakak beradik itu.
"Kamu berhasil mas,"
"Terima kasih."
*
*
*
Hai sobat sachie...
Episode kali ini cukup menegangkan bukan?haha
Gimana perasaan kalian kalau jadi Ara?Sedih?Bingung?Frustasi?
Haha jika mau tau kelanjutannya terus ikuti Jakarta is in danger ya ...
Love seuniverse 💖💖💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments