《 DISCLAIMER 》
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hasil dari imajinasi Author .Jika ada kesamaan nama tokoh ,tempat kejadian ataupun cerita ,itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan .
*
*
*
Hujan deras mengguyur ibukota Jakarta. Bangunan-bangun yang terbakar, akhirnya bisa padam oleh air hujan, asap tebal pun langsung menyeruak begitu api itu padam. Sementara di dalam toko, Bayu dan yang lainnya tengah berkumpul mendiskusikan apa yang akan mereka lalukan setelahnya.
"Pak, kita akan kemana setelah ini? Tidak mungkin bukan jika harus tetap disini?" Tanya Bayu.
"Kamu benar, kita akan pergi ke pengungsian 3 yang jaraknya lumayan jauh dari sini." Jawabnya.
"Hm apa disana juga aman pak? Jujur saja aku trauma sejak kejadian di gedung pengungsian 2." Tutur Mega.
"Jangan khawatir, aku pastikan disana aman. Setelah hujan reda. Kita langsung berangkat!" Semua orang mengangguk, lalu kembali mengistirahatkan tubuhnya sembari menunggu hujan reda.
30 menit kemudian.
"Pak, hujannya sudah reda." Seru Bayu.
"Baiklah, kemasi barang-barang. Sekarang juga kita berangkat!" Budianto menyuruh sang istri untuk membangunkan anaknya. Lalu dia bergegas mengemasi beberapa barang yang sekitaranya nanti bisa berguna.
"Semua sudah siap?"
"Siap pak!"
Dengan pelan, Budianto membuka pintu toko. Lalu matanya melihat ke segala arah mengawasi jika ada zombie yang berkeliaran.
"Aman, ayo ikuti aku!" Ucapnya.
6 orang itu, perlahan berjalan nyaris tanpa suara. Budianto berada di depan memimpin. Sementara Bayu, pria itu ada di barisan paling akhir. Takut jika ada zombie yang menyerang dari belakang.
Bau khas dari tanah yang terguyur hujan tercium di hidung mereka. Rini yang berada di dalam gendongan ibunya, menatap ngeri pemandangan yang ada di depannya. Banyak zombie yang mati karena ulah mereka sendiri. Jalanan aspal yang basah, dan lubang di jalan membuat air hujan mengenang. Tidak terasa, sudah 1 jam mereka berjalan. Rasa haus karena lama berjalan membuat mereka berhenti sejenak.
"Kak, Ara lelah." Ucap Ara pada Bayu.
"Sebentar lagi sampai dek," jawab Bayu pada adiknya, dia menatap sang adik yang sudah berkeringat karena berjalan sangat jauh.
"Huh dari tadi kakak bilang sebentar lagi, sebentar lagi terus!" Kesal Ara.
"Haha semangat kak Ara, aku saja tidak lelah." Ucap Rini pada Ara.
"Huh tapi Rini kan di gendong ibumu." Jawab Ara mengerucutkan bibirnya kesal.
Rini tertawa kecil mendengar ucapan Ara, lalu meminta pada ibunya untuk menurunkannya.
"Ayo kak semangat!" Rini berjalan kecik menghampiri Ara dan mengenggam tangannya.
"Ah manis banget!" Ucap Mega menatap Rini dan Ara yang bergandeng tangan.
"Apa nya yang manis?" Tanya Jihan .
"Huh! kamu tidak akan mengerti!" Ucap Mega, lalu perempuan itu berlari kecil menghampiri Rini dan Ara.
"Ehh?"
"Sudahlah, kamu denganku saja." Ucap Bayu langsung merangkul bahu Jihan, membuat dokter itu tersipu malu.
Budianto dan Karina juga mengeratkan genggaman tangannya melihat kebersamaan mereka yang hangat meskipun dalam keadaan seperti ini.
Brak!
Sebuah mobil tiba-tiba datang entah dari mana, hampir menabrak Ara dan Rini, membuat semua orang kaget, lalu berlari menghampirinya mereka.
"Ara apa kamu tidak apa-apa?" "Rini sayang."
Bayu dan Budianto langsung mengecek keadaan Ara dan Rini .Untunglah mereka tidak apa-apa.
"Jihan, apa kamu bisa mengecek mereka kembali? aku akan memeriksa keadaan si pengemudi." Ucap Budianto pada Jihan.
Jihan mengangguk, dan Budianto berlari menghampiri mobil yang hampir saja menabrak anaknya.
tok .. tok
Budianto mengetuk pelan pintu kaca mobil, dia mengelap debu di kaca dan melihat seorang laki-laki tengah menatap tajam ke arahnya, membuat Budianto kaget karena bisa di pastikan pria itu sudah menjadi zombie.
"SIAL! CEPAT LARI DARI SINI!" Teriak Budianto.
Bayu yang mendengar teriakan panik dari Budianto sontak kaget lalu mengajak adiknya berlari, di ikuti Mega dan jihan. Sedangkan Karina dan Rini, mereka masih diam di tempat karena menunggu Budianto.
Prang!
Zombie laki-laki yang berada di dalam mobil itu memecahkan kaca mobil, lalu secara tiba-tiba menyerang Budianto dengan beringas.
Bruk!
"Ayah!" "Mas Budi!" Teriak Rini dan Karina berbarengan.
"APA YANG KALIAN LAKUKAN! CEPAT PERGI DARI SINI!" Teriak Budianto pada istri dan anaknya.
"TIDAK! TIDAK MAU! TUNGGU AKU! AKU AKAN MEMBANTUMU!" Teriak Karina.
lalu menyuruh anaknya untuk pergi mengikuti Bayu dan yang lainnya.
"Tidak mau, aku tidak mau hiks..." Ucap Rini terisak pelan menatap ibunya.
"IBU BILANG PERGI SEKARANG!" Bentak Karina, membuat sang anak terperanjat kaget dan berlari mengikuti Bayu dan yang lainnya.
"Sial! apa yang kamu lakukan!" Desis Budianto yang melihat istrinya sudah berada di belakang si zombie dengan pemukul bisbol di tangannya.
Bugh!
Satu pukulan keras di layangkan Karina ke kepala si zombie, yang membuat si zombie berteriak kesakitan, lalu berbalik menyerang Karina.
"Akhh!" "Karina!"
Dengan cepat Budianto bangkit, lalu menusukan pisau yang ia bawa ke kepala si zombie.
****
Sementara di sisi lain, Bayu dan lainnya tengah berlari kencang menjauhi tempat yang tadi, nafas mereka memburu. Sesekali Ara mengatur nafasnya karena lelah, lalu berlari sekuat tenaga mencoba sejajar dengan Jihan yang menggendong Rini.
Bruk!
Tiba-tiba, seseorang menabrak mereka berdua membuat Ara dan Rini terlempar jauh dari rombongannya, sementara Jihan dia terjatuh ke depan dengan lutut menyentuh aspal.
"Kak Ara ahkk!" Rini menatap Ara yang sedang kesakitan memegang matanya.
"Rini!" Ara dengan sekuat tenaga bangkit menghampiri anak itu dan langsung memeluknya.
Bayu, Jihan dan Mega yang melihatnya sontak berlari ke arah mereka, tapi seseorang pria menghalangi jalan, membuat mereka berhenti berlari dan menatap si pria dengan tatapan tajam.
"Kita bertemu lagi." Ucap Malik pada Jihan. Pria itu tersenyum menyerigai membuat Jihan, Bayu dan Mega ingin sekali menonjok wajah jelek pria itu.
"Malik." Gumam Jihan membuat Mega menatap nya.
"Ah, ternyata kamu masih mengingatku ya?" Ucap Malik terkekeh.
Pria itu kemudian berjalan pelan menghampiri Ara dan Rini yang tengah menatapnya dirinya dengan sorot mata ketakutan.
"Halo gadis kecil, maaf ya karena aku menabrakmu tadi." Ucap Malik.
"Menyingkir!" Bentak Ara, dia semakin mengeratkan pelukannya pada Rini. Sebenarnya dia sangat ketakutan, tapi dia harus kuat untuk sekarang.
"Jangan dekati adikku!" Seru Bayu membuat Malik menoleh padanya.
Malik memiringkan kepalanya menatap Bayu, lalu tersenyum, tanpa babibu pria itu mengigit leher Ara dan membekap mulut Rini dengan tangan yang penuh darah.
"Akhh!" "Hmppp!"
"Araaa" "Rini"
Rasa sakit di lehernya membuat Ara menitikkan air matanya. Gesekan gigi Malik dengan kulit lehernya terasa sangat ngilu di telinga. Bahkan ia tidak sanggup untuk berteriak Gadis itu menatap sang kakak yang juga tengah menatap nya dengan sorot mata khawatir sekaligus marah. Sementara Rini, wajah anak itu membiru, hampir kehabisan nafas. Suasana mendadak tegang. Bayu ingin sekali membantu adiknya. Tapi dia harus hati-hati karena jika ia salah langkah, maka nyawa adiknya dan Rini bisa dalam bahaya.
*
*
*
Hai sobat sachie..
Dan gimana nasibnya Ara?jawabannya ada di next episode ..
Love seuniverse💖💖💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments