《 DISCLAIMER 》
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hasil dari imajinasi Author .Jika ada kesamaan nama tokoh ,tempat kejadian ataupun cerita ,itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan .
*
*
*
Lalu lintas di ibukota Jakarta, pagi itu sangatlah ramai. Banyak warga hilir mudik di trotoar jalan, para pedagang di pinggir jalan yang tengah sibuk melayani pembeli, bahkan ada pertengkaran antara anak SMA yang ketahuan selingkuh oleh pacarnya. Semua terlihat baik-baik saja, mereka belum tahu jika ada hal besar yang akan terjadi sebentar lagi.
Drdtt.. drdtt..
Suara notif dari hp para warga bersamaan berbunyi. Mereka sontak membuka notif itu dan kaget melihat tulisan di layar hp mereka masing-masing.
Awalnya, mereka mengabaikan pesan itu, karena berpikir itu hanya hoak belaka. Tapi, saat mereka melihat seorang murid berseragam SMA JAKARTA 01 berlari kencang ke arah salah satu warga, membuat semua mata yang melihat kejadian selanjutnya tertegun kaget. Dan berlarian berusaha menyelamatkan diri.
Suara erangan kesakitan dari si murid membuat semua orang yang mendengarnya sontak menutup telinga karena terlalu mengerikan. Sementara warga yang tadi di serang oleh murid itu mendadak kejang dengan urat-urat di lehernya menonjol. Lalu berlari kencang menyerang warga lainnya. Kepanikan terlihat sangat jelas di wajah para warga. Mereka seolah berada dalam film yang sering mereka tonton.
Sementara di sekolah JAKARTA 01, semua murid berhamburan keluar dari gedung berusaha melarikan diri. Suara teriakan ketakutan, raungan kesakitan membuat keadaan di sekolah itu semakin kacau bahkan sangat mengerikan.
Sementara di perpustakaan, Ara yang belum mengetahui keadaan di luar yang sekarang berubah menjadi mengerikan, menatap bosan tumpukan-tumpukan buku di rak pespus. Jena, seorang guru penjaga perputakaan menggelengkan kepalanya pelan. Lalu membuka laci di meja dan mengeluarkan beberapa cemilan.
"Ara sini." Panggilnya. Ara menoleh, lalu berjalan pelan menghampiri gurunya. Dia bertanya pada gurunya lewat gestur gerakan yang di jawab Jena untuk duduk bersama guru itu.
"Makanlah, aku tahu kamu pasti bosan." Ucapnya.
Mata Ara berbinar, dia menatap gurunya sambil mengacungkan jempolnya.
"Haha, makan yang banyak." Ara mengangguk,lalu mengambil salah satu cemilan dan memakannya.
Drtdd.. drtdd
Suara notif dari hp Jena membuat guru itu berhenti mencatat di bukunya. Lalu mengambil hp dan.
Deg!
Tubuh guru itu tak bergeming, membuat Ara yang melihatnya heran dengan reaksi berlebihan dari sang guru.
"Ara sekolah kita.." Tanpa melanjutkan ucapannya, Jena berlari cepat ke arah pintu perpus dan menguncinya.
Karena penasaran, Ara mengambil hp gurunya yang tergeletak begitu saja di meja.
Deg!
"Bu." Panggil lirih Ara, nafas gadis itu tercekat. Tidak tahu harus mengatakan apa.
Jena yang menebak jika muridnya itu telah membaca isi pesan tersebut, berlari menghampiri Ara, lalu memeluk erat tubuhnya yang bergetar ketakutan.
Sementara di tempat kerja Bayu, pria itu tengah sibuk melayani pembeli yang datang semakin banyak.
Entalah, dia merasa aneh kenapa banyak sekali pembeli hari ini, tapi itu tidak membuatnya lelah, dengan semangat Bayu melayani semua pembelinya.
" PERINGATAN! TELAH TERJADI SERANGAN VIRUS DI SEKOLAH SMA JAKARTA 01 DAN MENYEBABKAN BANYAK KORBAN BERJATUHAN .DI MOHON UNTUK SEMUA WARGA YANG DEKAT DENGAN SEKOLAH UNTUK JANGAN PERGI KELUAR RUMAH .SAYA UCAPKAN KEMBALI JANGAN ADA SATU PUN ORANG YANG KELUAR DARI RUMAH SEBELUM PIHAK PEMERINTAH MENGIZINKANNYA!"
Bayu yang tengah sibuk menghitung belanjaan pembelinya sontak mengalihkan matanya pada layar televisi yang berada tepat di atas kepalanya. Dia melihat dengan jelas video amatir dari seorang siswa yang memperlihatkan semua murid di sekolah itu kejang-kejang dengan urat di leher bertonjolan lalu menyerang si perekam kamera.
Drtddd... drtdd... drtddd
Seketika bunyi peringatan dari hp semua orang berbunyi, memecahkan keheningan yang baru saja terjadi. Semua orang langsung panik dan berhamburan keluar tok untuk menyelamatkan diri mereka.
Degub jantung pria itu berdetak sangat kencang, lalu berlari cepat mengambil makanan, air dan beberapa barang yang sekiranya nanti dia butuhkan.
".Maafkan aku." Ucap Bayu sambil berlari meninggalkan toko.
****
Kembali di rumah sakit, di ruang cctv Jihan, Mega dan Ningsih tengah menyantap mie instan dengan lahap.
"Jadi, apa yang harus kita lakukan?" Tanya Mega sembari menyeruput kuah mie.
Jihan menoleh, lalu terdiam sejenak sambil berpikir bagaimana cara mereka keluar dari gedung rumah sakit ini.
"Kita harus keluar dari sini? jika kita terus disini, mungkin kita akan lebih cepat berubah sepertj mereka, hm seperti zombie mungkin." Tutur Jihan.
Ningsih dan Mega menatap Jihan silih berganti, sejenak mereka bertiga melihat sisa makanan dan air yang ada di ruangan cctv.
" Huem kamu benar, tapi bagaimana cara kita keluar?" Tanya Mega sembari membereskan sampah makanannya.
Ningsih mengangguk pelan setuju, dia juga khawatir dengan adiknya yang berada di sekolah. Ningsih berharap adiknya yang diaa sayangi itu selamat.
Jihan berpikir sejenak, perempuan itu langsung berdiri dan mengobrak-abrik laci meja yang ada di ruang cctv, bibirnya pun tersenyum melihat sebuah pistol di dalam laci.
Jihan kembali menatap ke sekitar, lalu mengumpulkan beberapa barang yang bermanfaat nantinya.
"Jadi hanya ini?" Tanya Mega.
Terdapat 2 tas ransel ,pematik api,pistol ,1 pacs masker ,tongkat bisbol, P3K ,3 botol air dan beberapa roti dan cemilan ringan.
Jihan yang mendengar ucapan itu menatap Mega dengan malas, lalu dengan keras menepuk pundak rekan kerjanya sembari tersenyum manis.
plak!
"Akh apa yang kamu lakukan!" Ucap Mega kesal, perempuan itu mengusap pelan pundaknya yang perih akibat tamparan dari Jihan.
"Kamu bilang hanya ini? Ini sudah lebih dari cukup Mega." Desis Jihan menatap Mega tajam.
Ningsih pun mengangguk, setuju dengan ucapan sang dokter. Lalu mereka bertiga segera memasukkan barang - barangnya ke dalam tas ransel.
Setelah selesai, Jihan menatap Mega dan Ningsih secara bergantian ,tas ransel yang berada di gendongannya dia pegang erat. Mega dan Ningsih mengangguk pada Jihan, menyuruh perempuan itu membuka pintu dengan pelan.
Clek!
Pintu terbuka, membuat Ningsih memejamkan matanya, tiga perempuan itu perlahan membuka lebar-lebar pintu, lalu menatap ke sekitar melihat pemandangan yang mengerikan.
"Woah! sungguh mengerikan!" Gumam Mega ngeri .
Ningsih mengangguk setuju, dia melihat semua orang yang berada di rumah sakit mati seketika. Bahkan ada yang matanya sampai keluar karena di cabut paksa oleh dirinya sendiri.
Jihan menepuk pelan pundak Ningsih, menyuruh perempuan itu untuk jangan melihat pemandangan mengerikan di depan mereka.
"Kita harus cepat keluar dari sini!" Ucap Jihan pelan.
Mereka akhirnya pergi sambil berjalan pelan nyaris tanpa suara melewati beberapa mayat yang tergeletak di sepanjang koridor rumah sakit.
"Apa kita tidak bisa cepat?" Bisik Mega saat ia melewati kantin rumah sakit.
Dia berigidik ngeri melihat ibu kantin membenamkan kepalanya sendiri ke dalam kuah baso yang masih mendidih.
"Jangan gegabah Mega, kita tidak tahu keadaan di sekitar." Bisik Jihan pada Mega.
Setelah perjalanan yang sangat menegangkan , akhirnya mereka berhasil keluar dari gedung rumah sakit dengan selamat. Dan saat mereka berhasil keluar, lagi - lagi mereka di sambut dengan pemandangan yang sangat mengerikan. Puluhan mayat yang berserakan membuat Ningsih tidak tahan dan langsung memuntahkan isi perutnya.
"Huekk... huekk.. uhukkh maafkan aku." Ucap Ningsih memuntahkan isi perutnya.
"Ugh menjijikan!" Ketus Mega kesal.
Jihan menatap tajam Mega, lalu menepuk - nepuk pelan tekuk Ningsihm Dia tahu jika pemandangan yang ada di depannya itu sungguh mengerikan. Untung saja dia sudah terbiasa dengan darah jadi tidak begitu mual saat melihatnya.
Mega yang di tatap tajam oleh Jihan mendengus kesal. Setelah Ningsih sudah merasa lebih baik, mereka bertiga mencari tempat yang sekiranya aman untuk mereka tempati.
Tanpa mereka sadari seorang pria menatap mereka dengan tajam. Tangannya mengepal erat, lalu si pria menusukkan jarum suntik pada lehernya sendiri, membuat pria itu seketika kejang.
"Hahahahaha!" Tawa pria misterius itu menggelegar memecahkan keheningan.
*****
Sementara Bayu, dia masih sibuk mencari kendaraan yang mau mengantarkannya ke sekolah tempat adiknya.
"Sial! bagaimana caraku bisa sampai ke sekolah Ara!" Kesalnya.
Bayu mengedarkan matanya melihat ke sekitar, banyak orang yang berlarian menyelamatkan diri. Kecelakaan lalu lintas di mana-mana membuat pria itu meringis ngeri melihatnya. Saat sedang fokus mengamati keadaan, matanya memicing melihat seorang anak SMA berseragam sama dengan adiknya berlari ke arahnya.
Dia tersenyum, lalu berlari menghampiri si murid,namun belum sempat dia bertanya, murid itu malah menabrakan dirinya ke mobil yang sedang berhenti di depannya, membuat si pengemudi marah karena darah dari si murid itu mengenai wajahnya.
"AKH SIAL APA KAMU GILA?!" Teriak si pengemudi marah.
Si pengemudi langsung keluar dari mobilnya, lalu berjalan cepat menghampiri anak SMA itu, dan saat si pengemudi ingin melihat keadaan si murid SMA, dia sontak mundur melihat si murid yang sudah tewas mengerikan dengan perut yang berlubang karena tertancap besi yang berada dekat mobilnya.
Tes...tes..tes
Tetesan darah keluar dari hidung si pengemudi membuat nya panik, lalu kejang-kejang, dan.
Dor!
*
*
*
**Hai sobat sachie...
Gimana kabarnya?
Masih berani baca cerita ini?haha buat yang masih berani fiks kalian hebat hihi.
Nantikan episode selanjutnya ya ...
Terus dukung sachie sampe bisa tamatin ini cerita**...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Coco
makin seru, semoga Bayu baik baik saja
2023-03-06
0