H-4

《 DISCLAIMER 》

Cerita ini hanya fiktif belaka dan hasil dari imajinasi Author .Jika ada kesamaan nama tokoh ,tempat kejadian ataupun cerita ,itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan .

*

*

*

Sepanjang perjalanan mencari tempat yang aman untuk mereka bertiga, Jihan, Mega dan Ningsih di buat terkejut dengan puluhan zombie berkeliran di sepanjang jalan. Membuat tiga perempuan itu harus memutar otaknya agar tidak ketahuan oleh para zombie-zombie.

"Jihan, sepertinya di sana aman." Bisik Mega menunjukkan jarinya ke arah toko hewan yang tidak jauh dari mereka. Jihan menoleh, lalu mengangguk setuju. Tiga perempuan itu kembali berjalan pelan nyaris tak bersuara masuk ke dalam toko.

"Argh akhirnya! Aku bisa lega sekarang.

Tadi sungguh menegangkan bukan?" Tanya Mega yang langsung duduk di salah satu kursi yang ada di dalam toko.

"Mba Mega benar, tadi hampir saja aku berteriak kencang saat beberapa kali kita hampir ketahuan." Jawab Ningsih berigidik ngeri.

"Sudah, yang penting kita sudah berhasil keluar dari rumah sakit, dan tak ketahuan oleh satu pun zombie. Lebih baik sekarang kita istirahat mengisi kembali energi kita. Karena perjalanan kita masih sangat jauh" Tutur Jihan. Lalu berjalan ke pintu menguncinya dan memindahhkan beberapa barang untuk mengganjal pintu.

"Iya kamu benar, aku juga sangat lelah." Mega perlahan merebahkan tubuhnya di lantai ubin toko tak peduli jika bajunya nanti kotor. Di ikuti Ningsih yang juga kelelahan. Sementara Jihan, dia tengah sibuk menutupi semua jendela dengan kain yang kebetulan sudah ada di dalam toko.

Brak... brak... brak!

Ketukan pintu kencang membuat Jihan terperanjat kaget. Dia menoleh ke arah pintu, lalu beralih menatap Mega dan Jihan yang sudah terduduk menatap pintu was-was.

Mega menatap Jihan, lalu menyuruh perempuan itu mengeceknya. Jihan dengan terpaksa mengikuti permintaan dari Mega. Dia berjalan pelan ke arah pintu dan mengintipnya di lubang pintu, alih-alih di jendela.

"Bagaimana?" Tanya Mega. Jihan menggeleng, dia tidak menemukan seorang pun di depan toko. Perempuan itu berbalik, tapi tiba-tiba suara gesekan benda terdengar di depan pintu toko. Membuat Jihan menelan ludahnya kasar. Lalu mengintip di jendela dan matanya terpaku melihat seorang pria mangais-ngais aspal secara bruntal membuat kuku tangan pria itu berdarah.

"Kenapa?" Tanya Mega. Jihan menoleh cepat sambil meletakkan telunjuknya di bibir. Mega dan Ningsih menggangguk mengerti. Suasana di dalam toko mendadak tegang. Jihan berjalan pelan bertelanjang kaki melepaskan sepatunya takut terdengar oleh si pria di depan toko.

"Ada apa?" Bisik Mega pelan. Dia menatap Jihan dengan raut wajah penasaran sekaligus takut.

"Ada orang di depan toko, aku tidak tahu apa orang itu sudah terinfeksi atau belum. Tapi perilakunya sangat aneh" Jawab Jihan berbisik.

Mendengar itu, Mega dan Ningsih sontak kaget. Lalu menutup mulutnya takut jika suara nafas mereka juga terdengar oleh si pria. Padahal jaraknya lumayan jauh. Tapi 3 orang itu masih trauma saat melihat kejadian mengerikan di rumah sakit tadi.

Beberapa menit kemudian, suara-suara itu tidak terdengar lagi. Sekarang giliran Mega untuk mengeceknya, dia berjalan dan mengintip di balik jendela. Lalu menoleh pada Jihan dan Ningsih dengan raut wajah lega.

"Sudah aman." Ucapnya. Lalu berjalan menghampiri Jihan dan Ningsih.

Kruyuk!

Bunyi perut yang tengah kelaparan membuat Jihan dan Mega menatap ke arah Ningsih.

"Hehe maaf, aku lapar." Ucapnya. Mega dan Jihan tertawa kecil menatap Ningsih. Lalu jihan mencari sesuatu di dalam toko yang dia tempati.

"Sebentar, siapa tahu ada makanan disini." Ucap Jihan. Perempuan itu membuka laci meja dan melihat ada 3 bungkus pop mie dan roti coklat 2 bungkus.

"Lihat, aku dapat apa!" Serunya.

Mega menoleh, lalu tersenyum dan bergegas memasak air di kompor yang kebetulan sudah ada di dalam toko.

10 menit kemudian, mereka bertiga tengah menyantap pop mie nya dengan lahap. Sesekali Mega menyeruput kuah mienya, sama halnya dengan Mega, Ningsih dan Jihan juga melakukan hal yang sama.

"Ahk kenyang juga." Seru Mega. Dia menoleh pada Jihan yang masih memakan pop mie nya.

"Jadi, apa yang akan kita lakukan setelah ini?" Tanyanya. Jihan dan Ningsih menoleh pada perempuan itu.

"Tentu saja kita akan mencari tempat pengungsian." Jawab Jihan, lalu membawa bekas pop mie ke tong sampah.

"Dimana?"

"Aku juga tidak tahu, tapi kita harus mencari tempat aman selain disini, karena jika tetap disini , kemungkinan akan banyak zombie yang berdatangan." Jawab Jihan lalu duduk kembali di samping Mega.

"Benar yang di katakan dokter Jihan." Sambung Ningsih.

Mega pun mengangguk pelan, lalu mereka merebahkan tubuhnya di lantai ubin karena merasa kekenyangan.

"Aku harap masih ada orang yang selamat seperti kita." Celetuk Mega.

"Aku juga berharap." Jawab Jihan yang di angguki Ningsih. Hati dan pikiran tiga perempuan itu merasa lelah. Di tambah bala bantuan juga tidak terlihat sepanjang mereka tadi berjalan. Pemerintah juga belum memberikan intruksi apa yang harus di lakukan setelah pengumuman tadi.

"Apa kalian sudah siap?" Tanya Jihan tiba-tiba. Tak terasa sudah 20 menit berlalu sejak mereka menghabiskan makanannya.

"Sebenarnya aku belum siap, tapi jika kita tetap disini , sama saja kita bunuh diri." Jawab Ningsih.

"Benar, kita harus pergi secepat mungkin. Ayo!" Sambung Mega.

3 perempuan itu, bergegas mengemasi barang-barangnya. Lalu Jihan, mengintip dari jendela mengamati keadaan. Matanya sangat teliti mengawasi takut ada zombie yang berkeliaran.

"Aman, tidak ada satu pun zombie." Setelah memastikan jika di luar toko tak ada satu pun zombie. Jihan membuka perlahan pintu toko, dia berjalan pelan keluar di ikuti Mega dan Ningsih.

"Kita harus cepat mencari tempat pengungsian!" Serunya. Mega dan Ningsih mengangguk setuju. Lalu mereka bergegas pergi menelusuri jalan yang sudah kosong melompong, hanya ada tumpukan mobil dan motor yang bertabrakan, atau mayat yang tergeletak kaku mengenaskan.

"Ugh, lama-lama makanan yang baru saja ku makan tadi keluar lagi." Ucap Ningsih menahan mulutnya mual.

"Tahan, kita harus pergi secepat mungkin." Jawab Jihan.

Sementara Mega, sedari tadi dia meringis kesakitan, lalu membuka sepatunya, dan terlihatlah luka lecet di kakinya.

"Astaga! Mega." Seru Jihan kaget.

"Pantas saja sakit, lain kali aku tidak akan membeli sepatu seperti ini lagi!" Tutur Mega dengan kesal. Dia berjalan tertatih-tatih ke troar jalan dan duduk disana untuk mengistirahatkan kakinya. Di ikuti Jihan dan Ningsih. Mereka sangat khawatir melihat luka lecet di kaki Mega. Lalu Jihan segera mengeluarkan P3K dari tasnya dan mengobati kaki Mega dengan segera.

"Huft bagaimana ini? Jika kamu berjalan bertelanjang kaki, itu pasti akan memperparah lukamu. Tapi jika memakai sepatu mu lagi, itu sama saja." Tutur Jihan bingung. Sementara, Ningsih, perempuan itu mengedarkan matanya ke segala arah. Lalu berjalan pelan menghampiri salah satu mayat.

"Maafkan aku." Ucapnya mengambil sepatu si mayat, lalu kembali pada Jihan dan Mega.

"Ini pakailah, aku mengambilnya di salah satu mayat. Semoga pas di kakimu." Ucap Ningsih memberikan sepatunya pada Mega.

"Ugh" Mega meringis ngeri saat tahu jika sepstu yang di berikan Ningsih adalah sepatu dari orang yang sudah mati. Tapi, karena tidak ada pilihan lain, perempuan itu perlahan mencoba sepatunya dan untungnya sepatu itu muat di kakinya.

"Syukurlah, apa kamu bisa berjalan?" Tanya Jihan. Mega terdiam, lalu mengangguk dan perlahan bangun. Di menepuk-nepuk pelan celananya yang kotor akibat duduk di trotoar jalan.

Setelah di rasa sudah bersih , Mega mendongkak menatap Jihan dan Ningsih dengan senyum khasnya, tapi ba-tiba dari arah belakang dua temannya itu, terlihat seorang pria yang sepertinya orang yang Jihan maksud saat sedang beristirahat berlari kencang ke arah mereka. Membuat Mega ketakutan dan berteriak pada Jihan dan Ningsih.

"JIHAN! NINGSIH! LARI!" Mendengar teriakan takut dari Mega, membuat dua perempuan itu sontak berlari kencang tanpa tahu apa yang sedang mengejar mereka.

Seorang pria yang melihat jika 3 perempuan itu berlari, membuat dia mempercepat larinya. Sementara Jihan, karena sangat penasaran apa yang mengejar mereka sontak menoleh dan matanya melotot kaget. Baju yang sama dengan pria yang dia lihat sedang mangais-ngais aspal jalan di depan toko tempat dia dan temannya tadi beristirahat.

Sekilas, Jihan seperti mengenali wajah pria itu. Dan saat dia mengingatnya kembali. Dia ingat jika pria itu, adalah rekan kerja kekasihnya di Korea.

"Sial! aku tahu siapa dia, tapi aku tidak tahu kenapa dia bisa ada di Indonesia!" Seru Jihan.

"Hah? apa maksudmu?" Jawab Mega dengan nafas memburu.

"Nanti aku ceritakan, sekarang kita harus lari!"" Ucap Jihan menoleh ke belakang, lalu matanya terbelalak karena melihat Ningsih yang berada di belakangnya terjatuh dengan raut wajah ketakutan sangat terlihat jelas di wajahnya.

Bruk!

"DOKTER TOLONG AKU!"

"NINGSIH!" Panggil Jihan. Dia berbalik arah ingin menyelamatkan Ningsih. Tapi kejadian selanjutnya membuat perempuan itu berhenti berlari dan diam terpaku.

"Akhh!" Erang Ningsih "NINGSIH!"

Jihan dan Mega yang melihat si pria mengigit kaki Ningsih terbelalak kaget.

"TIDAK NINGSIH!" Jihan yang sudah sadar akan berlari ke arah Ningsih untuk menolongnya, tapi secara spontan. Mega, mencekal tangan dokter itu dan menyeretnya pergi dari sana.

Padahal mereka membawa pistol, tapi sayangnya pistol itu ada di dalam tas ransel yang di bawa Ningsih. Membuat mereka jadi tidak bisa menyelamatkan perempuan malang itu.

"Tidak, Ningsih hiks.. kita harus menyelamatkannya hikss." Ucap Jihan terisak pelan.

"APA KAMU GILA! KAMU LIHAT APA YANG SUDAH TERJADI PADA ORANG YANG TERGIGIT HAH!" Mega berteriak pada Jihan, lalu kembali menyeretnya pergi.

" Hikss... hikss... ma-maafkan aku." Jihan menangis tersedu-sedu karena tidak bisa menyelamatkan temannya Ningsih. Sementara, Mega, perempuan itu mengigit bibirnya dengan air mata mengenang siap jatuh kapan saja.

*

*

*

Hai sobat sachie..

Gimana kabarnya?

Masih setia nunggu kelanjutan cerita ini ngak?

Hihi harus dong karena sachie ngak bakal php in kalian ngak kaya pacar atau crush kalian yang hobbynya ngeghosting upss ! Haha yang udah setia nunggu next episode dari cerita ini terima kasih bangettt .

Love seunirverse buat kalian semuaa pembaca setia sachie💖💖💖

Sampai jumpa di next episode ya...

Terpopuler

Comments

Coco

Coco

orang yang terjangkit virus langsung mati? atau jadi zombie? j

2023-03-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!