《 DISCLAIMER 》
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hasil dari imajinasi Author .Jika ada kesamaan nama tokoh ,tempat kejadian ataupun cerita ,itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan .
*
*
*
Kejadian mengerikan yang terjadi di depan mata Bayu ,membuat pria itu sangat kaget, dia masih diam mematung menatap para warga yang berubah seperti zombie. Tubuhnya tak bisa dia gerakan, nafas pria itu memburu. Lalu tiba-tiba salah satu warga yang sudah berubah seperti zombie hampir saja menyerang pria itu. Jika tak ada seorang pria tentara menyelamatkannya, mungkin Bayu sudah seperti mereka yang sudah nerubah menjadi seperti zombie.
"APA YANG KAMU LAKUKAN HAH!? KENAPA MALAH DIAM MEMATUNG TANPA MELAKUKAN SESUATU!" Seru si tentara yang menyelamatkan Bayu.
"Eh?" Bayu, pria itu terperanjat kaget, dia menoleh pada si tentara yang tengah menatapnya marah. Buru-buru dia membungkuk meminta maaf.
"Sudahlah, lebih baik kamu sekarang pergi ke pengungsian terdekat." Jawab nya.
Bayu menggeleng cepat, dia berkata jika akan pergi ke sekolah SMA JAKARTA 01 pada si tentara.
"Apa kamu bodoh! Untuka apa kamu kesana? Bukannya kamu sudah tahu jika di sekolah itu banyak zombie berkeliaran!" Bentak si tentara.
"Aku harus menjemput adikku." Ucap Bayu tegas menatap si tentara .
"Adikmu pasti sudah menjadi zombie, pergilah ke pengungsian." Jawab si tentara.
"TIDAK!" Teriak Bayu dengan lantang.
Dia tidak suka jika ada seseorang yang mengatakan jika adiknya tidak selamat , dia sangat yakin adiknya sedang menunggunya disana.
"Baiklah, tapi aku akan menemanimu mencari adikmu."
"Benarkah?" Tanya Bayu tidak percaya. Si tentara menggangguk, lalu memberikan satu pistolnya pada Bayu.
"Ambilah!"
"Terima kasih pak, aku akan membalas kebaikan bapak suatu saat nanti." Bayu terus membungkukkan tubuhnya berterima kasih pada si tentara.
"Haha sudahlah, aku hanya menjalani tugasku, namaku Budianto namamu siapa?" Ucap Budianto pada Bayu.
"Bayu pak." Ucap Bayu.
Budianto mengangguk, lalu mengajak Bayu untuk pergi segera ke sekolah SMA JAKARTA 01.
*****
Sementara orang yang di bicarakan Bayu dan Budianto, tengah terisak pelan di kursi perpustakaan. Dia ketakutan mendengar teriakan-teriakan dari temannya yang ada di luar perpustakaan. Ara menunduk, dia sangat menghawatirkan sang kakak di luar sana. Apa kakaknya selamat? Atau sudah menjadi zombie seperti teman-temannya. Memikirkannya saja membuat gadis itu kembali terisak.
"Ara, sudah jangan menangis. Ibu yakin pasti nanti akan ada bala bantuan yang menolong kita." Ucap Jena perlahan memeluk tubuh ringkih muridnya. Dia mendongkak, melihat jam di dingding sudah menunjukkan pukul 2 siang.
Guru itu terdiam sejenak, berpikir apa seharusnya dia dan Ara pergi saja sekarang dari gedung sekolah ataukah berdiam diri saja sampai bala bantuan menolong mereka.
Jena menatap Ara yang sudah tertidur pulas di dalam pelukannya. Sepertinya gadis itu kelelahan karena menangis sejak 1 jam yang lalu.
"Jangan khawatir ibu akan melindungimu." Guman Jena ikut tertidur karena lelah.
****
Sementara itu, Bayu dan Budianto melangkah pelan nyaris tanpa suara melewati beberapa zombie yang tengah menyantap salah satu warga yang belum terinfeksi. Suara teriakan kesakitan warga itu membuat Bayu menuntup telinga ngeri. Dia berjalan cepat menyusul Budianto yang sudah berjalan sedikit jauh darinya.
"Pak." Panggil Bayu pelan nyaris tak terdengar.
"Ada apa?" Budianto menoleh pada Bayu, dia menyuruh pris itu untuk tidak bersuara sangat keras takut membuat para zombie yang sedang berkumpul di belakang mereka menyadari keberadaan mereka berdua.
"Kita harus berbelok untuk pergi ke sekolah tempat adikku." Jawab Bayu. Budianto mengganguk lalu berbelok dan benar saja, gedung sekolah yang Bayu maksud ada di depan matanya. Dia melihat ke sekitar ,dan melihat ada sekitar 10 zombie berada di depan gerbang sekolah. Lalu pria tentara itu menyuruh Bayu untuk masuk lewat pintu belakang.
Mereka berdua berjalan pelan memutari sekolah, lalu memanjat pagar pembatas, dan untungnya di belakang sekolah tidak ada satupun zombie yang berkeliaran.
"Apa kamu tahu dimana letak kelas adikmu?" Tanya Budianto.
"10 A pak, letak kelasnya ada di lantai 2." Jawab Bayu.
Budianto mengangguk mengerti, lalu bergegas pergi ke lantai 2 sekolah.
"Kenapa?" Tanya Budianto heran pada Bayu saat melewati tangga menuju lantai 2.
Sementara yang di tanya, masih diam terpaku melihat kepala sekolahnya Ara tewas dengan keadaan mengenaskan. Wajah si kepala sekolah hancur karena membentur lantai marmer sekolah.
"Jangan terganggu, kita harus cepat mencari adikmu!" Ucap Budianto langsung menarik tangan Bayu menaiki tangga.
Sementara Ara, dia dan gurunya berjalan di koridor sekolah. Sesekali mereka bersembuyi saat melihat zombie menghalangi jalan mereka.
Drap.. drap... drap
Derap langkah kaki, membuat Ara dan gurunya alias Jena sontak segera bersembunyi di balik tembok. Degub jantung keduanya berdetak keras karena was-was takut jika itu seorang zombie.
"Sial bagaimana ini? mungkin adikmu tidak ada disini."
"Aku yakin adikku ada disini pak."
Budianto mengumpat pelan, karena saat mereka mencari adik Bayu di dalam kelasnya. Ternyata gadis itu tidak ada. Hanya ada beberapa zombie berkeliaran di dalam kelas itu.
Sementara Ara, dia yang mendengar suara yang mirip seperti kakaknya, berjalan perlahan keluar dari tempat persembunyiannya. Mata gadis itu terbelalak kaget. Dia berjalan cepat menghampiri kakaknya di ujung lorong.
"KAK BAYU!" Teriaknya. Bayu, yang mendengar suara adiknya menoleh dan benar saja sang adik tengah berlari ke arahnya dan.
Grep!
"Hiks... hikss.. kak Bayu, aku takut huhu kupikir kakak tidak akan menjemputku." Ara memeluk tubuh kakaknya erat. Adik Bayu itu menangis tersedu-sedu. Membuat Bayu, kakaknya langsung mengeratkan pelukannya.
Budianto tersenyum tipis, dia bersyukur karena adiknya Bayu ternyata masih hidup. Sementara Jena, tubuh guru itu mendadak tak bisa dia gerakan. Matanya menatap Bayu sangat dalam. Terlihat sorot rindu dari matanya. Lalu tersenyum kecut menghampiri Ara.
"Maafkan aku sayang, maaf karena membuatmu lama menunggu, kakak sangat khawatir padamu." Ucap Bayu dengan air mata mengenang di matanya.
"Hiks.. hiks tidak apa-apa kak, aku senang sekali kakak menjemputku, aku sangat takut kakak tidak selamat hiks." Ucap Ara pada kakaknya.
"Jangan khawatir, kakak akan selalu bersamamu." Jawab Bayu. Ara mengangguk, lalu melepaskan pelukannya, menoleh ke belakang melihat gurunya tengah menatapnya.
"Ah aku lupa, kakak harus berterima kasih pada guruku, dia yang melindungiku hingga sekarang." Ucap Ara. Bayu menatap adiknya bingung. Lalu mengikut arah pandang mata adiknya.
Deg!
Bayu tertegun, dia menatap Jena tanpa bergeming, sementara Jena, menatap pria itu dengan senyum manisnya. Senyum yang dulu Bayu sukai sekarang menjadi terasa asing bagi pria itu.
"Lama tidak berjumpa Bayu." Ucap Jena tersenyum pada Bayu.
"Eh? Bu Jena dan kak Bayu sudah saling mengenal?" Tanya Ara kebingungan. Dia menatap kakak dan gurunya silih berganti.
"Ah lama tidak berjumpa Jena." Jawab Bayu tersenyum kaku. Dia tidak menyangka jika mantan pacarnya menjadi guru di tempat adiknya bersekolah.
*
*
*
Hai sobat sachie..
Gimana seru kan? Haha pastinya dong!
Siapa disini yang kesel banget sama sifat Mega?tapi jangan dulu lihat dari pertama kali lihat nanti kalian nyesel loh .
Mau tahu kelanjutannya?like ,komen ,vote dulu ya hihi supaya sachie semangat nulisnya .
bye bye ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Coco
ku kira Ningsih yang bakal selamat ternyata salah
2023-03-06
0