《 DISCLAIMER 》
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hasil dari imajinasi Author .Jika ada kesamaan nama tokoh ,tempat kejadian ataupun cerita ,itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan .
*
*
*
Di ruangan laboratorium, Johan tengah sibuk menatap laptopnya yang memperlihatkan situasi di luar sana menggunakan dronenya, lalu berdecak kesal saat melihat begitu banyak warga yang sudah menjadi zombie.
"Pak" panggil Agung. Dia menghampiri Johan dan duduk di sampingnya.
"Setelah saya teliti, virus ini seperti kanker." Ucap Agung padanya.
"Maksudmu?"
"Begini, virus ini seperti kanker, ia menyerang perlahan tubuh inangnya, untuk jenis mutasi baru, seperti nya virus itu langsung menyerang ke bagian otak lobus frontal. Setelah virus itu masuk ke dalam otak, itu membuat inangnya berubah seperti zombie. Tapi untuk jenis virus yang pertama ,sepertinya menyerang langsung pada bagian otak prefrontal cortex ventral dan lateral. Itu membuat mereka berkeinginan untuk melalukan bunuh diri."
Suasana di dalam laboratorium pun mendadak hening, meskipun ada beberapa yang tidak mereka mengerti. Tapi jika seorang asisten dokter seperti Agung menjelaskannya dengan wajah serius, wabah virus yang melanda ibukota Jakarta sangatlah berbahaya.
"Apa anda, sudah menemukan alternatif untuk virusnya? Maksud saya. Sebelum kita mendapatkan antibody untuk virus itu." Tanya sang presiden.
"Iya pak, saya sudah tahu, kita bisa mencoba memberikan obat anti kanker untuk orang yang baru saja tergigit oleh zombie. Tapi aku belum tahu pasti, apa obat itu berfungsi untuk orang yang sudah berubah menjadi zombie. Karena untuk orang yang baru saja tergigit. Itu mungkin bisa berfungsi sebagai obat untuk memperlambat sel virus yang ada di dalam tubuhnya."
"Jadi, tunggu apalagi. Kita harus segera mencobanya. Bukankah, atasan anda sudah berubah menjadi zombie? Kenapa kita tidak menjadikannya kelinci percobaan?" Tutur Johan.
"Apa maksud anda?" ucap Agung menatap ketua PBB sedikit marah.
"Apa? Aku sudah menjelaskannya sejelas mungkin, apa anda tidak mengerti bahasa Indonesia?"
"Berhenti bertengkar, benar kata pak Johan. Kita harus menguji obat itu secepat mungkin. Dan untuk anda Agung. Maaf, karena harus menjadikan atasanmu sebagai kelinci percobaannya." Ucap pak presiden.
Agung menunduk, lalu mengangguk pelan. Dia sebenarnya tak tega jika harus menggunakan atasannya untuk ia jadikan kelinci percobaan. Tapi karena terdesak. Mau tak mau dia menyetujui.
"Baiklah, apa ada yang tidak setuju?" Tanya Johan sekali lagi. Semua orang yang berada di dalam ruangan terdiam.
"Bagus, sekarang ikuti saya." Ucap Johan pada Agung dan beberapa anggotanya.
"Dan pak presiden, tunggu saja disini." Sambungnya yang melihat pria paruh baya itu akan mengikutinya.
Johan, Agung dan beberapa tentara, pergi ke ruangan tempat atasan Agung di kurung. Sesekali, Agung meremas telapak tangannya gusar. Membuat Johan meliriknya sebentar dan kembali menatap lurus.
"Jangan khawatir, yang anda lakukan sekarang itu benar." Ucapnya.
Agung menoleh, lalu menunduk menatap ubin lantai marmer. Sekali lagi dia menghembuskan nafasnya. Lalu mendongkak menatap lurus ke depan. Bersiap untuk bertemu atasannya yang sudah menjadi zombie.
"Kita sudah sampai, lemparkan bom asap!" Perintah Johan.
Salah satu tentara langsung melemparkan bom asam ke dalam ruangan itu. Lalu perlahan asap yang tebal memenuhi ruangan itu. Para tentara langsung memakai kacamata google night visionnya. Lalu membuka pintu ruangan, dan melumpuhkan si dokter yang sudah berubah menjadi zombie.
"Buka jendela!"
"Baik pak." Salah satu tentara berlari ke arah jendela, dan membukanya. Perlahan asap kabut menghilang dan memperlihatkan si dokter yang sudah terikat di kursi dalam keadaan mengenaskan. Wajah dokter itu berubah merah, karena darah yang keluar dari pelipisnya. Membuat Agung melihatnya langsung memalingkan wajah ke tembok.
"Jika anda melihat kesana, bagaimana bisa anda memberikan obatnya." Celetuk Johan.
"Maaf." Agung dengan segera mengambil botol obat azacitidine, lalu mengambil satu jarum suntik, dan memindah obat di dalam botol ke suntikkannya. Dia berjalan perlahan menghampiri si doktee yang tengah menatapnya buas. Untung saja wajah dan mulut si dokter sudah pakaikan helm agar si dokter tak bisa memgigit semua orang yang berada di dalam ruangan.
"Maafkan aku." Ucap Agung, lalu menyuntikkan obat itu ke tangan si dokter.
"Arghh!" Erangan kesakitan tiba-tiba keluar dari mulut si dokter. Membuat Agung, Johan dan tentara lainnya yang berada di dalam ruangan sontak kaget.
Mereka bertanya-tanya kenapa si dokter malah berteriak setelah Agung menyuntikkan obat itu. Tapi perlahan, si dokter mulai tenang. Tubuhnya melemas dengan mata tertutup.
"Sepertinya itu berfungsi."
"Aku tidak tahu, kita harus menunggu 12 jam, jika ingin tahu apa obat itu berhasil atau tidak." Jawab Agung.
Johan mengangguk, lalu menyuruh dua anggotanya untuk berjaga di depan ruangan si dokter. Sedangkan dia dan Agung akan kembali ke ruang laboratorium.
Di koridor gedung, Agung menatap tangannya dalam diam. Dia terus berjalan mengikuti Johan yang ada di depannya. Hati pria itu sedikit iba melihat atasannya tadi.
"Semoga ini yang terbaik." Gumamnya.
"Cepatlah!" Seru Johan menoleh pada Agung.
"Maaf." Agung berlari mensejejarkan tubuhnya dengan ketua PBB Rusia itu. 10 menit kemudian, mereka berdua sampai di depan ruang laboratorium. Dan Johan langsung membuka pintu tanpa mengetuk, membuat Agung berseru kesal pada ketua PBB itu.
"Pak!"
"Johan, Agung. Bagaimana? apa obatnya berfungsi?"
" Kita membutuhkan waktu setidaknya 12 jam untuk mengetahui apa obat itu berfungsi atau tidak pak." Jelas Agung pada presiden.
Sang Presiden mengangguk, dan menyuruh Agung untuk beristirahat sebentar. Tapi sayangnya di tolak pria itu.
"Maaf pak, saya ingin kembali menjadi obat dari virus ini. Saya tak tega melihat banyak korban kembali berjatuhan." Tutur Agung. Dia membungkuk pada sang presiden lalu kembali ke mejanya.
"Wow, orang anda ternyata segigih itu pak presiden!" Timpal Johan.
"Ahh dia memang sangat gigih. Saya bangga padanya." Si presiden menatap Agung dalam diam. Dia tadinya sedikit khawatir dengan pria itu, tapi, sekarang melihat semangat yang membara dari tubuhnya. Membuat dia jadi lebih semangat untuk mengatasi wabah bersama-sama orang kepercayaannya.
"Baiklah, kembali bekerja. Awas terus cctv! Jika ada sesuatu mencurigakan cepat katakan padaku. Dan untuk bapak, silahkan beristirahat sebentar pak. Saya tahu anda lelah." Ucap Johan pada pak presiden.
"Tidak, saya tidak lelah. Saya akan tetap bersama kalian membantu."
"Saya tahu pak, tapi saya mohon. Tolong bekerja samalah, saya bisa lihat dengan jelas di mata anda terlihat kelelehan. Dan, kita akan selalu bersama mengatasinya. Percayakan pada orang-orang anda dan saya pak." Mendengar tuturan dari Johan. Pak presiden berpikir kembali. Lalu mengangguk menyerahkan pada orang-orang nya dan Johan. Lagipula, kepalanya sedikit pusing karena memikirkan warganya yang sudah banyak berjatuhan.
"Baiklah, aku serahkan pada kalian." Ucap pak presiden, lalu kembali duduk di kursinya, merebahkan sedikit tubuhnya yang sejak pertama virus melanda, tubuhnya selalu di buat tegang.
"Siap pak, serahkan pada kami."
*
*
*
Hai sobat sachie..
Wah wah ada apa ini kapal nya sudah mulai berlayar haha
Dan apa yang terjadi sama Ara dan Rini?apa kalian tahu? Hihi jawabannya di next episode ..
Love seuniverse💖💖💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments