H -7

《 DISCLAIMER 》

Cerita ini hanya fiktif belaka dan hasil dari imajinasi Author .Jika ada kesamaan nama tokoh ,tempat kejadian ataupun cerita ,itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan .

*

*

*

Di dalam salah satu ruangan di gedung pemerintah, semua orang yang berada disana, termasuk sang Presiden Indonesia, menatap cemas layar cctv di depannya. Untung saja sebelum virus menyerang semuanya, para tentara dengan sigap langsung mengamankan gedung pemerintah dan sang presiden.

"Pak, bagaimana ini?" Tanya ketua BNPB pada pak presiden.

"Blok semua jalan, perintahkan beberapa tentara untuk cepat mencari korban yang masih selamat." Ucapnya. Yang di angguki pangglima TNI. Lalu, pak presiden kembali melihat keadaan kotanya di balik layar cctv. Dia memejamkan mata saat melihat ada anak kecil, bahkan bayi menjadi korban.

"Saat saya tahu siapa pelakunya, akan saya pastikan menghukum mati orang itu." Ucapnya. Semua orang yang berada disana juga sangat geram dengan orang yang menyebarkan virus mematikan ini kepada warga kota Jakarta.

"Bagaimana? apa anda sudah menemukannya?" Tanya pak presiden pada seorang dokter.

Si dokter menggeleng, "Aku masih belum menemukan nama virus ini, sepertinya ini jenis virus baru." Ucapnya terlihat murung.

"Apa anda tidak bisa mempercepatnya! Anda sangat lambat!" Bentak seorang pria berseragam polisi pada si dokter.

"APA MAKSUDMU! ANDA BILANG SAYA LAMBAT? SEBELUM ANDA MENGATAKANNYA! ANDA HARUS TAHU SITUASINYA! YANG KITA CARI SEKARANG ITU SEPERTI MENCARI JARUM DI TUMPUKAN JERAMI! BUKAN MENCARI MAKANAN YANG SETIAP JALAN PASTI ADA!" Teriak sang dokter marah, gigi pria itu bergemelatuk menahan amarah.

Suasana di dalam ruangan mendadak tegang. Perseteruan antara si dokter dan kepala kepolisian membuat semua orang yang melihatnya berusaha untuk melerainya. Tapi, karena api yang sudah membara ada di dalam tubuh si dokter. Malah membuat suasana menjadi ricuh.

Brak!

"APA KALIAN TIDAK BISA BEKERJA SAMA DENGAN BENAR HAH! SITUASI SEKARANG SEDANG GENTING! TAPI KALIAN MALAH BERTENGKAR SEPERTI ANAK KECIL? DIMANA OTAK KALIAN!"

Suara gebrakan meja dan teriakan dari Presiden membuat semua orang seketika terdiam ,mereka membungkuk meminta maaf dan melanjutkan kembali pekerjaannya masing - masing tak terkecuali si dokter yang menghela nafas berat kembali mencari jenis virus nya.

Sang Presiden menghembuskan nafas kasar, pria paruh baya itu memijit pelipisnya pelan, karena merasa pusing.

"Pak, kami menemukan sesuatu."

"Apa?" Tanyanya.

"Lihat pak, pria itu."

Terlihat di layar cctv seorang pria dengan posisi nyeleneh berada di atas seorang wanita, membuat pak Presiden hampir saja marah karena melihat hal yang menjijikan, tapi setelah si tentara mengatakan yang sebenernya terjadi pak Presiden mengangguk mengerti.

Semua orang yang berada di sana melihat si pria tidak seperti zombie-zombie lainnya, lalu sang presiden meminta panglima TNI untuk menyuruh anak buahnya membawa si pria ke tempat mereka.

Semua orang yang berada di sana langsung bernafas lega, karena berpikir sudah menemukan anti virus tanpa menyadari jika hal yang lebih besar akan segera terjadi.

****

Sementara di tempat pengungsian 2, semua warga tengah bergosip ria, membicarakan kapan pemerintah membuat obat untuk virus yang sedang melanda. Terlihat sangat jelas, raut wajah ketakutan dari para warga. Lain halnya dengan Bayu, dia tengah bercanda ria dengan adiknya, Jihan, Mega dan Jena yang sudah mulai membaik.

"Kak Bayu itu penakut sekali! Dia pernah mengompol di celana saat melihat kecoa di kamar mandi haha!" Ucap Ara tertawa mengingat kejadian konyol yang kakaknya itu lakukan.

"Benarkah? menjijikan!" Ucap Mega menatap Bayu dengan tatapan jijik.

"Aish Ara, kenapa malah membicarakan kejadian memalukan itu sekarang!" Keluh Bayu mengerucutkan bibir nya kesal dengan tangan menutupi wajahnya karena malu.

Jihan dan Jena tertawa melihat tingkah Bayu, sementara Mega, dia mengejek Bayu dengan sebutan pria suka mengompol.

"Haha aku juga sama, saat aku umur 7 tahun, aku pernah menangis hanya karena kak Ningsih menghabiskan makanan yang kusuka." Timpal Jena mengingat bagaimana dirinya menangis sampai demam, karena dia terlalu lama menangis.

"Benarkah?" Tanya Jihan tertawa kecil.

Jena mengangguk, lalu seketika Mega tertawa terbahak - bahak membuat Bayu ,Ara ,Jihan kaget tapi tak ayal mereka pun tertawa bersama karena merasakan kehangatan yang baru saja di buat.

Budianto yang mendengar tawa riang, menoleh ke arah kelompok Bayu, sambil tersenyum tipis, dia merasa lega, karena setidaknya dia bisa menyelamatkan banyak orang meskipun dia belum bisa menemukan istri dan anaknya.

Pluk!

"Semangat kapten!" Ucap salah satu anggota nya menyemangati Budianto.

Budianto tersenyum membalas, menepuk pelan bahu anggotanya, dia kembali masuk ke dalam ruangannya. Tanpa menyadari jika di luar gedung, seorang anak kecil berjalan tertatih-tatih dengan keadaan yang mengenaskan, baju anak itu, kotor, penuh dengan darah. Membuat para tentara yang berjaga berlari ke arah anak itu.

Bruk!

Si anak kecil langsung ambruk begitu di sudah sampai di hadapan para tentara. Lalu tersenyum lirih, saat melihat para anggota tentara menghampirinya, matanya mulai memberat dan yang dia ingat hanya gelap setelahnya.

"ADA ANAK YANG SELAMAT! CEPAT BAWA DIA KE DOKTER JIHAN!" Teriak salah satu tentara yang sudah memastikan jika si anak tidak terinfeksi . Lalu dengan segera, salah satu tentara berlari ke dalam gedung dan masuk ke aula mencari dokter Jihan. Dia melihat dokter Jihan sedang becanda gurau dengan yang lainnya. Si tentara semakin mempercepat laju larinya.

"Maaf mengganggu waktu anda dok, tapi ada seorang anak, yang membutuhkan pertolongan anda dengan segera hosh.. hosh." Ucap tentara itu dengan nafas berburu.

Jihan menoleh pada si tentara kaget, lalu menganggukkan kepalanya, pamit pada teman - temannya dan bergegas pergi ke tempat si anak.

"Astaga kasihan anak itu." Ucap Ara sedih.

"Jangan khawatir dek, anak itu pasti akan cepat sembuh." Jawab Bayu pada adiknya.

Mega mengangguk sejutu menepuk pelan pundak Ara, lalu berdiri pamit ke toilet meninggalkan Bayu, Ara dan Jena.

Setelah kepergian Mega, Ara tiba - tiba merasa perutnya perih, gadis itu menatap kakaknya yang tengah menatap khawatir padanya.

"Jangan khawatir kak, sepertinya, maagku kambuh, hm, aku akan minta obat dulu ya kak." Ucap Ara berdiri.

"Biar kakak saja yang minta dek" Jawab Bayu merasa khawatir, takut adiknya kenapa - napa.

Ara menggelengkan kepalanya pelan. "Jika kakak yang pergi, pasti akan memakan waktu lama. Aku mohon aku akan baik - baik saja kak." Ucap Ara menenangkan kakaknya.

"Baiklah, hati-hati, jika terjadi sesuatu teriak saja ok!" Tutur Bayu.

Cup!

"Iya kakak ku yang bawel." Jawab Ara sambil mencium pipi kakaknya. Lalu pamit pergi meninggalkan Bayu dan Jena yang merasa canggung satu sama lain.

"He-em gimana kabar kamu?" Tanya Jena memecahkan kecanggungan yang ada diantara mereka.

"Ah a-aku baik bagaimana denganmu?" Jawab Bayu memegang kepala belakangnya kaku.

Jena mengangguk pelan, "aku baik juga." Dia menatap Bayu sambil terkekeh. Jena, mengingat dulu saat dia pertama kali bertemu dengan Bayu, pria itu melakukan hal yang sama seperti saat ini.

"Apa ada yang salah denganku?" Jawab Bayu.

"Aku hanya teringat pertama kali saat kita bertemu, kamu juga menjawab pertanyaanku kaku seperti tadi hihi."

Bayu yang mendengar ucapan Jena langsung merasa malu, tapi tak ayal dia juga terkekeh geli mengingatnya.

"Ternyata kamu tidak berubah ya Bayu." Jena menatap Bayu sambil tersenyum.

"Kamu juga Jena."

Mantan pacar itu tersenyum bersama mengingat jika dulu mereka sangat dekat sedangkan sekarang seperti orang asing. Tapi itu tidak membuat mereka saling membenci karena mereka berpisah secara baik - baik.

*****

Di salah satu ruangan, Jihan tengah sibuk mengobati anak kecil yang terbaring lemah di atas velbed. Dia sedikit meringis saat membuka baju si anak dan melihat luka robek yang cukup dalam.

Seorang tentara yang juga berada disana, memalingkan wajahnya ke arah lain. Karena merasa kasian pada si anak.

Brak!

Pintu ruangan tiba - tiba di doprak seseorang, yang ternyata Budianto, kapten tentara itu langsung berlari menghampiri Jihan yang kaget dengan kedatangannya tiba-tiba. Kakinya melemas, mata Budianto terpaku menatap si anak yang tengah terbaring lemas di atas velbed.

*

*

*

Hai sobat sachie..

Gimana kabarnya?

Haha pak Presiden main marah aja nih ya sebelum lihat yang sebernarnya terjadi .Dan di episode kali ini kita belajar jangan di dahulukan amarah saat kita sedang beradu mulut sama orang ingat ya bukam beradu mulu yang itu haha .

Dan di akhir cerita siapakah anak kecil itu?apa kalian bisa tebak?hayo siapa yang penasaran?

Yang mau jawabannya nantikan terus next episode cerita ini...

Love seunirverse buat kalian💖💖💖

Terpopuler

Comments

Coco

Coco

yang sakit anaknya pak Budianto yah? aduh lanjut baca gak nih? takut jadi parno sendiri

2023-03-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!