H -9

《 DISCLAIMER 》

Cerita ini hanya fiktif belaka dan hasil dari imajinasi Author .Jika ada kesamaan nama tokoh ,tempat kejadian ataupun cerita ,itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan .

*

*

*

Suasana di gedung pengungsian 2 yang semulanya baik-baik saja, berubah menjadi mencekam. Suara teriakan panik para warga dan raungan kesakitan menjadi alunan melodi indah yang terdengar mengerikan.

Terlihat seorang tentara, berlari di koridor gedung, dengan nafas memburu. Sesekali tentara itu menyeka keringat yang bercucuran. Lalu berbelok dan mendobrak salah satu pintu ruangan.

Brak!

"PAK GAWAT! SEMUA PENGUNGSI PANIK BERHAMBURAN KELUAR GEDUNG! MEREKA MELIHAT ADA WANITA YANG BERUBAH MENJADI ZOMBIE MENGGIGIT SALAH SATU WARGA, LALU ENTAH DARI MANA ADA JUGA ZOMBIE WANITA YANG MASUK KE DALAM GEDUNG!" Teriaknya.

Rini yang tengah tertidur di velbed langsung bangkit dan memeluk ayahnya.

"Jangan khawatir sayang, ayah akan melindungimu. Perintahkan semua tentara untuk menembak orang - orang yang keluar dari gedung!" Ucap Budianto.

"Tapi pak."

"Ini perintah dari atasan,dan untuk orang yang sudah berubah menjadi zombie, bunuh mereka juga!"

"Baik pak." Ucap si tentara berlalu pergi.

"Nak ayah akan melindungimu." Ucap Budianto saat melihat mata sang anak sudah di genangi air mata. Lalu Budianto langsung menggendong anaknya keluar dari ruangan.

"PAK!" Budianto menoleh, dia melihat Bayu dan yang lainnya berlari ke arahnya.

"Pak bagaimana ini?" Tanya Bayu menatap Budianto, lalu beralih pada seorang anak berada dalam gendongan pria itu.

"Aku sudah memerintahkan pada anak buahku untuk mengatasi semuanya, jadi jangan khawatir, sekarang kita harus keluar dari gedung ini dan mencari tempat yang aman!" Jelas Budianto menatap Bayu.

"Ah iya Jihan, apa aku bisa menitipkan Rini padamu jika terjadi sesuatu padaku?" Tiba - tiba Budianto berkata seperti itu, membuat Rini menatap ayahnya kaget, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya cepat.

"Pak, kenapa anda bilang seperti itu padaku?" Tanya Jihan pada Budianto.

Budianto hanya tersenyum, lalu menurunkan anaknya dari gendongannya. Dia memegang bahu sang anak, dan menatap dalam mata coklat anaknya yanh sudah di genangi air mata yang siap jatuh kapan saja.

"Nak percaya sama ayah, ayah janji akan melindungimu apapun yang terjadi. Bila ayah harus mati karena melindungi anak yang ayanh cintai. Ayah akan melalukannya, tapi, sebisa mungkin ayah tidak akan membuat hal itu terjadi. Jadi, Rini percaya kam sama ayah?"

Rini menunduk, anak itu mengigit bibirnya, lalu mendongkak dan manatap mata sang ayah.

"Aku percaya sama Ayah, tapi, ayah berjanji kan tidak akan meninggalkanku seperti ibu?"

"Ayah berjanji nak." Jawab Budianto, lalu mengecup kening sang anak. Dia merentangkan tangannya menyuruh sang anak untuk memeluknya. Rasa hangat dari tubuh ayahnya, membuat Rini sedikit lega. Lalu mencium pipi sang ayah.

"Baiklah, kita harus segera keluar dari sini." Ajak Budianto. Mereka ber enam dan si kecil Rini, berjalan pelan menelusuri koridor gedung, tapi tiba-tiba ada satu zombie dari arah belakang hampir saja mengigit Budianto. Tapi untungnya dia dengan sigab menghindar, dan membuat si zombie tersungkur di lantai.

"Pak Budianto!" "Akhh!"

Rini yang tak sengaja ayahnya lempar saat berusaha menghindari si zombie. Tengah meringis kesakitan karena perban di perutnya terbuka, membuat darahnya kembali merembes keluar. Sementara Budianto, dia langsung menembak kepala si zombie sampai mati. Lalu berlari menghampiri anaknya yang tengah bersama Jihan di sampingnya.

"Apa kamu baik-baik saja nak."

"Dia tidak apa-apa, tapi sepertinya perbannya terbuka. Aku harus membalutnya kembali." Jawab Jihan.

Budianto mengangguk, terlihat jelas raut khawatir di wajahnya. Begitu juga dengan Ara, Bayu dan Jena. Jihan langsung membuka balutan kain yang sudah berubah menjadi merah karena darah dari Rini. Lalu, dia membuka tasnya dan mengambil kain kasa, kemudian membalutnya pada luka Rini.

"Nah, selesai. Apa perutmu masih sakit? Jika iya aku akan memberimu obat pereda sakit."

"Sedikit dok, hiks.. hiks.." Jawab Rini. Anak itu termasuk anak yang kuat, karena menjadi seorang anak tentara mengharuskan dirinya kuat dalam situasi apapun. Ayahnya selalu berkata "kamu harus bisa sekuat ayah nak".

"Baiklah." Jihan mengambil obat pereda nyeri dan memberikannya pada Rini, lalu meminta air pada Mega.

"Semoga, kamu cepat membaik." Ucapnya.

"Terima kasih dokter." Ucap Budinto. Jihan mengangguk membalas sambil tersenyum, lalu mengelus pucuk kepala Rini dengan lembut.

"Nak ayo, ayah akan menggen_"

Dor!

Dor!

Suara tembakan memotong ucapan Budianto. Sementara, Bayu dan yang lainnya termasuk si kecil Rini kaget karena mendengarnya.

"Ayah."

"Tidak apa-apa nak, semua akan baik - baik saja." Jawab Budianto.

"Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi sekarang, tapi kita harus segera pergi." Tutur Bayu.

Budianto mengangguk, lalu mengajak semuanya pergi keluar gedung. Untung saja mereka tidak bertemu satu pun zombie dan berhasil keluar dari gedung dengan selamat. Begitu keluar, mereka di suguhkan dengan pemandangan para warga yang berlarian keluar dari pembatas gedung. Dan saat ada salah satu warga, berhasil keluar dari pembatas. Lesungan perluru menembus dadanya.

Dor!

"Akhhh"

"Cepat lari!"

"Apa yang anda lalukan!"

Semua orang yang melihat itu langsung panik melarikan diri, mereka berpikir hanya zombie saja yang di tembak mati oleh para tentara.

Dor!

Dor!

Sekali lagi, tembakan melesat mengenai warga yang tak sengaja terdorong warga lainnya dan melewati pembatas.

Bayu yang melihat itu, menatap tajam Budianto, dia mempertanyakan, apa yang tentara itu lakukan pada warganya, bukannya tugas tentara itu melindungi? tapi ini apa?

Karena semua orang sibuk melarikan diri dari tembakan para tentara, mereka tidak menyadari jika ada satu zombie yang mendengar suara berisik itu, lalu berlari kencang ke arah mereka dan mengigit satu orang warga.

"Akhhh!" Para warga yang mendengar teriakan itu, sontak semakin panik, dan berlarian tak tentu arah. Dan membuat para tentara kaget, lalu menembaki para zombie yang berhamburan keluar dari dalam gedung. Salah satu zombie wanita merangkak ke atas lookout tower dan mengigit satu orang tentara. Membuat para tentara lainnya kalang kabut menembakinya. Tapi tetap saja, si tentara yang di gigit langsung berubah jadi zombie dan mengigit rekan-rekan sesama.

"Pak, bagaimana ini!" Bentak Bayu.

"A-aaku."

"Sialan! Lebih baik kita keluar lewat pintu belakang saja." Ucap Bayu.

Mereka semua langsung berlari kembali ke dalam gedung, mencari di mana letak pintu belakang. Yang untungnya Budianto tahu di mana pintu belakang.

"Ayah, Rini takut."

"Jangan takut, ayah akan melindungimu." Jawabnya.

"Ckh!" Bayu berdecih mendengar ucapan Budianto, melindungi apa? Bahkan pria itu menyuruh para anggotanya menembaki para warga yang masih selamat. Dan akhirnya, lihatlah? Semua jadi kacau. Para zombie yang mendengar suara tembakan yang sangat nyaring berhamburan keluar gedung, dan memangsa para warga yang selamat, ingin keluar dari gedung.

*

*

*

Hai sobat sachie..

Ugh gimana menurut kalian episode kali ini?sedih?marah?atau apa?.

Dan apa kalian tahu siapa yang menyebabkan semua orang di pengungsian bisa tertular?jawabannya ada di next episode hihi..

love seuniverse buat kalian pembaca setia Jakarta is in danger💖💖💖

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!