《 DISCLAIMER 》
Cerita ini hanya fiktif belaka dan hasil dari imajinasi Author .Jika ada kesamaan nama tokoh ,tempat kejadian ataupun cerita ,itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan .
*
*
*
Di sebuah halte bus yang sudah porak-poranda, Malik terlihat kesal melemparkan tasnya.
"Arghh sial! obatnya habis!" Umpatnya.
Pria itu kemudian menatap ke sekitar melihat pemandangan yang terlihat indah baginya, tapi mungkin bagi orang lain sangat mengerikan. Banyak mayat berserakan di hadapannya. Dan juga beberapa zombie berkeliaran membuat Malik tersenyum bangga.
"INI MENGAGUMKAN! LEBIH DARI YANG KU MAU! "
Pria itu kemudian tersenyum bengis, lalu tertawa terbahak-bahak karena berhasil membuat kota Jakarta porak-poranda.
"Hahaha ini sungguh luar biasa! benar - benar luar biasa hahaha euhghkk hahaha hiks.. hikss..."
Malik tertawa keras menginjak beberapa mayat, tapi anehnya tawa yang semula terlihat begitu menyenangkan seperti anak kecil perlahan berubah menjadi isak tangis.
"Hikss... hikss.. hahaha kakak sudah menepati janji yang kakak janjikan padamu dek hahaha Arghh sialann!semua orang hikss... hiksss..." Ucap Malik menendang salah satu mayat yang ada di depannya.
Pria itu sangat kesal pada semua orang yang terlibat saat adik perempuannya mati di depan mata kepalanya sendiri. Ia menatap langit yang semula cerah malah berubah mendung dan perlahan tetesan - tetesan air hujan jatuh mengenai wajahnya.
Membuat pria malang itu terduduk di jalan sambil menangis, tanpa ada yang mengetahui jika dalang dari semua yang terjadi hanyalah seorang pria yang lemah, seorang kakak yang begitu menyayangi adik perempuannya.
Malik, menatap lurus ke depan saat melihat bayangan adiknya tengah tersenyum padanya, membuat Malik, kembali teringat kejadian yang terjadi 10 tahun lalu.
Flashback
10 tahun lalu
"DOKTER! DOKTER! TOLONG SAYA.. TOLONG! ADIK SAYA TIBA-TIBA DEMAM DAN MUNTAH-MUNTAH!" Teriak Malik panik berlarian di koridor rumah sakit.
Semua orang yang melihat Malik, menatap pria kecil itu aneh, terutama saat melihat pakaian lusuh yang Malik kenakan. Sedangkan Malik hanya berdecih lalu berlari kembali mencari dokter yang mau membantunya.
"Nak sini, cepat baringkan disini, aku akan memanggilkan dokter untukmu!" Ucap seorang suster yang merasa kasihan pada Malik.
Malik mengangguk, lalu membaringkan adiknya di ranjang rumah sakit. Pria kecil memegang erat telapak tangan adiknya yang sangat dingin, padahal adiknya itu sedang demam.
"Jangan tinggalkan kakak dek!" Ucap Malik dengan suara bergetar menahan tangis.
Beberapa menit kemudian, seorang dokter menghampiri pria kecil itu, lalu segera memeriksa keadaan adiknya.
"Adikmu hanya demam biasa, tidak usah sekhawatir itu."
"Tapi dok.. adik saya muntah-muntah dan telapak tangannya sangat dingin." Ucap Malik pada sang dokter.
"Itu hal yang wajar, untuk resep obat nya, aku akan memberikannya pada suster Susan." Ucap si dokter berlalu pergi meninggalkan Malik dengan perasaan yang masih berkecambuk.
"Jangan khawatir, adik kamu akan baik-baik saja, ayo, saya antar mengambil obatnya." Ucap suster Susan pada Malik.
Malik mengangguk, lalu menggendong adiknya dan pergi ke apotek yang ada di rumah sakit.
Setelah sampai di apotek , Malik sangat kaget karena obat adiknya sangat mahal. Dia menatap sedih uang recehan yang ada di dalam dompet usangnya.
"Ini, 150 rb kan?" Ucap suster Susan memberikan uangnya pada temannya.
"Susan apa yang kamu lakukan?" Ucap temannya yang bekerja sebagai apoteker .
"Suster Susan aku _"
"Tidak apa-apa dek, hanya 150 rb kan? Haha buat saya mah sedikit." Ucapan Malik di potong suster Susan, lalu Malik kecil langsung bersimpuh di kaki suster Susan, membuat si suster menatapnya kaget.
"Ehhh jangan seperti ini dek." Ucap suster Susan gelagapan.
"Tidak, aku harus berterima kasih pada suster Susan." Ucap Malik.
Susan yang mendengarnya, tersenyum lembut ,lalu menyuruh Malik berdiri dan segera pulang agar adiknya cepat sembuh. Tak lupa suster Susan juga memberikan uang 100 rb untuk Malik membeli makanan.
"Dahh Malik!" Ucap suster Susan melambaikan tangannya pada Malik.
Setelah melihat kepergian Malik suster Susan langsung melanjutkan pekerjaannya .
****
30 menit kemudian, Malik sampai di rumah kontrakan kecilnya, ia langsung menidurkan sang adik di kasur tipis yang sudah usang.
"Tunggu sebentar ya dek." Malik bergegas ke dapur dan memindahkan bubur yang ia beli ke dalam mangkuk. Dengan senyum yang merekah Malik menghampiri adiknya yang ternyata sudah siuman.
"Kak Malik" Panggil lirih adiknya.
"Iya dek, kakak disini, makan dulu yuk." Jawab Malik sembari meniupi bubur nya pelan-pelan.
"Aaaa." Malik memberikan satu suap kecil pada adiknya sambil tersenyum lembut, akhirnya mereka bisa makan enak meskipun hanya untuk satu hari saja.
Setelah selesai menyuapi adiknya, Malik langsung memberikan obat pada adiknya sesuai resep dokter. Kemudian mereka berdua tertidur lelap karena perut yang sangat kenyang.
Pagi pun menjelang, Malik mengerjab-ngerjabkan matanya, dan mengumpat pelan karen terlambat bangun.
"Sepertinya karena tadi malam aku makan banyak." Malik terkekeh mengingatnya, lalu menoleh ke samping dan melihat sang adik yang masih tertidur lelap.
"Huft aku harus membangunkannya, tapi melihatnya tertidur pulas membuatku tidak tega." Malik berpikir sejenak, lalu dengan terpaksa dia membangunkan sang adik karena harus meminum obatnya.
"Dek, ini udah pagi loh ayo bangun." Ucap Malik menggoyangkan tubuh adiknya.
Deg!
Tangan adiknya tiba-tiba terkulai lemas saat Malik menggoyangkannya tubuhnya, membuat Malik tertegun menatap sang adik.
"DEK.. DEK! BANGUN DEK! JANGAN BECANDA! JANGAN BIKIN KAKAK KHAWATIR DEK! PLEASE BANGUN! BANGUN!" Teriak Malik membangunkan adiknya.
Tes!
Perlahan air mata Malik jatuh membasahi pipi. Pria kecil itu menatap adiknya dengan tatapan kosong, bahunya bergetar hebat dan seketika tangisnya pecah melihat adiknya tidak bergerak sama sekali. Malik memukul-mukul tubuh adiknya dengan keras berharap adiknya akan memarahinya kembali seperti saat ia mencubit pipi sang adik dulu.
"HIKSS.. HIKS... DEK, BANGUN HIKS... HIKS.."
*****
Sementara di rumah sakit, pagi itu, sama seperti biasa. Banyak pasien yang berdatangan untuk berobat, atau ada urusan lainnya. Di kantin ruamh sakit, terlihat suster Susan tengah menyantap nasi goreng dengan lahap.
"Huem bagaimana keadaan anak itu ya" Gumam suster Susan .
"Siapa?" Tanya temannya.
"Ah Malik." Ucap suster Susan tersenyum manis.
"Haha jika kamu sangat ingin tahu keadaan mereka, cobalah pergi ke rumahnya, bukannya di kertas resep obat ada alamatnya?"
"Kamu benar aku aka_ "
"KELUAR KAU DOKTER SIALAN! CEPAT KELUAR!ANDA HARUS BERTANGGUNG JAWAB PADA ADIKKU!" Ucapan suster Susan terpotong oleh sebuah teriakan yang familiar di telinganya. Dia langsung berlari keluar kantin, dan melihat Malik yang sedang berteriak marah, berusaha melepaskan tubuhnya dari cekalan seorang satpam.
"APA YANG KAMU LAKUKAN!" Suster Susan berteriak pada satpam yang mencekal tangan Malik.
"Maaf suster Susan, tapi anak ini membuat kekacauan, semua orang ketakutan." Jawab si satpam pada suster Susan.
"Lepaskan." Ucap suster Susan menatap tajam si satpam.
Drap.. drap.. drap
Derap langkah kaki terdengar,. membuat Malik ,suster Susan dan si satpam menoleh ,dan melihat sang dokter yang dulu mengobati adiknya Malik berjalan ke arah mereka.
"Ah kupikir ada apa, ternyata hanya anak kecil." Ucap si dokter menatap Malik dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Buagha
"Arghh!" "Malik!"
Dalam sekali gerakan Malik memberikan bogem mentah pada sang dokter sampai membuatnya terjungkal ke belakang.
"GARA-GARA ANDA ADIK SAYA MENINGGAL!"
Bagaikan di sambar petir, suster Susan menatap Malik kaget sedangkan semua orang yang mendengarnya langsung berbisik menyumpahi si dokter, membuat si dokter bangkit dan langsung memukul kepala Malik dengan pentungan yang ia ambil dari saku si satpam.
"DOKTER! APA YANG ANDA LAKUKAN!" Susan kaget dan repleks menendang perut si dokter dengan keras.
"Sialan! Anak itu kurang ajar! Dia sudah menuduhku yang tidak-tidak!" umpatnya.
"Hahahaha untuk apa aku menuduh tanpa barang bukti hah? kau memberikan obat dengan dosis yang keras untuk adik ku yang lemah itu haha hiks..hiks.. Sialan! anda yang kurang ajar bukan saya!" Ucap Malik menatap sang dokter dengan mata memerah .
Semua orang yang mendengarnya langsung kaget, dan si dokter pun langsung di cekal oleh si satpam.
"Apa yang kau lakukan!" Ucap si dokter ketakutan.
"Maaf pak." Ucap satpam yang langsung membawa si dokter ke pihak berwajib.
Malik menatap kepergian dokter itu dengan tajam, ia mengepalkan tangannya menahan amarah dan bersumpah akan membalaskan dendam adik nya yang manis.
"Malik mau kemana?" suster Susan langsung memegang tangan malik saat anak itu hendak pergi.
"Lepaskan!" "Akhh!"
Malik langsung melepaskan cekalan tangan suster Susan dengan kencang, sampai membuat si suster baik itu terjatuh. Dan semenjak itu, suster Susan tidak pernah lagi melihat Malik.
End Flashback
*
*
*
Hai sobat sachie..
Woahh kaget bangett ternyata di balik sifat jahat Malik ia tadinya anak baik lohh huhu kasian banget ..
Gimana menurut kalian kalau ada di posisi Malik?
Sampai jumpa di next episode ..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments