Gelagat Dilara Mudah Tertebak

Dilara mendengarkan jika pintu kamarnya mulai dibuka oleh seseorang, pun Dilara langsung menyembunyikan seluruh tubuhnya di balik selimut berwarna putih. Dilara berpikir jika ia berpura-pura untuk tidur maka lelaki itu tak akan marah padanya. Tapi Dilara salah justru kini Tuan Enver ikut masuk kedalam selimut yang sama dengannya. Dilara merasa sedang terjebak didalam permainannya sendiri dan kini ia pun bingung apa yang akan ia lakukan.

Dilara ingin kabur tetapi ia takut jika sampai Tuan Enver tahu kalau dia hanya berpura-pura untuk tidur. Argh! Jika dari awal bakal ketahuan seperti ini maka Dilara tak akan pernah mengikuti keinginan Sani dan juga Sisi untuk keluar dari rumah terkutuk ini. Kira-kira seperti itulah yang sekarang sedang Dilara pikirkan.

“Sampai kapan kau akan berpura-pura tidur,” kata Tuan Enver yang kini sudah berbaring dibelakang Dilara.

“Shith! Ternyata dia mengetahuinya,” batin Dilara kesal pada dirinya sendiri.

“Jika kau masih tidak membuka suara maka kedua teman kamu itu akan menanggung akhibatnya,” ancam Tuan Enver.

Dilara langsung membalikkan tubuhnya kemudian berkata, “Kenapa kau itu suka sekali main ancam,” ujar Dilara yang merasa kesal dan membuat rasa takutnya melebur untuk sesaat. “Maaf, bu-bukan maksud ku mengaatakan itu,” cicit Dilara penuh penyesalan.

Tuan Enver langsung menarik pinggang Dilara hingga membuat jarak diantara keduanya kini melebur dengan sekejap mata. Dilara merasakan aroma alkohol menguar dari bibir Tuan Enver. Dilara mengarahkan satu tangannya untuk memegangi perutnya yang seakan seperti sedang di aduk-aduk sekarang.

“Jika sampai aku melihat kau keluar dari dari rumah ini maka ....”

“Hoek ... hoek ... hoek!” Dilara yang sudah tidak bisa menahan rasa mualnya pun langsung mengeluarkan isian didalam perutnya di hadapan Tuan Enver.

Dilara yang menyadari kalau ia telah muntah di tubuh Tuan Enver pun langsung berlari menuju ke kamar mandi guna untuk mengeluarkan isian yang ada didalam perutnya.

“Kau mau mati!” teriak Tuan Enver kemudian ikut masuk kedalam kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.

Tuan Enver juga muntah seperti Dilara, sungguh bau muntahan itu membuat kepala Tuan enver pusing sekali.

Hahaha! Mungkin hanya Dilara saja yang berani melakukan hal itu, lihatlah wajah Tuan Enver yang  nampak merah karena terus saja mengeluarkan isian didalam perutnya. Dilara sudah selesai muntah ingin sekali Dilara kabur ketika ada kesempatan namun gadis itu tak tega melihat Tuan Enver terus saja muntah karena ulahnya yang laknat itu.

Dilara mengigit bibir laknatnya ini yang sudah berani mengeluarkan cairan menjijikan secara tiba-tiba. Dilara bukannya berusaha merayu monster itu, malah ia memuntahinya sekarang pupus sudah harapan untuk bisa mendapatkan maaf dari lelaki kejam tersebut. Dilara nasib kamu sungguh sial sekali hari ini.

Sani dan juga Sisi pasti masih bersenang-senang di club' malam sekarang, sedangkan kini Dilara harus menghadapi sang singa jantan itu.

“Biar aku bantu,” kata Dilara sembari menutupi hidungnya kemudian memijat tengkuk Tuan Enver hingga beberapa saat kemudian kondisi lelaki itu mulai mendingan dan ia pun berhenti mengeluarkan isian didalam perutnya.

“Suruh Bi Alin untuk membersihkan kamar itu!” titah Tuan Enver seraya menyandarkan punggungnya di wastafel.

“Ba-baik,” jawab Dilara.

***

“Tu-tuan maafkan saya, sungguh saya tak pernah bisa tahan mencium aroma Alkohol,” ujar Dilara.

“Kau bisa masuk kedalam club malam dan mengoda seorang lelaki masih berani berbohong,” tegas Tuan Enver yang kini sedang duduk di sofa sembari menyilangkan satu kakinya bertumpu pada lutut.

“Ketika hendak memasuki club malam saya sungguh mulai bernafas melalui mulut,” ujar Dilara.

“Jika sampai aku melihat kau masuk kedalam club malam lagi maka, kau akan tahu akhibatnya dan jangan mencoba untuk memancing batas kesabaranku, Dilara!” ujar Tuan Enver dengan penuh penekanan.

“Maafkan saya Tuan,” kata Dilara dengan kepala yang semakin tertunduk dengan kedua tangannya mencengkram piyama tidurnya.

Tuan Enver merasa marah sekali pada Dilara, tetapi ketika melihat gadis remaja itu ketakutan sampai gemetaran membuatnya  tidak tega kemudian meminta Dilara untuk istirahat.

“Sepertinya otakku mulai bergeser dari tempat yang seharusnya,” batn Tuan Enver merasa heran pada dirinya sendiri. 

***

Dilara melangkah menuju ke dapur kemudian menemui Bi Alin yang kini baru saja selesai membuatkan sarapan pagi.

“Bi,” panggil Dilara.

“Apakah Nona membutuhkan sesuatu?” tanya Bi Alin.

“Bi, apakah semalam Bi Alin dimarahi olehnya? Atau Bi Alin di hukum?” tanya Dilara yang merasa tidak enak hati sebab semalam ia telah membuat  semua orang terkena marah Tuan Enver karena dirinya.

“Hal itu sudah biasa terjadi. Semua orang yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik maka akan mendapatkan hukuman,” ujar Bi Alin.

“Berarti kemarin malam Bi Alin di hukum?” tanya Dilara lagi.

“Bi Alin tidak dihukum sebab Bibi sudah waktunya jam istirahat, tetapi mereka yang mendapatkan hukuman,” jawab Bi Alin.

“Apakah maksud Bi Alin adalah para pengawal yang semalam berjaga?” tanya  Dilara yang langsung di jawab anggukan kepala oleh Bi Alin. “Aku tak bisa membiarkan semua ini sampai terjadi,” kata Dilara kemudian berlalu keluar dari ruangan dapur ini.

“Nona, tolong jangan lakukan apapun yang nantinya membuat Tuan semakin marah,” ujar Bi Alin sembari mengikuti Dilara dari belakang.

Dilara menghentikan langkahnya kemudian menggengam tangan wanita paruh baya itu dengan sorot mata yang teduh. “Bi Alin tenaga saja, karena Dilara tak akan pernah membuatnya marah,” ujar Dilara mantap.

Bi Alin mengganggukkan kepalanya percaya pada Dilara sebab Bi Alin juga merasa kasihan pada semua pengawal yang di pecat semalam dan semoga saja Nona mudanya itu bisa mengembalikan perkerjaan semua pengawal ke tempat mereka semula.

Dilara kini sudah ada didalam kamarnya. Ia melihat Tuan Enver sedang duduk di sofa dan lelaki itu baru saja selesai mandi. Hal itu bisa terlihat  dengan begitu jelas dari rambutnya yang masih basah.

“Kenapa setiap kali melihat  dada bidangnya itu membuat jantung bodoh ini berdetak dengan begitu kencang sekali,” batin Dilara mengutuk detak jantungnya yang kurang ajar ini. “Andaikan saja tidak menginginkan sesuatu darinya maka aku sudah akan kabur keluar lagi dari ruangan kamar ini, berada dengan seorang lelaki yang sebagian tubuhnya terekspose begitu saja membuatku merasa tak nyaman,” ujar Dilara lirih.

“Kau menginginkan sesuatu?” tanya Tuan Enver yang sudah bisa menebak gelagat Dilara dengan begitu mudah.

“Anda tahu dari mana?” tanya Dilara polos.

“Kau biasanya akan menghindar atau kabur dariku, tapi sekarang kau justru mendekat,” jelas Tuan Enver. “dengan kedua perbedaan itu bukankah sudah cukup menjelaskan semuanya,” sambungnya lagi sembari melirik kearah Dilara mengunakan ekor matanya.

Terpopuler

Comments

Nia Nara

Nia Nara

Kok tamat ya ? Ceritanya masih gantung banget

2023-08-27

0

Rini Tri Marlina

Rini Tri Marlina

lanjut thor

2023-06-22

0

Risa Rahmawati

Risa Rahmawati

mlam author pa kbar ,semoga sehat2 ya ,,thor di tunggu up nya dan tetap semangat dan lanjutin novel yg bagus ini,,jangan di gantung terlalu lama ya thor,fighiting thor

2023-03-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!