Dia Harus Dihukum

Dilara, Zefi dan juga Lia sudah berada di dalam ruangan pimpinan kampus ini. Kondisi ketiga mahasiswa itu nampak acak-acakan sekali terutama Dilara, sebab Dilara di hajar oleh Zefi dan juga Lia secara membabi-buta seakan  kedua gadis itu mencoba untuk memanfaatkan keadaan ketika mengetahui jika Dilara memukulnya terlebih dahulu. Sebenarnya awal pertengkaran Dilara menang melawan Zefi sedangkan Lia tiba-tiba langsung mencakar wajah Dilara dan menjambak rambut Dilara hingga membuat Zefi bangkit dari posisinya kemudian ikut memukuli Dilara.

Rektor menjatuhkan hukuman pada Dilara dan mencabut beasiswanya dari kampus ini, Dilara merengek meminta tolong pada pimpinan kampus itu namun, tak ada yang menggubrisnya sebab saat ini Dilara bukanlah siapa-siapa. Dan mana mungkin Rektor membela gadis yang sudah tak memiliki status penting di negara ini. Keluarga Zefi dan juga keluarga Lia merupakan donatur tetap di kampus ini setiap bulannya jadi Rektor tentulah akan selalu berpihak pada mereka berdua.

Zefi dan juga Lia keluar dari ruangan Rektor dengan perasaan yang gembira sekali karena pada akhirnya merea bisa menyingkirkan Dilara dari kampus ini, sejak dari dulu begitu banyak sekali para mahasiswa yang tidak menyukai Dilara sebab dia memiliki paras yang cantik Jelita dan juga berasal dari keluarga kaya, semua siswa begitu memuja Dilara dan mengabaikan sederet gadis cantik di kampus ini.

Zefi dan juga Lia sangat yakin sekali kalau Dilara tak akan memiliki uang membayar biaya kuliah di kampus ini dan gadis itu akan keluar dari kampus ini dengan sendirinya.

“Dilara! Sebenarnya aku sudah mencoba untuk membantu kamu dengan memberikan beasiswa ketika mengingat prestasi kamu yang cukup bagus di kampus ini, tapi apa yang kamu lakukan pada Zefi dan juga Lia membuat saya harus mencabut beasiswa itu mulai sekarang,” ujar sang Rektor dengan mengusap wajahnya merasa kasihan dan juga tidak berdaya.

“Saya tahu,” jawab Dilara yang tidak ingin banyak bicara. “Hanya uang saja yang bisa menyelesaikan semuanya dengan sangat mudah tanpa perduli dengan siapa yang salah,” kata Dilara kemudian keluar dari ruangan ini.

***

“Berani sekali kalian mengganggu Dilara,” ujar seorang gadis cantik bernama Sani dengan rambut panjangnya. Sembari mencoba untuk memukul Zefi.

“Kalian kalau berani lawan kami berdua, jangan lawan Dilara sendirian,” sambung Seorang gadis yang bernama Sisi-ia adalah teman baik Dilara.

Keduanya adalah teman baik Dilara dan mereka adalah masih satu saudara. Mereka berteman sejak di bangku smp hingga detik ini, Sani dan juga Sisi merupakan keluarga kaya, tetapi mereka memiliki sikap rendah hati dan bisa dibilang 11-12 dengan sikap Dilara yang suka membantu sesama. Dan karena itu pertemanan mereka begitu langgeng hingga detik ini. Tapi pernah juga terjadi pertengkaran diantara mereka namun ketiganya kembali baikan lagi.

“Aku hanya mengatakan pada Lia tentang berita kebangkrutan keluarga Morgan yang tersiar di media masa dan tidak di sangka dia marah,” sinis Zefi sembari melirik kearah Dilara yang baru saja keluar dari ruangan rektor.

“Hei ... jaga ucapan kamu,” kata Sani tidak terima sembari hendak melangkah menghampiri Zefi yang kini menatapnya dengan penuh menantang.

“Sani, Sisi,” panggil Dilara dan keduanya pun langsung menghentikan aktifitas memakinya. “jangan hiraukan mereka,” kata Dilara yang tidak ingin jika sampai kedua sahabat baiknya itu ikut terkena masalah sebab keluarga Zefi jauh lebih kaya dari keluarga kedua sahabatnya itu.

Sani dan juga Sisi langsung mengikuti langkah Dilara yang menjauh dari Zefi dan juga Lia. Dilara bingung memikirkan kehidupannya setelah ini, ia sungguh ingin menjadi Dokter tapi lihatlah sekarang, dia bahkan tak akan mungkin bisa melanjutkan kuliah karena biayanya yang pastilah sangat mahal sekali. Kampus ini merupakan kampus untuk para bangsawan, mana mungkin Dilara sanggup membayar biasanya, tapi jika Dilara tidak kuliah maka itu tandanya ia harus mengubur semua mimpinya untuk menjadi Dokter.

“Masa depanku benar-benar sudah hancur, tak akan ada lagi impian memakai baju putih kedokteran lagi, tak akan ada lagi impian untuk bisa menyelamatkan banyak orang lagi,” ujar Dilara dengan kepala yang semakin tertunduk hancur.

“Dilara kenapa kamu pergi begitu saja? Mereka berdua sudah sangat keterlaluan sekali,” tutur Sani.

“Benar apa yang Sani katakan,” sambung Sisi.

Dilara menghentikan langkahnya kemudian ia memutar tubuhnya dan memeluk kedua sahabat baiknya itu. “Sepertinya aku akan berhenti kuliah di kampus ini,” kata Dilara.

Kedua mata Sani dan juga Sisi membola penuh.

“Kenapa kamu mengatakan itu Dilara?” tanya Sani kaget.

“Aku sudah tidak memiliki uang dan kalian juga tahu jika aku bukan siapa-siapa lagi, tidak akan ada Dilara anak sang kolong merat,” tutur Dilara dengan kepala yang tertunduk hancur “Biaya di kampus ini sangat mahal sekali dan aku tak akan pernah bisa membayarnya,” ujar Dilara sembari mengedarkan pandangannya ke sekitar kampus seakan ingin mengabadikan suasana di kampus ini kedalam memori internal otaknya.

“Aku akan meminta pada Papaku untuk membantu membayar biaya kuliah kamu,” kata Sisi menawarkan diri.

“Aku juga akan meminta pada kedua orangtuaku untuk membantu kamu Dilara, jadi tetaplah melanjutkan kuliah sebab kita bertiga sudah berjanji akan menjadi Dokter bersama dan selama ini kamu juga sudah banyak membantu kami,” jelas Sani.

“Terima kasih, atas tawaran kalian semua tapi aku tidak ingin merepotkan kalian semua,” kata Dilara sungkan.

“Siapa bilang kamu merepotkan kami, karena aku akan meminta pada Papa untuk mempekerjakan kamu di restoran milik kita dan dengan begitu nanti kamu bisa membayar biaya kuliah,” ujar Sisi.

“Jika kamu tidak ingin bekerja di restoran maka ....” perkataan Sani terhenti ketika Dilara menyela ucapannya.

“Aku mau,” jawab Dilara dan ketiga sahabat itu pun meloncat bahagia.

Dilara sangat beruntung sekali karena ia bisa memiliki sahabat yang begitu baik seperti Sisi dan juga Sani.

Dari kejauhan Zefi dan juga Lia menatap kearah Dilara dengan penuh kebencian yang mendalam. Ia mengumpat kenapa Rektor tidak mengeluarkan Dilara saja dari kampus ini dan malah hanya mencabut beasiswanya. Kira-kira seperti itulah yang sekarang sedang keduanya pikirkan.

***

“Dilara, sekarang kamu dan juga Papa kamu tinggal dimana?” tanya Sani.

“Aku tinggal di rumah,” jawab Dilara tidak ingin menceritakan apa yang terjadi padanya kemarin.

Dilara akan merahasiakan semua tentang pernikahan gilanya dengan Tuan Enver dan juga tentang sikap Papanya yang begitu membencinya pada kedua sahabatnya itu. Biarlah mereka berdua mengira jika kehidupan Dilara baik-baik saja meskipun ia sekarang sudah menjadi gelandangan. 

“Bukankah rumah kamu di sita?” tanya Sisi dan Sani langsung menyiku pelan lengan saudara nya itu. “Maksud aku bu-bukan begitu,” lanjut Sisi yang takut jika Dilara merasa tersinggung dengan kata-katanya.

“Aku tahu maksud ucapan kamu jadi tak  perlu menjelaskan apapun,” jawab Dilara yang justru terkekeh melihat sikap Sisi sekarang.

“Syukurlah kalau begitu,” kata Sisi merasa lega.

Dilara melihat mobil mewah berwarna hitam kini berhenti tepat dihadapannya dan ia pun langsung menyadari jika itu adalah mobil milik lelaki gila itu-lelaki yang ia nikahi kemarin.

“Kenapa dia di sini? Apakah dia menjemput aku?” tanya Dilara pada dirinya sendiri. “Mana mungkin dia menjemput aku, sepertinya dia sedang mau bertemu dengan rektor karena ia adalah donatur terbesar di kampus ini,” batin Dilara lagi didalam hatinya.

Di dalam mobil.

“Shith! Aku datang kemari menjemputnya justru dia pergi begitu saja dengan wajahnya yang tanpa dosa. Sepertinya dia harus di hukum!” ancam Tuan Enver didalam hatinya.

 

Terpopuler

Comments

resaiza

resaiza

next kk

2023-02-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!