Ponsel Baru

“Sekali lagi kamu berani ceroboh dan melukai diri kamu sendiri maka aku akan memindahkan kamu ke alam lain,” tutur Tuan Enver seraya melihat kearah Dilara dengan wajah datar yang sudah menjadi ciri khasnya.

Dilara menutup mulutnya dengan begitu rapat dan ia tidak berani menjawab namun, didalam hati gadis itu sedang memikirkan sikap Tuan Enver yang begitu aneh sekali menurutnya.

Tuan Enver mulai mengoleskan salep anti nyeri ke punggung Dilara yang memerah akibat terbentur handle pintu. Tuan Enver mengoleskan luka itu dengan sangat hati-hati sekali di kulit putih Dilara dan sesekali lelaki itu juga meniup punggung gadis itu yang memerah untuk mengurangi rasa nyerinya.

Dilara merasakan ada gelenyar aneh yang kini merambat dari tangan Tuan Enver kesekian tubuhnya dengan begitu cepat, aliran itu bagaikan listrik bertegangan tinggi menimbulkan perasaan aneh di hati Dilara,

Dilara mulai membenarkan posisi duduknya ketika Tuan Enver menutup salep itu kembali kemudian melemparnya begitu saja ke atas meja.

“Putuskan kekasih kamu!” titah Tuan Enver.

“Ke-kenapa aku harus melakukannya? Pernikahan ini tanpa cinta dan jika kau bosan maka kita akan bercerai,” ujar Dilara.

“Sekali lagi kau mengatakan kata perceraian, maka Emir akan binasa!” usai mengancam Tuan Enver pun beranjak berdiri dari posisi duduknya kemudian langsung meninggalkan Dilara begitu saja.

Fan masuk kedalam ruangan ini kemudian mengajak Dilara untuk pulang bersama dengannya. Kini keduanya sedang berada didalam mobil, Dilara kembali teringat jika lelaki di hadapannya inilah yang tadi sudah melindas ponselnya pun Dilara langsung memukul bahu Fan beberapa kali hingga lelaki itu kaget dan hampir saja oleng mengemudikan mobil ini namun beruntungnya Fan bisa kembali fokus mengemudikan mobil ini kembali.

“Nona, kenapa Anda memukul saya?” tanya Fan.

“Kau tadi yang sudah berani melindas ponselku,” tegur Dilara.

“Nona, saya melakukannya atas perintah Tuan Enver, karena saya tidak mungkin mengabaikan perintah darinya,” jawab Fan.

“Apakah dia meminta kamu untuk masuk kedalam jurang maka kau akan menuruti perintahnya,” tegas Dilara merasa kesal.

“Tentu tidak,” jawab Fan jujur dan hal itu membuat Dilara merasa kesal sekali padanya.

“Kalau begitu kamu tadi juga seharusnya bisa melawan perintah orang gila itu! Tapi kau malah memilih untuk menurutinya,” tegas Dilara dengan mendengus kesal.

“Maafkan saya Nona,” jawab Fan yang sudah tidak bisa membuka suara.

Dilara menaruh kedua tangannya bersedekap di dada dengan sorot mata yang tidak bergeming melihat Fan. “Kalau begitu katakan alasan lelaki itu menikah denganku?” tanya Dilara.

“Selama ini begitu banyak sekali para pebisnis sukses sampai para pejabat ingin menikahkan putri mereka dengan Tuan Enver, dan karena Tuan merasa begitu risih dan juga tidak nyaman maka ia menikahi Nona Dilara” jawab Fan.

Dilara membulatkan kedua bola matanya saat mendengarkan apa yang Fan ucapkan tadi. “Apakah kau serius? Ada orang gila yang sudah mencoba untuk mengorbankan putri mereka untuk menikahi lelaki itu?” tanya Dilara yang merasa tidak percaya.

“Benar Nona,” jawab Fan.

“Memangnya dia sekaya apa?” tanya Dilara.

Dilara tidak terlalu mengetahui kekayaan apa saja yang Tuan Enver miliki, gadis itu tempo hari hanya membaca artikel tentang Tuan Enver sekilas saja sebab dirinya merasa tidak tertarik untuk mengetahui semua aset-aset lelaki gila itu.

“Suatu saat Anda pasti mengerti,” jawab Fan. “Ini adalah ponsel Anda, dan itu juga nomor Anda yang lama,” ujar Fan sembari memberikan paper bag pada Dilara.

‘untunglah nomor ponselku ia kembalikan,” batin Dilara sembari menerima ponsel baru dari tangan Fan.

“Itu adalah ponsel terbaru di bulan ini, jika Anda tidak menyukainya maka buang saja nanti Tuan akan menggantinya yang baru,” jawab Fan santai seakan itu bukanlah hal yang besar baginya.

Dilara mengamati seksama ponsel yang ada di genggamannya kini dan ini. Ponsel yang Dilara genggam sekarang memiliki harga begitu mahal sekali bahkan ponsel Dilara yang tadi siang di banting oleh Tuan Enver tak ada apa-apanya. Bahkan jika bisa di ibratkan satu ponsel baru Dilara bisa membeli 10 ponsel Dilara yang lama.

“Ponsel ini mengeluarkan terbaru dan bisa di lipat, kau bilang aku boleh membuangnya, apakah kau dan juga Tuan kamu itu memang kurang waras,” ujar Dilara jujur.

“Anda mungkin tidak tahu jika pemilik dari merek ponsel tersebut adalah milik Tuan Enver sendiri, tapi saya enggan untuk memberitahukan pada Anda, biarkan Anda tahu sendiri nanti,” batin Fan didalam hatinya.

“Lelaki itu benar-benar menggantikan ponselku,” jawab Dilara senang karena ia mendapatkan ponsel yang baru, tapi Dilara juga merasa sedih sebab ia kehilangan semua potretnya bersama dengan sang kekasih.

“Semua nomor-nomor teman Nona telah saya  simpan, tapi kecuali nomor seorang lelaki,” jawab Fan jujur.

“Tidak masalah,” jawab Dilara tak merasa keberatan sebab ia hafal diluar kepala nomor ponsel kekasihnya.

***

Malam ini Dilara bermalas-malasan di atas ranjang dan ini sudah sekitar pukul 10 malam namun, lelaki aneh itu tidak kunjung datang. Dilara merasa sangat senang sekali hingga ia enggan untuk memejamkan mata dan lebih memilih untuk menonton drakor sebab besok adalah hari libur.

Ponsel Dilara yang ada di atas ranjang mulai bergetar, Dilara pun mengangkat panggilan vidio call dari Sani dan juga Sisi.

“Hay, kenapa kamu menghubungi aku?” tanya Dilara.

“Ayo kita pergi ke club malam, Dilara kita sudah lama tidak bersenang-senang,” ujar Sisi dengan manja.

“Kalian berdua pergi saja, aku lagi asik nonton drakor,” jawab Dilara.

“Ayolah, kita pergi bersama,” rengek Sani memaksa Dilara. “Apakah kau tak ingin bersenang-senang?” tanya Sani lagi.

Dilara mencebikkan bibirnya kemudian berkata, “Bukankah selama ini jika kita pergi bersama ke tempat hiburan malam hanya kalian berdua saja yang bersenang-senang sebab aku tidak menyukai tempat hiburan semacam itu dan aku selalu saja menahan mual ketika menghirup aroma alkohol yang begitu pekat,” kata Dilara dan kemudian temannya hanya terkekeh saja ketika mengingat jika Dilara sering kali menahan nafas ketika berada di club malam.

“Tetap saja kamu harus ikut bersama dengan kami,” ujar Sani dan langsung di jawab anggukkan kepala oleh Sisi.

“Kalau aku ikut bersama dengan mereka lalu monster itu datang, apa yang akan aku katakan padanya,” batin Dilara didalam hatinya.

“Dilara, kenapa kamu hanya diam saja? Apakah kau tak menyayangi kami lagi?” rayu Sani dengan mengedipkan kedua matanya.

“Ayo kita berangkat  bersama,” ajak Sisi dengan wajah memelasnya mencoba untuk merayu Dilara.

“Baiklah,” jawab Dilara terpaksa karena tidak ingin mengecewakan kedua sahabatnya yang sudah ia anggap sama seperti saudara itu.

 

         

Terpopuler

Comments

eka agustyan

eka agustyan

jngan2 tar di club ketemu enver lg

2023-02-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!