Dengan susah payah akhirnya Dilara sampai juga di depan club malam. Sani dan juga Sisi kini sudah ada di depan club malam mereka berdua melambaikan tangannya pada Dilara. Pun Dilara langsung melangkah menghampirinya dengan gaya anggun. Dilara malam ini mengunakan baju yang tidak kalah seksi dari kedua sahabatnya itu. Sani dan juga Sisi sampai merasa iri dengan penampilan sempurna Dilara malam ini. Dilara mengunakan gaun tanpa lengan yang begitu minim sekali berwarna merah, warna itu begitu kontras dengan kulit putihnya hingga tidak heran jika kini semua mata lelaki menatap kearah Dilara dengan sorot memuja.
Malam ini Dilara memoles wajahnya mengunakan make up natural dan juga lipstik berwarna merah natural, tapi sudah berhasil membuat semua mata lelaki enggan beranjak meninggalkan wajah cantiknya itu.
“Dilara, kau cantik sekali jika berdandan seperti ini,” puji Sani jujur.
“Terima kasih, dan kamu juga jauh lebih cantik,” jawab Dilara.
“Dilara, pilihlah satu lelaki untuk kau jadikan teman,” ujar Sisi sembari menatap kearah sederet lelaki yang kini menatap kearah kursi yang Dilara duduki.
“Jangankan mencari serang lelaki, bahkan aku tidak muntah saja didalam club malam ini sudah beruntung,” jawab Dilara yang mulai bernafas dengan hidungnya.
“Khan sangat beruntung sekali karena ia mendapatkan gadis yang menjaga kesetiaannya seperti kamu,” ujar Sisi memuji Dilara.
Khan adalah nama kekasih Dilara yang kini sedang sibuk menyelesaikan kuliahnya di luar negri dan entah kapan lelaki itu akan kembali ke negara ini, Dilara sudah jarang berhubungan dengan kekasihnya itu sebab Khan sibuk menyelesaikan kuliah. Dilara adalah kekasih yang baik jadi ia tidak akan menghubungi kekasihnya kalau rasa rindunya masih bisa di tahan.
Ucapan Sisi seakan bagaikan pisau tajam yang begitu runcing langsung menghunus dada Dilara menimbulkan sakit tak berdarah. Dilara merasa sangat bersalah sekali sebab ia tidak menceritakan pada kedua sahabat baiknya mengenai apa yang ia alami dan mengenai pernikahan dadakan itu dengan Tuan Enver. Mungkin suatu saat Dilara akan menceritakan semuanya pada Sani dan juga Sisi tapi tidak waktu dekat ini.
Ketiga gadis itu sedang duduk di bartender dan terlihat tiga orang lelaki melangkah menghampiri mereka.
“Nona cantik, maukah kamu berdansa denganku,” ujar lelaki yang usianya jauh lebih tua dua tahu dari Sani.
Sani tidak langsung menjawab, tetapi gadis itu lebih dahulu menatap kearah kedua sahabatnya.
“Pergilah,” ujar Dilara dan juga Sisi.
Sani mengecup kedua pipi sahabatnya sebagai tanda terima kasih kemudian gadis itu langsung pergi bersama dengan lelaki yang baru ia kenal.
“Nona, maukah kamu berdansa denganku, sebab sejak dari tadi aku melihat kau belum memiliki pasangan,” ujar seorang lelaki pada Sisi.
“Tidak, aku akan menemani sahabatku,” jawab Sisi yang tidak ingin meninggalkan Dilara sendirian. Tapi didalam hati sebenarnya Sisi ingin mengiyakan ajakan lelaki itu.
“Pergilah! Aku bukan anak kecil lagi,” kata Dilara yang memang sudah terbiasa di tinggalkan sendiri ketika ada didalam club malam oleh kedua sahabatnya itu.
“Benarkah?” tanya Sisi dengan wajah yang nampak sumringah.
“Aku akan menemaninya, jadi kamu tidak perlu merasa cemas,” ujar seorang lelaki yang kini sudah duduk disamping Dilara.
“Terima kasih dan tolong jaga sahabatku,” kata Sisi kemudian ia langsung pergi bersama lelaki lain.
“Aku bisa menjaga diriku sendiri dan sebaiknya kau jaga diri kamu sendiri Sisi,” kata Dilara sembari berteriak karena takut suaranya akan tertelan oleh musik yang kini mengalun dengan begitu kencang sekali.
Sisi melambaikan tangannya tanpa menoleh kearah Dilara.
Seorang pemuda tampan yang usianya tidak jauh dari Dilara kini sedang memperhatikannya. Lelaki itu menyodorkan whisky pada Dilara dengan mengulas senyuman manis.
“Namaku Lan,” kata lelaki yang sok kenal pada Dilara. “Mari kita bersulang bersama,” kata lelaki itu pada Dilara dengan mengedipkan satu matanya mencoba menggoda Dilara.
Lelaki itu memang tampan tapi lebih tampan kekasih Dilara. Dilara bukannya senang gadis itu justru merasa tidak nyaman ketika melihat tatapan lelaki itu yang seakan ingin menjamah sekujur tubuhnya. Dilara tidak suka dengan lelaki mata keranjang sepertinya.
“Aku kemari hanya untuk menemani mereka saja, aku tidak suka minum alkohol, jadi aku minum air jus mangga saja,” ujar Dilara kemudian mengangkat minumannya dihadapan lelaki itu.
“Aku tidak percaya gadis cantik seperti kamu justru tak pernah mengkonsumsi minuman beralkohol,” kata Lan sembari mendekatkan kepalanya kearah Dilara.
“Jangan dekat-dekat,” bentar Dilara sembari mendorong lelaki itu menjauhinya.
Lan menarik salah satu senyuman sinis pada bibirnya kemudian mulai meminum whisky yang ada di dalam gelasnya dengan satu kali tegukan. “Baru kali ini ada gadis yang menolaknya, semua gadis mencoba untuk dekat dengannya dan juga ingin menemani malamnya, tapi gadis disampingnya ini malah mengabaikannya. Lan tentulah tiba bisa menerima semua hal ini,
“Apakah kamu tahu aku siapa?” tanya lelaki itu.
“Aku tidak ingin tahu dan tidak mau tahu,” jawab Dilara cuek sembari memainkan ponselnya.
Suara musik yang mengalun dengan begitu kencang sekali tak mampu membuat Dilara ikut larut didalam suasana yang meriah ini. Dilara justru berkali-kali menjilat bibirnya yang terasa kering sebab kini ia bernafas mengunakan mulut dan bukan dengan hidungnya. Jika Dilara bernafas dengan hidung maka gadis itu akan muntah karena tak tahan dengan aroma alkohol yang begitu menyengat memenuhi tempat ini.
“Kau sombong sekali,” kata Lan sembari hendak mendekatkan wajahnya untuk mencium Dilara.
Dilara refleks langsung menampar lelaki itu dengan begitu keras. Lan menatap Dilara tajam seakan lelaki itu hendak mencabik-cabik tubuhnya sekarang, Dilara pun langsung berdiri dari posisi duduknya kemudian berlari menjauhi Lan yang seakan ingin membunuhnya melalui sorot mata tajam itu.
“Shith! Kenapa ada lelaki menyebalkan sepertinya di tempat ini, aku hanya ingin menemani Sani dan juga Sisi saja tapi tidak disangka malah berurusan dengan lelaki sialan itu,” umpat Dilara sembari berlari menjauhi Lan.
Club malam ini begitu sesak sekali kerena banyak pemuda-pemudi yang kini sedang menikmati malam panjang, mereka berusaha untuk menghilangkan penat karena berhari-hari melakukan rutinitas hariannya.
Dilara turun ke lantai dansa dan ia hendak memanggil Sani yang kini tidak jauh dari posisinya, namun Lan sudah semakin dekat dengannya hingga Dilara memilih untuk melanjutkan langkahnya kabur dari kejaran lelaki gila itu.
Dilara mulai merasakan kepalanya pusing sekali dan ia pun ingin muntah karena mencium aroma alkohol didalam ruangan ini. Dilara memasukkan begitu banyak oksigen kedalam hidungnya guna untuk mencoba untuk menstabilkan deru nafasnya
Dan kini ia mulai bersembunyi dibelakang sofa dengan harapan jika lelaki itu tak bisa menemukannya.
“Sepertinya dia sudah tidak mengejar ku lagi,” batin Dilara yang merasa jika dirinya kini sudah aman.
Dilara mulai berdiri dan tidak disangka lelaki gila itu menatapnya dan mulai berlari mendekatinya.
“Argh, jangan dekati aku,” teriak Dilara dengan suara sekencang mungkin.
Suara itu membuat seorang lelaki yang sedang duduk di sofa tempat Dilara bersembunyi tadi mulai menatapnya dan.
Wah kira-kira siapa lelaki itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments