Kebenaran Tentang Dilara

Dilara sudah duduk di sofa yang berbeda dengan Tuan Enver. Fan berdiri diantara mereka berdua kemudian lelaki itu mengulurkan dokumen dihadapan Dilara. Dilara menatap kearah Tuan Enver yang langsung mengisyaratkan dengan gerak alisnya jika gadis itu harus menerima berkas tersebut.

“Apa ini?” tanya Dilara.

“Baca!” titah Tuan Enver.

Tidak banyak bicara Dilara langsung membuka berkas tersebut. “Perjanjian pernikahan,” ucap Dilara membaca isi dalam berkas itu.

“Nona, biar saya bacakan saja,” ujar Fan yang seakan sudah bisa menebak kalau Dilara tak akan selesai membacanya dengan cepat sebab setiap tulisan yang ada didalam berkas itu akan selalu Dilara protes dengan keras.

“Kalau sejak dari awal memang sudah berniat akan kau bacakan, lalu kenapa tadi diberikan padaku,” protes Dilara pada Fan.

“Maaf,” jawab Fan yang tidak mau meladeni perdebatan Dilara. “Dia tidak punya rasa takut sama sekali,” batin Fan sembari menundukkan kepalanya menatap berkas yang ada dihadapannya sekarang.

Perjanjian pernikahan.

Hanya Tuan Enver saja yang bisa menceraikan Anda.

Keputusan Tuan Enver adalah hukum mutlak yang harus dipatuhi.

Apapun yang  Tuan Enver katakan adalah benar

Jika Tuan enver bersalah. Otomatis akan kembali pada perjanjian poin 3.

Itulah isi dari perjanjian pernikahan yang telah Fan bacakan dihadapan Dilara.

Dilara langsung membulatkan kedua matanya ketika ia mengetahui isi perjanjian tidak masuk akal itu. “Kenapa semua poin yang kamu bacakan menguntungkan dia!” kritik Dilara. “Aku menolak keras perjanjian gila itu,” sambung Dilara dengan berani

“Fan!” panggil Tuan Enver dan Fan tahu panggilan itu ialah perintah untuknya.

“Nona bisa memutuskan akan menyetujuinya atau tidak setelah melihat sambungan vidio call ini,” ujar Fan kemudian mengeluarkan ponselnya dan memberikan pada Dilara.

Kedua bola mata Dilara seketika langsung membulat penuh saat ia melihat siapa orang yang kini sedang ada didalam panggilan vidio call tersebut. Ya, itu adalah Enver yang sekarang sedang di hajar oleh sekelompok lelaki didalam tempat yang menurut Dilara ialah club malam atau semacamnya. Dilara meneteskan air matanya saat mengetahui semua itu. Pun ia langsung menatap kearah Tuan Enver seraya berkata.

“Tuan Enver, apa yang terjadi padanya?” tanya Dilara.

“Emir bermain judi dan ia kalah kemudian lelaki itu mencoba untuk mencari onar. Kau pasti sudah bisa menebak jika para lelaki yang sedang memukulnya itu siapa,” jawab Tuan Enver dengan wajah datarnya.

“Tolong bantu dia,” pinta Dilara disela-sela isak tangisannya.

“Kau pikir aku akan melakukan suatu hal yang tidak ada keuntungannya,” tegur Tuan Enver dengan isyarat kata yang sudah bisa Dilara artikan sendri.

“Sebanyak apapun aku menangis lelaki kejam seperti nya tak akan pernah perduli. Biarlah aku berkorban karena selama ini lelaki itu juga sudah mencukupi kebutuhanku walaupun ia  tidak memberikan kasih sayangnya,” batin Dilara.

“Aku juga ingin mengajukan persyaratan,” ujar Dilara dan Tuan Enver menganggukkan kepalanya setuju.

Kapan kau menceraikan aku.

Seperti apa yang kau katakan sebelumnya, aku akan menjadi istri simpanan.

Kau tidak boleh melarang aku kuliah. Dan aku akan melakukan semua aktivitas seperti biasa, setiap hari kau harus memotong hutang yang Emir punya padamu.

Itulah syarat yang Dilara ajukan.

“Fan!” panggilan perintah kembali keluar dari mulut Tuan Enver.

“Masalah perceraian kembali ke poin satu, yang  bunyinya ....” belum selesai Fan bicara Dilara sudah menyela kata-katanya.

“Ya ... ya ... ya, aku sudah mengingatnya kau tak perlu mengulangnya lagi,” ujar Dilara kesal. “Sekarang bisakah bantu lepaskan dia,” kata Dilara dengan jantung yang berdetak kencang sekali saat mengetahui kalau kedua lelaki bertubuh kekar itu menodongkan pistol dihadapan Emir yang sudah tergeletak tak berdaya.

“Fan. Suruh orang kita untuk melepaskannya!” titah Tuan Enver.

Dilara bisa menghela nafas lega setelah mengetahui jika Emir telah aman.

Dilara menggenggam ponsel dengan kedua tangan yang gemetar. Gadis itu tahu setelah tanda tangannya tergores di atas kertas maka ia tidak bisa mundur lagi dan secara tidak langsung ia siap masuk kedalam jurang penderitaan yang mungkin tidak ada lentera ataupun seberkas cahaya.

“Sayang, tunggulah aku sampai menyelesaikan kuliah, kita akan bersama dan aku akan langsung melamar kamu. Kau tidak boleh sampai jatuh cinta pada lelaki lain karena aku pergi keluar negeri untuk menuruti permintaan Kakakku agar aku bisa membantunya untuk mengurus bisnis keluarga dan setelah semua itu terwujud, kita akan menikah,” suara kekasih Dilara seakan terus berulang didalam memori internal otaknya mirip seperti kaset yang terus saja di putar berulang kali tanpa adanya jeda.

Dilara memejamkan matanya kemudian ia menggoreskan tanda tangannya di atas kertas itu. “Sayang, maafkan aku, sungguh aku tak pernah berniat untuk mengkhianati kamu,” ujar Dilara penuh penyesalan.

Di tempat lain.

“Kamu beruntung karena Tuan Enver membantu kamu,” ujar lelaki itu dengan tubuh gemuk dan juga kulit hitam yang memiliki tinggi sekitar 150 cm.

“Tuan Enver?” tanya Emir kaget.

“Ya, dia membayar semua biaya kerusakan yang kau timbulkan 2 kali lipat,” sahut sang pemilik kasino. “Memangnya kebaikan apa yang kamu lakukan dimasa lalu sehingga bisa mendapatkan bantuan dari Tuan Enver?” tanya sang pemilik kasino dengan wajah nampak penasaran.

Di negara ini siapa yang tidak tahu Tuan Enver Muzzafer. Bahkan hanya dengan menyebutkan marganya saja sudah membuat semua orang berkeringat ketakutan. Lelaki itu di kenal kejam dan tak memiliki belas kasih entah sudah berapa perusahaan yang Tuan Enver hancurkan hanya karena sedikit kesalahan saja.

“Hahaha! Sepertinya anak sialan itu yang membantuku,” kata Emir dengan tawa kejamnya.

“Siapa dia?” tanya sang pemilik kasino semakin di buat penasaran dengan ucapan Emir barusan.

“Apakah kamu tahu, istri yang sangat aku cintai telah berselingkuh dan anak yang lahir itu anak dari selingkuhannya, bukan anakku. Karena sebab itu aku begitu membenci Dilara, dia bukan anak kandungku dan karena melahirkan anak sialan itu istriku tercinta pergi dari dunia ini dan meninggalkan aku sendiri.” Emir yang sedang di pengaruhi oleh alkohol tanpa sadar membeberkan rahasia yang sudah puluhan tahun ia simpan dengan sangat rapat.

Ya, karena alasan itulah Emir begitu membenci Dilara. Karena Dilara anak dari selingkuhan istrinya sebab Emir mandul dan tidak bisa memiliki keturunan. Sedangkan papa kandung Dilara meninggal karena sakit yang ia derita.

Emir dan juga Mama Dilara dahulu menikah karena perjodohan dan tanpa Emir ketahui jika Mama Dilara memiliki seorang kekasih bahkan setelah Emir dan juga Mama Dilara menikah, wanita yang  telah melahirkan Dilara itu masih menjalin hubungan dengan kekasihnya-papa Dilara.

Terpopuler

Comments

Benazier Jasmine

Benazier Jasmine

ternyt dilara bukan anak kandung emir, mknya kejam skali

2023-06-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!