Pemikiran Diluar Nalar

Kehidupan memang sangatlah aneh sekali, kemarin Dilara mati-matian ingin keluar dari rumah ini, tapi lihatlah sekarang ia justru melangkah masuk kedalam rumah ini sendiri dan yang lebih mirisnya lagi hanya rumah ini saja lah menjadi tujuan Dilara, Dilara bahkan tidak bisa membayangkan jika lelaki arogan itu tak menahannya di rumah ini. Ataukah mungkin ia akan menjadi gelandangan? Ataukah mungkin Dilara masih bisa merasakan kehidupan mewah dan juga nyaman? Semua pertanyaan itu tiada hentinya berputar didalam pikiran Dilara hingga detik ini.

Dilara melangkah masuk kedalam rumah dan Bi Alin berjalan dibelakangnya. Dilara merasa tidak ada yang aneh dengan apa yang terjadi hingga ia mulai memasuki pintu utama rumah besar nan megah ini. Netra hazel milik Dilara mengedarkan pandangannya saat melihat ada sekitar 5 orang mengunakan baju kedokteran yang menghampirinya, Dilara terus saja berjalan dengan air muka yang nampak acuh sekali.

“Nona Dilara,” panggil Bi Alin.

“Ya, Bi,” jawab Dilara tanpa menghentikan langkah kakinya.

“Para dokter itu akan memeriksa kondisi Anda,” kata Bi Alin.

Dilara segera menghentikan langkahnya kemudian memutar tubuhnya hingga kini menghadap kearah Bi Alin.

“Dokter? Memeriksaku?” Memangnya aku sakit apa?” tanya Dilara pada Bi Alin.

“Tuan Enver mengatakan jika Nona Dilara terluka parah di bagian wajah,” tutur Bi Alin sembari mengamati wajah cantik Nona mudanya.

“Lelaki aneh itu benar-benar melakukan hal yang ada di luar nalar,” gerutu Dilara geram. “Lihatlah Bi, aku hanya terluka sedikit dan ini bisa di obati sendiri tak perlu heboh memanggil 5 Dokter kemari,” ucap Dilara sembari menyibakkan anak rambutnya kebelakang telinga.

Bi Alin menganggukkan kepalanya setuju karena memang luka Nona mudanya itu tidaklah separah apa yang Tuan Enver katakan. “Tetap saja Nona Dilara harus di periksa oleh para Dokter,” ujar Bi Alin yang memang harus patuh dengan perintah Tuan Enver.

“Seharusnya kalian itu periksa saja Tuan kalian yang aneh itu, siapa tahu wajahnya terkena setruk ringan karena ia benar-benar tak bisa mengubah ekspresi wajah datarnya itu,” kata Dilara asal.

Semua Dokter sekuat tenaga langsung mengigit bibit bagian bawah mereka agar tidak ingin mengeluarkan tawa laknat dari bibir masing-masing. Mereka semua bisa mati jika berani menertawakan ucapan Dilara lebih lagi gadis itu sedang mengumpati Tuan Enver.

***

“Buahahahaha, Enver apakah kamu dengar itu, jika Istri kecil kamu mengatakan kalau kau itu terkena setruk ringan dan masih banyak lagi kata-kata yang menggelitik pikiranku,” kata Fan dengan tertawa terpingkal-pingkal sembari memegangi perutnya menggunakan satu tangan sedangkan tangan yang lain sibuk mengemudikan mobil ini.

Fan tidak menyadari jika tatapan Tuan Enver mulai menajam dan lelak itu pun langsung menendang kasar jok mobil yang sedang di duduki oleh sahabatnya itu. Fan segera menghentikan tawanya kemudian menoleh kearah belakang. Enver menatapnya dengan sangat murka sekali kemudian kembali menendang jok mobil tempat duduk dan sampai tak terhitung jumlahnya.

“Ya, Tuhan ... punggungku bisa patah jika ia terus melakukan ini,” batin Fan.

Kediaman Muzzafer.

Mau tidak mau Dilara pun akhirnya membiarkan para Dokter itu mengobati wajahnya. Dilara terus saja memainkan game dalam ponselnya hingga membuat para dokter merasa kerepotan sekali dengan ulah gadis remaja itu. Setelah menyelesaikan ritual mengobati wajah cantik Nona Dilara, pun para Dokter di antar oleh Bi Alin menuju mobil pribadi keluarga Muzzafer untuk mengantarkan mereka kembali ke rumah sakit.

“Nona Dilara, saya sudah membuatkan makan siang untuk Anda,” kata Bi Alin.

“Kebetulan sekali Bi, Dilara sangat lapar sekali,” jawab Dilara. “Kalau begitu saya mau makan siang dulu kemudian langsung beristirahat, tubuhku terasa lelah sekali di hajar oleh kedua gadis sialan itu,” umpat Dilara yang masih merasa kesal dengan Zefi dan juga Lia.

Dilara makan dengan sangat rakus sekali bahkan ia juga makan dua piring penuh bercampur dengan sayuran dan juga ikan goreng. Bi Alin hanya bisa meneguk salivahnya sendiri ketika melihat cara Nona mudanya itu menghabiskan makan siangnya.

Dengan mulut yang masih penuh makanan Dilara pun mulai menceritakan apa yang terjadi di kampusnya tadi pada Bi Alin. Entah mengapa sikap Bi Alin yang penyabar dan juga penyayang membuat Dilara merasa sangat nyaman sekali bercerita dengannya.

***

Emir duduk di pinggir jalan, lelaki itu berusaha untuk mencari pekerjaan, tapi ia tidak kunjung mendapatkannya. Bahkan Emir juga berusaha untuk meminta bantuan pada orang-orang yang sudah ia anggap seperti seorang sahabat, tapi seperti dugaan semua orang menjauhi Emir dan mengatakan tidak ingin berhubungan lagi dengannya. Tak ada pertemanan yang tulus dalam dunia bisnis, semua orang mengganggap teman jika memiliki banyak kekuasaan dan juga jabatan yang tinggi, tapi jika seseorang itu tak memiliki apapun maka, tak ada kata persahabatan diantara mereka.

“Seharusnya aku menjual gadis bodoh itu terlebih dahulu sebelum aku pasrahkan pada Tuan Enver, hanya dengan begitu saja aku bisa mendapatkan uang yang banyak, tapi sekarang semuanya sudah percuma,” batin Emir yang mengutuk kebodohannya sendiri. “entah bagaimana nasib gadis bodoh itu sekarang? Dan entah dengan cara apa ia bisa membujuk lelaki sekejam Tuan Enver untuk membebaskan aku.”

Di tepat lain.

Dilara sedang terlelap didalam tidurnya, ia merasa sangat nyaman sekali ketika ruangan kamar ini dia tempati sendiri. Dilara bahkan tidur dengan mengunakan tang top kemudian celana pendek tanpa menyelimuti tubuhnya, Dilara menebak jika lelaki sesibuk suaminya yang tak ia inginkan itu pastilah akan selalu sibuk bekerja hingga tak akan pulang ke rumah, karena selama ini itu jugalah yang selalu Emir lakukan sejak Dilara masih kecil.

Di luar ruangan ini.

“Enver dimana gadis kecil itu?” tanya  Fan sembari membuka pintu ruangan kamar Enver.

“Siapa yang perduli,” batin Tuan Enver yang sudah tahu jika Dilara ada didalam kamarnya. Tapi Enver tidak tahu apa yang Dilara lalukan sekarang.

Fan masuk kedalam ruangan kamar Enver dan alangkah terkejutnya ia ketika melihat seorang gadis cantik dengan kulit selembut susu sedang terbaring di atas ranjang dengan posisi yang terlentang dan posisi seperti ini tentulah begitu menggoda sekali untuk kaum lelaki, lebih lagi baju yang Dilara lakukan sekarang sudah bisa untuk membuat gelora api gairah seorang lelaki naik sampai ke puncak ubun-ubunnya.

Tuan Enver masih sibuk memusatkan pandangannya ke ponselnya hingga lelaki itu tak melihat apa yang Fan lihat sekarang hingga suara dan mulai menerobos indra pendengarannya.

“Tak aku sangka gadis remaja sepertinya memiliki tubuh yang begitu molek sekali,” ujar Fan jujur sembari meneguk ludahnya sendiri.

Tuan Enver langsung memindai pandangannya kearah yang Fan lihat dan seketika itu juga Tuan Enver langsung mengeraskan rahangnya kemudian ....

 

 

 

Terpopuler

Comments

eka agustyan

eka agustyan

awas fan kna amukan enver

2023-02-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!