Kau tak Bisa Berbohong Padaku

Tuan Enver yang masih emosi ketika mengingat jika Dilara memiliki seorang kekasih dan yang lebih membuatnya marah lagi ialah saat Tuan Enver mengetahui jika Dilara begitu mencintai lelaki misterius tersebut. Tuan Enver ingin sekali menyelidiki tentang siapa kekasih dari istri kecilnya hanya saja ia merasa tak perlu lagi melakukannya sebab lelaki itu tidak ada di negara ini.

Tuan Enver pun memilih untuk tidak pulang ke rumah setelah bekerja dan lelaki itu mengajak Fan untuk ikut bersama dengannya ke club malam tempat mereka biasanya datang guna untuk menghabiskan malam dengan para wanita cantik yang dengan suka rela akan memanjakan mereka berdua dengan  kasih sayang fana yang akan di bayar lunas dengan sejumlah uang pada pagi harinya.

Tuan Enver kini duduk di apit oleh dua wanita pekerja malam di tempat ini, salah satu wanita itu sejak dari tadi sibuk mengajak tangannya untuk menelusuri dada bidang Tuan Enver dan yang satunya lagi menuangkan whisky kedalam cawan Tuan Enver yang sudah habis. Fan juga di temani oleh kedua wanita cantik yang memanjakan matanya bahkan salah satu wanita ia minta untuk memijit kedua pundaknya.

“Apa yang sedang gadis kecil itu lakukan sekarang?” tanya Tuan Enver pada dirinya sendiri.

Fan melihat wajah Enver yang mulai gelisah seperti ada sesuatu yang sedang lelaki itu pikirkan dan hal ini sebelumnya tak pernah terjadi, ketika Enver ada didalam club malam. Biasanya lelaki itu akan selalu menikmati suasana ini dan juga para wanita cantik yang memanjakan tubuh dan juga matanya tetapi tidak untuk sekarang.

“Apakah kau sedang memikirkan tentang gadis kecil itu?” tanya Fan.

“Tidak,”  dusta  Tuan Enver kemudian langsung meminum isian yang ada dalam cawannya hingga tandas.

Fan terkekeh melihat ekspresi sahabatnya sekarang. “Kau mungkin bisa membohongi orang lain, tapi tidak dengan,” jawab Fan.

“Aku tidak perduli dengan apa yang dia lakukan, aku menikahinya hanya karena ada keperluan saja,” dusta Tuan Enver kembali yang masih tidak mau mengakui jika tebakan Fan ialah benar.

“Argh! Jangan dekati aku.”

Teriakan seorang wanita yang suaranya begitu tidak asing didalam indra pendengaran Tuan Enver mulai menerobos masuk gendang telinga Tuan Enver.

Kedua mata Fan langsung membola penuh ketika melihat gadis yang baru saja mereka bicarakan ada di belakang Enver. “Dilara,” ujar Fan dan Tuan Enver langsung menolah.

Tuan Enver begitu kaget sekali melihat Dilara ada didalam club malam ini, gadis kecilnya itu nampak ketakutan sekali dan entah apa yang sedang terjadi padanya.

Setelah Tuan Enver berdiri kedua wanita yang tadi ada disampingnya pun ikut berdiri. Tuan Enver langsung mengangkat tubuh Dilara kemudian mendudukkan gadis itu disampingnya. Dilara yang ketakutan pun langsung memeluk Tuan Enver seraya membenamkan kepalanya di dada bidang lelaki itu.

“Ak-aku takut, kumohon selamatkan aku darinya,” kata Dilara terbata-bata sembari mengangkat wajahnya menatap kearah Tuan Enver.

Tuan Enver memperhatikan wajah Dilara yang di penuhi dengan keringat jagung dan nampak pucat pasih. Rahang Tuan Enver mulai mengeras kemudian memeluk Dilara seakan lelaki itu ingin mengatakan jika kini Dilara sudah aman ketika bersama dengannya.

“Tuan, tolong lepaskan gadis itu,” kata seorang lelaki yang tidak lain ialah Lan.

“Ja-jangan, aku tidak mengenalnya,” kata Dilara sembari memeluk pinggang Tuan Enver lebih erat lagi. Dan kini Dilara juga kembali membenamkan kepalanya di dada bidang Taun Enver dengan mata yang terpejam.

Tuan Enver memejamkan matanya sesaat ketika ia merasakan gelenyar aneh dalam tubuhnya. Tetapi lelaki kurang ajar itu justru berani mengganggu imajinasi liarnya.

“Tuan, apakah kau tidak dengar apa yang aku katakan sebelumnya!” kata Lan lagi yang tidak mengetahui jika kini lelaki yang sedang ia ajak bicara adalah penguasa di negara ini. “gadis itu milikku dan carilah wanita lain saja untuk menemani kamu,” kata Lan dengan lancang dan hendak menarik Dilara.

“Jangan menyentuhnya,” kata Tuan Enver sembari mencengkram tangan Lan kemudian memutarnya hingga suara retakan mulai terdengar dari tangan tersebut.

“Argh! Apa yang kau lakukan padaku, apakah kau tidak tahu siapa aku,” ujar Lan menyombongkan dirinya.

Dilara hendak mengintip apa yang sedang terjadi sekarang namun Tuan Enver memeluknya seakan tidak mengijinkan istri kecilnya ini melihat suatu kekerasan sebab Tuan Enver tahu jika Dilara memang tidak suka kalau ada kekerasan dihadapannya.

“Fan! Hancurkan keluarganya agar dia tahu siapa aku!” titah Tuan Enver pada Fan.

“Sesuai dengan perintah Anda Tuan,” jawab Fan setuju.

Lelaki itu pasti sudah gila karena berani mencari masalah dengan Tuan Enver. Ujar semua orang yang ada didalam club malam ini.

“Shith! Lelaki itu adalah Tuan Enver dan apakah tadi aku sudah mengusik wanitanya,” batin Lan mengamati dan juga menyesali apa yang ia lakukan sebelumnya.

“Kau dan juga keluarga kamu akan habis,” tutur Fan.

“Tu-tuan tolong maafkan saya, sungguh saya tidak tahu jika gadis itu adalah milik Tuan Enver,” kata Lan meminta maaf dengan kedua tangan yang sudah di pegang oleh dua orang pengawal dengan tubuh kekar dan juga wajah datar.

Fan tidak perduli dan masih memasang wajah datar kemudian meminta kedua pengawal itu untuk memberikan pelajaran pada pemuda tersebut. Fan pun mengantarkan Tuan Enver dan juga Dilara kekediaman Muzzaffer.

***

Tuan Enver kini sedang ada di teras rumahnya. Lelaki itu marah pada semua penjaga yang tidak bisa menjaga seorang gadis. Semua pengawal sungguh merasa sangat kecolongan sekali ketika mengetahui Nona muda mereka kabur dari rumah tanpa ada yang tahu, bahkan semua pengawal dan juga Bi Alin baru tahu jika Dilara keluar  dari kediaman Muzzafer ketika Tuan Enver dan juga Fan datang. Bi Alin memang sudah jam istirahat dan sangat wajar sekali jika wanita paruh baya itu tidak tahu kalau Nona mudanya menyelinap keluar rumah.

Dilara menggunakan baju pelayan kemudian menyamar menjadi pelayan baru dan ia beralasan pada para penjaga jika sedang ada urusan keluarga, hingga para penjaga pun percaya dan membiarkannya pergi. Sungguh Dilara sangat pandai sekali dalam menyamarkan dirinya seperti seekor bunglon.

“Lelaki itu sedang mengoceh semua pengawalnya dan juga Bi Alin, entah apa yang akan ia lakukan padaku sekarang,” batin Dilara cemas.

Dilara berdiri di balkon kamarnya sembari menatap ke halaman rumah yang sekarang sedang dipenuhi oleh banyak pengawal.

“Astaga sorot matanya itu tajam sekali mirip seperti seekor hiu yang mencium bau setetes darah di tengah lautan,” batin Dilara ketika melihat Tuan Enver menatapnya dari lantai bawah.

Dilara mangkannya kamu itu jangan selalu membuat masalah, jadi repot sendiri kan sekarang.

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!