Kenapa Dia Membantuku

Sani dan juga Sisi merasa bingung sekali ketika melihat Dilara terus saja menggeleng-gelengkan kepalanya ke kanan dan juga ke kiri seakan sahabatnya itu mencoba menepis bayangan yang sekarang sedang ada di dalam pikirannya. Sikap Dilara itu pun membuat Sani dan juga Sisi mulai penasaran dengan apa yang sahabatnya itu lakukan semalam.

"Hei ... apa yang kamu pikirkan? Atau jangan-jangan kamu sudah mendapatkan penggantinya?" tebak Sisi sembari mendekatkan wajahnya ke arah Dilara.

"Mana mungkin aku menghianatinya sedangkan dia adalah satu-satunya lelaki yang sangat aku cintai," jawab Dilara jujur.

Ketika mengingat kekasihnya yang ada di negara lain hal itu sungguh membuat dada Dilara seakan terasa begitu nyeri, kini ia telah menikah dengan lelaki yang tak ia kenal lalu bagaimana dengan hubungannya dengan kekasihnya itu? Entahlah Dilara tidak tahu, tapi Dilara berharap ketika kekasih yang begitu ia cintai menyelesaikan kuliahnya maka hubungannya dan juga lelaki arogan itu berakhir.

"Lalu kenapa aku melihat kau seperti sedang mencoba untuk melupakan kejadian semalam," selidik Sani dengan mengamati air muka sahabatnya.

"Aku masih merasa penasaran kenapa Zefi dan juga Lia tiba-tiba dikeluarkan dari kampus ini bahkan kedua orang tua mereka juga bangkrut secara mendadak," kata Dilara yang sudah lebih dulu membaca artikel dari situs terpercaya yang ada di dalam ponselnya.

"Apapun alasannya tapi aku sangat bersyukur sekali dan anggap saja kedua gadis itu mendapatkan hukum karma karena telah mempermalukan kamu kemarin," tutur Sani yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Sisi.

Dilara dan juga kedua sahabatnya memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan mereka sebelum Dosen yang mengajar datang.

Kini Dosen sedang mencoba untuk menjelaskan sesuatu di papan tulis, tetapi Dilara tidak bisa fokus belajar karena pikirannya terus saja bertanya-tanya mengenai alasan zefi dan juga Lia dikeluarkan dari kampus ini. Dilara pun kembali teringat dengan sorot mata penuh emosi yang terpancar dari manik Tuan Enver ketika lelaki itu melihat wajahnya nampak lebam dan juga terdapat cakaran saat berada di dalam mobil.

Ataukah mungkin lelaki itu yang melakukan semua ini? Tapi mana mungkin dia membantu Dilara, sedangkan waktu itu lelaki tersebut bahkan tak perduli dengan perasaannya. Entahlah Dilara tidak mau ambil pusing karena yang terpenting Zefi dan juga Lia sudah tidak ada di kampus Ini lagi.

***

"Tuan Enver saya sudah melakukan seperti apa yang Anda perintahkan. Saya sudah mencabut investasi kita pada kedua perusahaan itu. Semua perusahaan yang hendak menginvestasikan dananya pada kedua perusahaan itu juga mengundurkan diri setelah mengetahui kalau kita mencabut investasi di dalam perusahaan tersebut," lapor Fan dengan formal ketika bekerja.

"Bagus! Pastikan tidak ada satu orang pun yang membantu kedua perusahaan itu atau orang yang membantunya akan bernasib sama seperti mereka!" titah Tuan Enver dengan sorot mata iblisnya.

"Sesuai perintah Anda, Tuan," jawab Fan sembari membungkukkan sedikit tubuhnya kemudian berjalan keluar dari ruangan ini.

***

Dilara baru saja keluar dari kampus bersama dengan kedua sahabatnya. Mereka berdua bercanda dengan sesekali saling mengejar satu sama lain, Dilara pun menghentikan aktivitas tersebut ketika merasakan ponselnya bergetar.

"Siapa yang menghubungiku menggunakan nomor tidak dikenal?" tanya Dilara pada dirinya sendiri. "lebih baik aku blokir saja karena aku tidak pernah suka jika ada orang yang mencoba untuk menghubungiku menggunakan nomor baru," kata Dilara acuh sembari mengangkat kedua pundaknya kemudian jemari lentiknya mulai memblokir nomor yang mencoba untuk menghubunginya melalui panggilan WhatsApp.

Di tempat lain.

"Shith! Berani sekali dia menolak panggilan telepon dariku," umpat Tuan Enver yang merasa kesal.

Fan hanya bisa diam sembari sesekali melirik ke arah belakang. Biasanya Tuan Enver selalu mengabaikan panggilan telepon dari orang lain, tetapi sekarang lelaki itu terkena getahnya dan untuk kali pertama ada orang yang berani mengabaikan panggilan telepon darinya. Ingin sekali rasanya lidah Fan mencoba untuk menggoda sahabatnya itu, tetapi ia masih merasakan punggungnya sakit akibat ulah Tuan Enver yang terus saja menendang jok mobil yang kemarin sedang ia duduk.

Tuan Enver melihat ke arah Dilara yang kini memasukkan ponselnya ke dalam tas dan gadis itu pun kembali bercanda bersama kedua sahabatnya itu.

Melihat senyuman Dilara yang nampak mereka bak bunga mawar yang mekar pada musimnya membuat amarah Tuan Enver melebur dengan perlahan tapi pasti.

Sedangkan di kejauhan Dilara mulai melihat ke arah mobil yang tidak asing di ingatannya. Pun gadis itu mulai berpamitan kepada kedua sahabatnya lalu berlari menuju mobil tersebut.

"Ataukah mungkin nomor yang aku blokir tadi adalah miliknya?" tanya Dilara pada dirinya sendiri. "Semoga saja makhluk menyebalkan itu tidak marah dan semoga bukan dia yang menghubungiku tadi," batin Dilara kemudian masuk ke dalam mobil.

"Berani sekali kau memblokir nomorku," kata Tuan Enver mulai memasang wajah datar ketika melihat Dilara mendekati mobilnya.

"Suruh siapa kau tidak memberitahuku kalau itu adalah nomormu," jawab Dilara santai.

"Mana ponselmu?" tanya Tuan Enver dengan sorot mata yang tidak bisa dibaca.

"Untuk apa?" tanya Dilara.

"Berikan atau kau ingin kedua sahabatmu itu yang akan mendapatkan hukuman!" ancam Tuan Enver sembari melirik ke arah Sani dan juga Sisi yang kini menatap ke arah mobil ini dari jarak 5 meter.

Mendengarkan ucapan Tuan Enver membuat Dilara mengingat kejadian Zefi dan juga Lia yang tiba-tiba dikeluarkan dari kampusnya.

"Apakah kau yang telah membuat Zefi dan juga Lia dikeluarkan dari kampus?" tanya Dilara mencoba untuk mencari tahu apakah yang ada di dalam pikirannya ini benar ataukah sebaliknya.

"Hem!" jawab Tuan Enver sembari menatap lurus ke depan.

'Aku sungguh tidak menduga jika lelaki ini membantuku balas dendam, padahal kemarin dia terlihat acuh seperti orang yang tak perduli sama sekali,' batin Dilara menatap kearah Tuan Enver dengan teduh.

"Sekarang berikan ponselmu atau mereka akan ...." ucapan Tuan Enver terhenti setelah Dilara menyala kata-katanya.

"Ja-jangan sakiti mereka, aku akan memberikan ponselku," jawab Dilara kemudian mulai mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan memberikannya pada Tuan Enver dengan sangat-sangat terpaksa.

'Ponsel malang itu akan berakhir tragis,' batin Fan yang seakan sudah bisa menebak apa yang akan majikannya itu lakukan pada ponsel gadis manis dibelakangnya ini.

Kini ponsel itu sudah berada di genggaman Tuan Enver. Dilara terus saja menatap ke arah lelaki itu dengan penuh tanya mengenai mau diapakan ponselnya. Hingga lelaki Arogan tersebut mulai membuka kaca mobilnya kemudian melemparkan ponsel Dilara keluar dari jendela.

"Hancurkan ponsel itu!" titah Tuan Enver pada asistennya.

Terpopuler

Comments

eka agustyan

eka agustyan

tu ponsel dibuang dimana thor,kali aja msih bisa dipake😂

2023-02-19

1

resaiza

resaiza

aduh sultan mah bebas,,,hp dilara aja di buang dan harus di hncurkan,,tenang dilara manti kamu dapat ganti hp baru yang lebih waw,,lebih mahal

next kk

2023-02-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!