Keluarga Bangkrut

Dilara kini mulai melihat  kearah wajah Tuan Enver yang sudah memerah seperti kepiting yang baru saja di masukkan kedalam air yang sangat mendidih sekali. Dilara tidak ingin membuat masalah dengan lelaki kejam itu jadi memutuskan untuk mendekatkan wajahnya kearah Tuan Enver seraya berkata.

“Maafkan aku,” kata Dilara kalah.

Kedua manik mata Tuan Enver kini sedang menatap kearah wajah Dilara yang nampak cantik Jelita. Tuan Enver mengira jika istri kecilnya ini mencoba untuk menggodanya dengan mendekatkan wajahnya, dan tidak disangka ternyata pemikiran itu justru salah ketika Tuan Enver mendengarkan apa yang barusan Dilara katakan.

“Kau boleh menyentil jidatku sebagai tanda permintaan maaf dariku yang tulus,” ujar Dilara dengan menutup kedua manik matanya dengan kening yang berkerut. “tapi jangan dengan kekuatan penuh,” tutur Dilara lagi sembari mengusap keningnya mengunakan telapak tangannya.

“Kenapa aku bisa memikirkan hal konyol pada gadis ingusan ini,” batin Tuan Enver. “Lekas duduk! Setelah sarapan aku akan mengantarkan kamu ke kampus,” ujar Tuan Enver.

“Baik,” jawa Dilara penuh semangat. “tidak aku sangka ternyata Anda memiliki sisi baik juga, jadi aku akan dengan suka rela membagi makanan ini dengan Anda,” tutur Dilara dengan mengulas senyuman manisnya.

“Gadis ini sungguh tidak takut mati,” batin Fan didalam hatinya.

Tuan Enver mengeraskan rahangnya ketika lagi-lagi mendengarkan ucapan Dilara yang seakan sedang menghinanya secara tidak sengaja. Tuan Enver hendak membuka mulutnya untuk menjawab ucapan Dilara namun, segera lelaki itu urungkan tatkala kedua maniknya menangkap senyuman Dilara yang nampak begitu manis dan dapat meluluhkan emosi yang tadi sempat menyelimuti hatinya dengan sekejap mata.

Tuan Enver membuang nafas berat kemudian melahap makanan yang Dilara berikan tadi.

Kini Dilara sudah berada didalam mobil dan ia duduk dengan posisi berjauhan dengan Tuan Enver. Dilara melihat ada seorang pengemis yang mengais makanan dari tempa sampah. Pun ia segera meminta Fan untuk menghentikan mobilnya. Fan tidak langsung menghentikan mobilnya tetapi lelaki itu melirik kearah Tuan Enver melalui kaca spion yang ada di atas kepalanya sekarang. Tuan Enver menganggukkan kepalanya setuju dan barulah itu Fan menghentikan laju mobilnya.

“Ada apa Nona?” tanya Fan.

“Aku akan turun dari dalam mobil terlebih dahulu,” kata Dilara pada Fan tanpa meminta ijin pada Tuan Enver. “Untung saja tadi aku sempat membawa bekal dari rumah jadi aku bisa memberikan ini padanya sebab aku tak memiliki sepeserpun uang,” gumam Dilara sembari mengambil kotak bekas yang ada didalam tasnya.

“Apa yang akan ia lakukan? Dan apa arti dari ucapannya itu?” tanya Tuan Enver didalam hatinya merasa penasaran. “Cih! Dia bahkan tak meminta ijin padaku,” ujar Tuan Enver yang merasa baru kali pertama di abaikan oleh seseorang dan hatinya merasa kurang nyaman sekarang namun, ia tetap memasang wajah datarnya.

Dilara turun dari dalam mobil kemudian gadis jelita itu langsung berlari menghampiri seorang pengemis yang kini masih mencoba untuk mencari makanan untuk bisa ia makan guna untuk menghilangkan rasa lapar yang sudah melilit perutnya sekarang.

“Bu, ini ambilah dan jangan mencari makanan lagi dari tempat kotor itu, andaikan saya memiliki uang maka akan saya berikan juga pada Anda, tapi sayang saya tak memiliki sepeserpun uang,” ujar Dilara yang kini sudah berdiri dihadapan wanita paruh baya yang memakai baju kumal dengan sobekan di beberapa bagian.

“Nona, terima kasih dan semoga Tuhan membalas semua kebaikan Anda dan memberikan Anda kebahagiaan di muka bumi ini,” kata sang pengemis itu dengan berlinang air mata.

“Semoga saja hal itu terjadi,” jawab Dilara kemudian langsung berlari menuju mobil mewah yang sudah menunggunya.

“Dia terlihat tak punya sopan, tapi memiliki hati yang begitu lembut sekali,” batin Tuan Enver dibalik wajah datarnya.

“Fan, ayo kita menuju ke kampus sekarang karena aku tak ingin terlambat,” pinta Dilara dengan wajahnya yang tanpa dosa.

Dilara mengedarkan pandangannya ke sekitar kemudian ia melihat ada air mineral yang terdapat di sampingnya kemudian Dilara pun mengambilnya dan memasukkannya kedalam tas, hal itu tidak luput dari perhatian Tuan Enver.

“Aku akan membawa air ini saja sebagai ganti makan siang nanti,” gumam Dilara yang lagi-lagi cukup keras hingga mampu didengar oleh Tuan Enver dan juga Fan.

Mobil yang Fan kemudikan sudah sampai di depan kampus Dilara. Pun lelaki itu langsung menghentikan laju kendaraannya. Fan lekas turun dari dalam mobil dan menunggu di luar sedangkan Dilara masih berada didalam mobil dengan Tuan Enver.

“Terima kasih karena sudah mengantarkan saya,” ujar Dilara hendak turun dari dalam mobil.

“Berterima kasih dengan cara yang benar!” titah Tuan Enver

Dilara menatap kearah lelaki itu yang kini sedang mengusap perlahan pipinya menggunakan ibu jari. ‘Apakah lelaki aneh ini sedang menyuruh aku untuk menciumnya’ batin Dilara didalam hatinya.

“Aku tidak meminta Anda untuk mengantarkan aku, tapi kau sendiri yang mengatakan akan mengantarkan aku ke kampus.” Setelah bicara Dilara langsung turun dari dalam mobil begitu saja.

“Shith! Dia berani sekali mengabaikan aku,” batin Tuan Enver geram.

Fan masuk kedalam mobil kembali setelah lelaki itu melihat kalau kini Dilara sudah masuk kedalam gerbang kampusnya. Fan mulai merasakan ada yang tidak beres didalam kabin mobil ini, pun lelaki itu mulai menatap kearah kaca spion. Dan benar saja kini Tuan Enver sedang menatapnya dengan sangat tajam sekali. Jika sudah seperti ini maka Fan tak akan berani membuka suaranya.

“Fan! Kapan kita sampai di kantor jika kau mengemudikan mobil ini seperti jalannya siput yang sedang sakit.” Sembur Tuan Enver.

“Apa? Siput yang sedang sakit! Apakah kau tidak bisa merasakan jika aku mengemudikan mobil ini mirip seperti larinya seekor kijang mengincar buruannya,” sahut Fan.

“Fan! Apakah kau sudah memiliki banyak uang sehingga berani menjawab ucapanku!” ancam Tuan Enver.

“Tidak,” jawab Fan. “Semoga saja kita tidak berakhir di pemakaman massal,” batin Fan yang kini memilih untuk menambah laju kendaraanya ini.

Kampus Dilara.

 “Bukankah kamu kemarin sudah mendengarkan kabar yang beredar di media massa?” tanya seorang gadis yang bernama Zefi-teman kampus Dilara yang begitu membenci Dilara.

“Kabar tentang apa, Zef?” tanya teman Zefi yang bernama Lia.

“Kabar jika keluarga Morgan jatuh miskin, bahkan keluarga bangkrut itu juga memiliki hutang begitu banyak pada pihak bank hingga rumahnya di sita, dan mereka otomatis menjadi gelandangan,” tutur Zefi yang kini berjalan tepat dibelakang Dilara.

Dilara mulai merasakan darahnya mendidih setelah mendengarkan hinaan dari teman satu kampus nya itu, pun Dilara langsung membalikkan tubuhnya kemudian segera memukul Zefi karena emosi.

 

 

Terpopuler

Comments

resaiza

resaiza

tuan enver berharap dilara mencium pipi nya,,

next kk

2023-02-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!