Jantung Dilara berdetak dengan sangat kencang sekali saat ia melihat ke arah dada bidang yang eksotis kini tersaji di hadapan matanya. Dilara bahkan tanpa sadar terus menatap kearah dada bidang itu yang nampak polos tanpa helai benang menutupi dada kekar lelaki di hadapannya.
Tuan Enver yang melihat ekspresi Dilara dibuat gemas setengah mati. lelaki itu pun mulai mendekatkan wajahnya ke arah Dilara dan seketika itu juga semua kesadaran Dilara seakan kembali pada tubuhnya dan membuat otak gadis itu kembali jernih.
"Ja-jangan dekat-dekat, mesum," kata Dilara sembari beranjak berdiri dari posisi duduknya.
"Yang mesum itu aku atau kau?" tanya Tuan Enver balik sembari memegangi tangan dilarang.
"Te-tentu saja kamu," jawab Dilara. "Sekarang lepaskan tanganku dan lekaslah pakai baju. Apakah kau tidak malu terlihat olehku," kata Dilara sembari melirik ke arah dada bidang Tuan Enver menggunakan ekor matanya.
Tuan Enver terkekeh geli melihat cara Dilara menatapnya. Tuan Enver pun langsung menarik tangan Dilara hingga kini gadis itu duduk di pangkuannya.
"Bukankah tadi yang menatapku dahulu adalah kau," kata Tuan Enver sembari menunjuk ke arah hidung Dilara gemas. "kau bahkan dengan terang-terangan mengagumi bentuk tubuhku yang indah ini," sambung Tuan Enver dengan kepercayaan tinggi tingkat dewa.
"Kau jangan asal bicara," sahut Dilara sembari mengalihkan pandangannya ke arah lain. "sekarang lepaskan aku dan lekas pakai bajumu itu," kata Dilara sembari mulai beranjak berdiri.
Tuan Enver yang tadinya merasa sangat lelah kini semua rasa lelah itu langsung hilang seketika saat melihat tingkah polos istri kecilnya sekarang. Dilara yang melihat lelaki itu menatapnya dengan sorot mata yang sulit untuk diartikan pun langsung merasa tidak nyaman dan ia mulai beranjak berdiri, tetapi detik yang sama Tuan Enver menarik pinggangnya hingga terduduk kembali di pangkuan lelaki itu.
"Lepaskan aku, mesum," kata Dilara untuk yang kesekian kali.
"Kalau begitu aku akan mencabut semua uang yang telah aku gunakan untuk membayar biaya kuliahmu," ancam Tuan Enver.
'Jangan sampai lelaki mesum ini menarik semua uangnya untuk membayar biaya kuliahku karena jika sampai itu terjadi maka pupuslah sudah harapanku untuk menjadi Dokter. Tak masalah sekarang dia yang membayar semuanya karena dengan perlahan tapi pasti aku akan mengembalikan semua uang yang dia pinjamkan padaku,' batin Dilara.
Dilara pun mulai mengubah wajahnya yang nampak kesal dan juga geram menjadi wajah yang sangat menggemaskan sekali. Gadis cantik itu menampakan poppy eyes yang begitu menggoda hingga membuat Tuan Enver semakin bertambah gemas dibuatnya.
"Cih, dia sangat pandai sekali mengubah ekspresi wajahnya itu," batin Tuan Enver ketika melihat wajah Dilara yang sekarang nampak menggemaskan seakan mencoba untuk merayunya untuk membatalkan ucapannya sebelumnya.
"Kalau aku tidak membatalkan membayar biaya kuliahmu maka apa yang akan kau berikan padaku?" tanya Tuan Enver.
"Tentu saja aku akan membayarnya, aku akan membayar setiap uang yang kau keluarkan untuk membiayai kehidupanku," jawab Dilara dengan tekad yang kuat terpancar dari kedua manik hazel tersebut. "tapi kau juga jangan lupa harus memotong hutang Emir setiap harinya seperti apa yang kita sepakati sebelumnya," sambung Dilara yang tidak ingin dirugikan dalam hal ini.
Sejak dari tadi Dilara terus saja bergerak ke sana kemarin membuat sesuatu yang ada di bawah sana mulai terbangun dari tidurnya.
"Lain kali jika tidur lebih baik kunci pintunya!" titah Tuan Enver sembari melepaskan dekapannya pada tubuh Dilara.
Dilara pun yang sudah merasakan jika dekapan lelaki itu mulai merenggang segera beranjak berdiri. "Baik," jawab Dilara cepat. "tidak bisa kah jika aku tinggal di kamar lain saja? Aku tidak terbiasa berbagi kamar dengan orang lain apalagi seorang lelaki," kata Dilara jujur dan apa adanya.
"Aku adalah suami kamu dan bukan orang lain jika sampai kau mengucapkan kata-kata tersebut maka aku akan memotong lidahmu itu kemudian memberikannya pada anjing peliharaanku," ancam Tuan Enver untuk menakut-nakuti Dilara.
Dilara yang mendengarkan ucapan Tuan Enver segera membekap mulutnya menggunakan kedua tangan sembari menggeleng-gelengkan kepalanya tanpa jika ia tak mau kalau sampai hal sadis itu benar terjadi, hanya dengan membayangkannya saja sudah membuat sekujur tubuh Dilara terasa begitu ngilu sekali.
Wajah Dilara nampak ketakutan sekali membuat Tuan Enver tidak tega melihatnya. Sebenarnya apa yang terjadi pada Tuan Enver? Kenapa lelaki itu tidak pernah tega melihat Dilara ketakutan ataupun disakiti oleh orang lain padahal sebelumnya Tuan Enver tidak pernah peduli apapun yang terjadi pada orang yang tidak penting baginya. Dia baru saja mengenal gadis ini dalam hitungan hari, tetapi entah kenapa sepertinya ada sesuatu yang aneh terjadi pada hatinya terutama ketika melihat istri kecilnya itu disakiti oleh orang lain.
"Aku tidak akan mengulanginya lagi," kata Dilara kemudian berlalu hendak keluar dari kamar ini.
'Aku harus cepat kabur dari tatapan srigala lapar itu,' batin Dilara yang semakin mempercepat langkahnya.
***
Dilara baru saja turun dari dalam mobil yang Fan kemudikan. Terlihatlah Sani dan juga sisi kini segera melangkah menghampirinya.
"Dilara, kau diantarkan oleh siapa?" tanya Sani yang sekarang sudah berada di samping sahabatnya itu.
"Diantarkan oleh teman papaku," jawab Dilara berdusta.
"Kenapa mobil itu masih juga belum bergerak meninggalkan kampus ini padahal kamu sudah turun sejak dari beberapa menit yang lalu?" tanya Sisi dengan manik yang masih mengamati mobil milik Tuan Enver.
Dilara segera menoleh ke arah belakang dan benar apa yang kedua sahabatnya itu bilang.
"Apakah sekarang dia sedang memperhatikanku? Sepertinya begitu," batin Dilara menjawab ucapannya sendiri.
"Ayo kita masuk ke dalam," ajak Dilara pada kedua sahabatnya.
"Dilara. Apakah kau tahu zefi dan juga Lia dikeluarkan dari kampus ini," ucap Sani.
"Apakah barusan aku tidak salah dengar? Mana mungkin zefi dan juga Lia dikeluarkan dari kampus ini sedangkan kedua orang tua mereka adalah donatur tetap di kampus kita setiap bulannya?" tanya Dilara lagi yang merasa tidak yakin dengan apa yang dia dengar.
"Kami juga berpikir begitu, tetapi rektor mengumumkannya secara langsung tepat sebelum kamu datang," timpal Sisi mengiyakan ucapan Sani sebelumnya.
"Memangnya apa yang telah mereka lakukan sehingga dikeluarkan dari kampus ini secara mendadak?" tanya Dilara merasa penasaran.
"Seperti mereka telah menyingung orang yang paling berkuasa sehingga Rektor pun memutuskan untuk mengeluarkan mereka dari kampus ini. Dan bukan hanya itu saja, kedua perusahaan orangtuanya Zefi dah juga Lia diambang kebangkrutan." Sani kembali bercerita.
"Kau tahu dari mana?" tanya Dilara.
"Memangnya apa saja yang kau lakukan semalam hingga tidak tahu!" ucap Sisi yang lebih mirip seperti suatu selidik.
Dilara kembali membayangkan dada bidang lelaki mesum itu.
"Argh! Dilara sadarkan, kenapa kau malah membayangkan dada jelek itu," kesalnya didalam hati mengumpati dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
eka agustyan
kayaknya ulahnya enver si zefi dikeluarkan,
2023-02-19
1
resaiza
next kk
2023-02-18
1