💐💐💐💐💐💐
*HAPPY READING*...
.
.
"Papa, mana mungkin Fara mau di ajak nikah dalam waktu bulan ini," Adriel kembali mengusap wajahnya dengan kasar. Sungguh permintaan sang ayah begitu menyulitkan dirinya.
"Kalau dia tidak mau, maka cari gadis lainnya. Kenapa kamu harus bingung," lelaki paruh baya itu berkata dengan entengnya. Sebab jika masalah siapa yang akan menjadi istri Adriel, dia tidak akan mau mengalah.
"Mana mungkin Adriel menawarkan diri lebih dulu, Pa. Lagian belum tentu mereka gadis baik-baik. Memangnya Papa mau memiliki menantu yang tidak tahu asal usulnya," elak Adriel mencari cara lain, berharap papanya mau membatalkan permintaan yang sangat sulit untuk Adriel penuhi.
"Kalau begitu kamu harus menerima Thalita sebagai istrimu. Sudah jelas asal-usulnya. Bahkan kalian tumbuh besar bersama," sekali lagi Tuan Marcel menekan putra semata wayangnya. Semua yang beliau lakukan saat ini adalah demi Adriel sendiri. Meskipun kesannya memaksa dan egois.
"Pa, tolong beri Adriel waktu untuk bicara sama Fara lebih dulu. Bila dia tidak mau, maka aku akan menerima perjodohan ini," putus Adriel yang tidak memiliki alasan lain. Jika Faranisa tidak mau diajak menikah bulan ini, maka Adriel hanya bisa menikahi sahabatnya sendiri.
Namun, meskipun dia berbicara seperti itu. Di dalam hatinya telah memiliki sebuah rencana. Yaitu Adriel akan meminta Thalita sendiri yang menolak perjodohan mereka. Bila gadis itu yang menolak. Tentunya Tuan Marcel tidak mungkin akan memaksa.
"Baik, Papa kasih waktu sampai besok malam. Bila dia tidak mau menikah dalam bulan ini. Maka kamu harus putus hubungan dengannya. Lalu menikah bersama Lita," seru Tuan Marcel masih memberikan Adriel kesempatan bila ingin menikah dengan pilihannya sendiri.
"Oke, Adriel setuju!" ucap Adriel langsung menyetujui.
"Lita, tolong beri Adriel waktu sampai besok malam. Bila dia tidak bisa mencari calonnya sendiri. Maka Om sangat berharap padamu, tolong terima putra Om. Hanya kamu gadis yang tulus kepadanya." kata Tuan Marcel menatap Thalita yang hanya diam saja.
"Kamu mau kan memenuhi permintaan, Om? Anggap saja permintaan dari seorang paman," ucap beliau lagi yang sekarang harus menyakinkan Thalita.
Sehingga membuat Thalita tersenyum, lalu menjawab pertanyaan beliau. "Baiklah, Om. Demi Om, Thalita akan menikah dengan Adriel.
"Dasar Burung Merak! Memangnya dia kira aku mau menikah dengannya."
"D asar Burung Merak, memangnya dia kira aku mau menikah dengannya, wanita jadi-jadian,"
Rutuk pemuda itu didalam hatinya.
"Om, kalau begitu Thalita pamit mau pulang, ya. Ini sudah malam." ucap gadis itu setelah menyakinkan Tuan Marcel, kalau dia akan menerima perjodohan tersebut.
"Iya, sayang. Adriel yang akan mengantarmu pulang," tidak bertanya pada anaknya, Tuan Marcel kembali membuat keputusan sepihak.
"Eh, tidak usah, Om! Thalita membawa mobil sendiri," gadis itu langsung menolak seraya mengelengkan kepalanya.
"Sudah tidak apa-apa! Mobil mu tinggalkan saja disini. Tidak baik anak gadis pulang sendirian, Lagian kamu kesini atas undangan dari Om. Jadi kami bertanggung jawab atas keselamatan mu. Tidak ada penolakan," tegas Tuan Marcel.
Lalu dia menatap kearah Adriel . Dari sorot matanya sudah jelas bahwa tidak ada kata penolakan lagi. "Adrie ... kamu antar Thalita pulang sampai ke rumahnya dengan selamat,"
"Agh, baiklah!" tidak ingin berdebat. Adriel langsung mengiyakan karena dia juga memiliki urusan dengan sahabatnya itu.
"Ayo, biar aku antar pulang." ajak Adriel sudah berdiri dan menjangkau kunci mobilnya yang berada diatas meja kaca dihadapan mereka.
Keputusan Adriel yang langsung ingin mengantarnya pulang. Membuat Thalita menatapnya penuh selidik. "Kamu tulus apa nggak nih, mau ngantar aku pulang? Aku curiga kamu memiliki niat terselubung," tanya Thalita sebelum dia mengaduh kesakitan.
Peletak ...
"Auuh!" jerit gadis itu kesakitan sambil mengelus keningnya yang disentil oleh Adriel.
"kamu tuh suudzon aja jadi cewe," kata Adriel tanpa merasa bersalah.
"Kacang panjang! Awas kamu, ya." Thalita mengepalkan tangannya sebatas dada, lalu di turunkan lagi. Bila tidak ada Tuan Marcel, maka Thalita akan membalas perbuatan Adriel padanya.
"Apa Burung Merak!" ejek Adriel tergelak melihat muka Thalita yang memerah menahan kesal.
"Sudah, sudah! Kalian ini selalu saja bertengkar." kata Tuan Marcel memisahkan perdebatan antara dua sahabat, yang tidak pernah ada habisnya.
"Thalita,pulanglah bersama Adriel, bila dia berbuat sesuatu padamu nanti. Katakan pada Om"
"Eum, iya Om. Kalau begitu Thalita pulang dulu, ya. Om langsung istirahat juga. Thalita tidak mau Om sampai kenapa-napa," ucap tulus Thalita karena dia memang menyanyangi Tuan Marcel seperti pamannya sendiri.
"Jadi mau di antar pulang, atau nggak nih? Kalau tidak jadi, aku mau tidur,"
"Ya, jadilah! Ayo berangkat sekarang." sahut Thalita sudah berjalan mengikuti Adriel dari belakang.
Tiba di garasi mobil.
Braaak ...
Begitu sudah masuk kedalam mobil. Adriel langsung menutup pintunya cukup keras, karena memang seperti itulah kebiasaan pemuda itu. "Kenapa menatap ku?" tanya Adriel setelah sadar kalau Thalita menatapnya dengan tajam.
"Bisa nggak sih, rubah kebiasaan kamu itu?" menatap kesal karena kaget saat Adriel membanting pintu mobil tersebut. "Jika hanya dirimu sendiri tidak masalah. Tapi ini membawa aku," kembali menggerutu sambil memasang salt belt pada tubuhnya.
"Kenapa? Kamu kaget! Ha ... ha ... belum juga tua, sudah kagetan." tertawa sebentar, lalu langsung berhenti. "Sudahlah, aku lagi malas tertawa." padahal tidak ada yang menyuruh ataupun melarangnya bila ingin tertawa.
"Lita, mau jalan-jalan nggak?" tawar Adriel sudah mulai menjalankan kendaraan mewahnya. "Kalau mau jalan-jalan, aku akan menemanimu." sambil membawa mobilnya, Adriel sibuk berpikir bagaimana caranya agar Thalita mau menolak perjodohan mereka.
"Tidak, aku hanya ingin pulang dan istirahat di Rumah " tolak Thalita sambil memperbaiki duduknya.
Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi. Keduanya hanya diam dengan pikirannya masing-masing. Sampai pada saat Adriel membelokkan kendaraan tersebut kearah taman ibu kota.
Perjalanan dari kediaman keluarga Adriel ke rumah Thalita, hanya dua puluh menit kurang lebih. Sekarang mereka baru jalan sekitar sepuluh menit perjalanan.
"Adriel, mau ngapain kita ke sini?" melihat keluar karena pemuda itu mematikan mesin mobilnya.
"Sudah ayo turun saja!" ajak Adriel langsung turun lebih dulu, lalu dia berjalan mengitari mobil tersebut untuk membukakan pintu mobil sebelahnya. Agar gadis yang bersamanya mau ikut turun.
"Ayo!" mengulurkan tangan membantu Thalita turun dari mobil, karena sudah biasa sifat Adriel memang suka berubah-ubah.
Tidak berpikir lagi, gadis itupun menerima uluran tangan tersebut. Lalu mereka berdua berjalan ke arah bangku yang tidak terlalu jauh dari sana. Entah sadar atau tidak, keduanya berjalan sambil bergandengan tangan.
"Apa kamu ingin minuman atau yang lainya?" tanya Adriel setelah gadis itu duduk. Ah pemuda ini! tidak tahu apa, kalau perbuatannya membuat jantung Thalita berdebar-debar tidak karuan.
"Eum, tidak! duduk saja. Apa yang ingin kamu sampaikan?" dari kecil tumbuh besar bersama, membuat Thalita tahu sifat Adriel.
"Baiklah!" sahut Adriel singkat, sebelum mulai menyampaikan maksud dan tujuannya mengajak Thalita berhenti di sana.
"Lita, kamu tahu kan kalau aku sudah memiliki kekasih dan sangat mencintainya?" menanyakan hal yang tidak perlu dibicarakan.
"Lalu hubungannya denganku apa?" Thalita merasakan nyeri dihatinya. Namun, dia berusaha agar terlihat biasa-biasa saja karena sudah sering mendengar Adriel mengatakan kalau dia sangat mencintai kekasihnya.
"Hubungannya dengan mu, bila Fara belum siap diajak menikah dalam bulan ini. Tolong jangan menerima perjodohan kita. Hanya kamu yang bisa menolaknya." Adriel menghentikan ceritanya sebentar sambil melihat reaksi sang sahabat. Lalu kembali lagi berbicaranya.
"Aku tidak mungkin menolak permintaan papa. Kamu tahu sendiri kalau papa adalah segalanya bagiku. Mana mungkin aku bisa menolaknya." pinta pemuda itu dengan sangat.
"Adriel ... jika kamu tidak bisa menolaknya, apalagi aku. Mana mungkin aku menolak permintaan Om Marcel. Meskipun aku bukan siapa-siapanya. Tapi Om sudah ku anggap seperti pamanku sendiri." Thalita langsung menolak secara tidak langsung.
"Thalita,, aku tidak mencintaimu. Mana mungkin kita bisa hidup bersama." jujur Adriel karena saat ini mereka benar-benar sedang serius.
Sebelum kembali menjawab ucapan sahabatnya. Thalita sedikit menyugikkan senyum. "Soal cinta atau tidak cintanya, kamu tidak perlu khawatir, karena setelah kita menikah, aku yakin kalau dirimu pasti akan mencintai ku." berkata penuh kepercayaan karena Thalita sendiri sudah sejak lama mencintai Adriel. Jadi menurut gadis itu, mana mungkin Adriel tidak memiliki sedikit saja perasaan padanya.
*BERSAMBUNG*...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
takut nya cinta Thalita bertepuk sebelah tangan
2024-07-05
0
Nasira✰͜͡ᴠ᭄
huwaaa nikah nga tu cinta akan datang sendiri ya ta perlu dipngil🤭🤣
2023-02-13
0