Penolakan Adriel.

💐💐💐💐💐💐

.

.

.

Melihat ketakutan di wajah Thalita membuat Tuan Marcel tersenyum lalu berkata. "Sudah jangan takut seperti ini. Om percaya kalau kamu tidak mungkin menggoda Adriel lebih dulu." ucapannya, menyentuh pundak Thalita untuk menenangkan gadis tersebut.

"Apa papa mau bilang jika Adriel yang menggodanya." protes Adriel tidak mau disudutkan, karena sudah jelas Thalita yang tiba-tiba berada di atas tubuhnya.

"Papa tidak menuduh, cuma Papa lebih percaya pada Thalita. Sudah cepat mandi, Papa dan Thalita akan menunggu di bawah," jawab Tuan Marcel hanya tersenyum karena dia sangat senang melihat Adriel dan Thalita bisa lebih dekat lagi

"Lita, ayo kita turun, biarkan Adriel membersihkan dirinya," ajak beliau yang diiyakan oleh Thalita.

"Burung Merak, awas kamu, ya." Adriel tersenyum penuh arti karena dia ingin membalas perbuatan Thalita.

Namun, setelah itu dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Sebab tidak ingin membuat sang papa menunggu terlalu lama.

Hanya lima belas menit setelahnya. Adriel sudah keluar dengan keadaan lebih segar. Rambutnya yang basah, membuat tampilan pemuda umur dua puluh tiga tahun itu semakin tampan. Dia sengaja tidak mengelap kering rambutnya karena itulah keanehan CEO perusahaan Afkar group.

Kebiasaan Adriel hanya Thalita yang mengetahuinya, karena gadis itu sering melihat Adriel dengan tampilan rambut basahnya. Jadi tidak heran bila Thalita jatuh cinta pada sahabatnya sendiri.

Tap ...

Tap ...

Suara langkah kaki si tampan Adriel berjalan mendekati meja makan. Malam ini dia hanya memakai celana jeans pendek dan atasannya baju kaos lengan pendek juga yang berwarna putih.

"Maaf, sudah membuat Papa menunggu cukup lama." ucap Adriel meminta maaf.

Tidak memiliki ibu semenjak kecil, membuat pemuda itu menjadikan papa adalah seseorang paling berharga dalam hidupnya.

"Sudah, tidak perlu di bahas! Sekarang ayo kita makan." jawab Tuan Marcel tersenyum kecil, yang sudah biasa menunggu putranya di meja makan.

Di rumah itu hanya ada Adriel dan papanya, karena asisten rumah tangga dan tukang kebun suaminya tunggal dibelakang. Ada rumah minimalis kecil, agar nyaman buat Tuan Marcel. Sebab beliau seorang duda, bukan tidak mungkin bila pembantunya orang jahat, malah mengambil kesempatan.

Walaupun pembantu mereka tidak seperti itu. Akan tetapi mencegah lebih baik, daripada mengobati.

Tidak banyak bicara, mereka bertiga pun makan dengan diam yang terdengar hanya dentingan sendok dan piring, karena di keluarga Afkar dilarang mengobrol bila belum selesai mengisi perutnya masing-masing. Setiap ada yang ingin dibicarakan, maka akan disampaikan diruang keluarga.

Sambil menikmati makanan masing-masing. Adriel dan Thalita saling mencuri-curi pandang. Namun, bila pandangan mata mereka bertemu. Kedua-duanya langsung membuang muka. Hal itu pun di ketahui oleh Tuan Marcel. Sehingga membuat beliau tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

Lima belas menit kemudian. Mereka semua sudah selesai menghabiskan santapan, makan malam spesial yang diatur sempurna oleh Tuan Marcel sendiri. Sebab selain dirinya siapa yang akan melakukannya.

"Papa duluan saja ke depan, Thalita ingin membantu Bibi membereskan ini." kata gadis itu mengumpulkan piring bekas mereka. Dia sebagi perempuan merasa tidak pantas bila hanya menumpang makan.

"Sudah biarkan saja mereka membereskannya. Lebih baik cuci tangan mu dan ikut Om dan Adriel ke ruang keluarga." cegah Tuan Marcel sudah tidak sabar ingin mengatakan permintaannya pada Adriel dan Thalita.

"Tapi---"

"Dengarkan saja ucapan Papa, kamu ini pembangkang sekali. Disini banyak para pelayan, jadi tidak usah repot-repot " Adriel berdiri dari tempat duduknya dan pergi ke depan lebih dulu.

"Aiiish, anak itu suka sekali bicara sembarangan." seru Tuan Marcel mengelengkan kepalanya. Lalu dia menoleh kearah Thalita dan berkata.

"Lita, cuci tangan mu, kita kembali ke depan sekarang, karena ada hal penting yang ingin Om sampaikan pada kalian berdua." lanjut beliau lagi.

Thalita akhirnya mengangguk dan mencuci tangannya di wastafel. Sedangkan Tuan Marcel berjalan ke depan lebih dulu, menyusul putranya.

"Ada apa-apa, ya? Tumben sekali Nenek seperti ini, tidak langsung mengatakan ada masalah apa." Feli bertanya pada dirinya sendiri sambil mengelap kering tangannya.

"Ada apa ya, tumben sekali Om Marcel seperti ini tidak melangsung mengatakan ada masalah apa. Apakah aku sudah melakukan kesalahan?"

Tidak ingin menduga-duga. Gadis itu pun menyusul ke depan karena dia juga sudah penasaran.

"Lita, ayo duduk!" melihat kedatangan Thalita sudah datang. Tuan Marcel langsung menyuruh Thalita duduk dihadapan dia dan putranya.

"I--iya, Om. Eum sebetulnya ada masalah apa? Om membuat Thalita takut." tanya gadis itu duduk dengan gelisah.

"Adriel, Lita. Kalian berdua tahu sendiri kan kalau Papa sudah tua. Entah kapan Tuhan menjemput Papa karena umur tidak ada yang tahu. Sama halnya seperti kedua orang tua kalian. Mereka masih muda, tapi sudah pergi lebih dulu dari orang tua lainya." setelah mengatakan itu, terlihat raut muka beliau langsung meredup. Lalu dia menarik nafas panjang sebelum melanjutkan lagi.

"Di sisa umur yang Papa miliki, Papa ingin melihat kalian berdua menikah. Agar Papa bisa tenang meninggalkan kalian berdua," ucap beliau sebelum menyampaikan maksudnya.

"Om tidak boleh berbicara seperti itu." seru Adrie dan Thalita secara bersamaan. Sehingga membuat wanita paruh baya itu menyugikkan senyumannya. Namun, tidak bisa dilihat oleh dua anak muda dihadapan yang sama-sama masuk kedalam jebakan rencana Tuan Marcel.

"Papa jangan bicara seperti itu, siapa yang akan menemani Adrie bila Papa juga pergi seperti mama," seru Adriel merasa bersedih bila mengigat kepergian sang mama yang tidak mungkin bisa kembali lagi sampai kapanpun.

Sebab Adriel memang sangat takut bila Tuan Marcel meninggalkan dirinya.

"Kalau begitu menikahlah! Papa akan tenang bila kamu sudah menikah, Nak" ucap Tuan Marcel dengan penuh permohonan.

"Pa, Adriel sudah mau menikah, tapi Fara yang belum bisa, karena dia masih terikat kontrak, dengan perkejaan nya," jawab Adriel tidak menolak dengan keinginan sang papa

"Papa tidak menyuruhmu menikah dengannya," imbuh Tuan Marcel memperbaiki duduknya dengan tegap. Menandakan kalau saat ini dia sedang serius.

"Lalu dengan siapa?" tanya Adriel dan Thalita serempak. Lalu mereka berdua kembali saling pandang.

"Adriel, Papa ingin kamu menikahi Thalita," jawab pria paruh baya itu dengan mantap. Sudah lama beliau ingin menjodohkan putranya dengan gadis yang dia sayangi seperti anaknya sendiri. Namun, karena Adriel sudah memiliki kekasih. Membuat dia mengurungkan niatnya.

"Apa! Menikahi burung Merak?" seru Adriel langsung berdiri sambil menatap bengis pada Thalita. Padahal sahabatnya itu tidak tahu apa-apa. Thalita tersebut sama kagetnya, dia memang menyukai Adriel sejak lama. Tapi tidak pernah terpikirkan olehnya kalau mereka berdua menikah karena perjodohan.

"Adriel, duduk! Papa belum selesai bicara," sentak Tuan Marcel tidak suka Adriel menatap Thalita seperti seorang musuh.

"Pa, Papa lagi baik-baik saja, 'kan? Bagaimana mungkin Papa bisa menyuruhku menikahi Burung Merak. Adriel sudah memiliki kekasih, Pa," tanya Adriel kembali duduk. Namun, dia tidak setenang tadi, Adriel mulai menatap Thalita seperti musuhnya.

makanya dengarkan dulu Papa selesai berbicara," kata Tuan Marcel. "Jika kamu tidak mau menikah dengan Thalita, maka menikahlah dengan kekasihmu. Tapi... Papa ingin dalam bulan ini,"

"Pa----"

"Dia tidak bisa menikah denganmu karena masih terikat pekerjaan? Itu yang ingin kamu katakan? Papa sudah muak mendengar alasannya, Adriel." sela pria paruh baya itu yang tidak pernah sampai membentak putranya. Dia begitu memanjakan Adriel, karena hanya putranya yang ia miliki.

"Dengan harta keluarga Afkar, dia tidak perlu menjajakan tubuhnya, hanya untuk mendapatkan uang. Cukup duduk manis semua yang dia inginkan akan terpenuhi. Menjadi istrimu dia tidak akan menjadi miskin. Tapi kenapa dia tidak mau." akhirnya malam ini Tuan Marcel mengatakan juga apa yang sudah ditahannya selama ini.

"Pa, itu pekerjaannya! Adriel tidak bisa memaksa Fara untuk segera menikah. Dia sudah bersusah payah mengejar masa depannya sehingga bisa berhasil seperti saat ini." bela Adriel untuk kekasihnya, yang saat ini sedang bersenang-senang.

"Apakah kamu bukan masa depannya? Ck, kamu sudah dibodohi, Nak." decak Tuan Marcel, yang terus berdebat karena Adriel tidak setuju dengan gadis secantik dan sebaik Thalita.

"Om Marcel, Adriel. Jangan bertengkar seperti ini. Nanti penyakit Om bisa kambuh," ucap Thalita yang dari tadi hanya diam saja menyaksikan perdebatan Tuan Marcel dan Adriel.

"Biarkan penyakit Om kambuh, lebih bagusnya lagi Om langsung mati, agar Adriel bisa bebas seperti keinginannya,"

"Papa! Oh ya Tuhan! Papa kenapa seperti ini," Pemuda itu mengusap wajahnya kasar.

"Dari dulu Papa tidak pernah meminta apapun padamu. Jadi tolong penuhi permintaan pertama dan terakhir Papa mu ini, Nak. Menikahlah dengan Thalita, Papa mohon!" demi kebaikan putranya, Tuan Marcel sampai mengatupkan kedua tangannya di depan dada.

"Pa, Papa ingin Adriel menikahi Thalita, tapi belum tentu dia mau menikah dengan ku," ujar Adriel mulai melunak, mana mungkin dia membiarkan papanya memohon seperti saat sekarang ini. Apalagi Adriel mengira kalau Thalita akan menolak perjodohan tersebut.

"Soal itu kamu tidak perlu khawatir. Thalita pasti mau memenuhi permintaan terakhir Papa." ucap beliau, sebelum bertanya pada orang yang akan dia jadikan menantunya.

"Lita, kamu mau kan memenuhi permintaan terakhir Om?" bertanya penuh harap.

"Ta--tapi, Om. Adriel sudah memiliki kekasih. Lagian dia juga tidak mencintai ku," jawab Thalita bingung untuk menolak ataupun buat menerimanya.

Tuan Marcel yang tadi menampilkan wajah sedih langsung tersenyum seketika. "Kamu sudah tahu sendiri jawabannya, Nak. Jika soal cinta, kamu tidak perlu khawatir. Dalam satu bulan, Om sangat yakin jika Adriel pasti akan mencintai kamu,"

"Tidak, tidak! Adriel tidak mau menikah dengan Thalita, Pa." tolak Adriel tanpa berpikir lagi. Dia benar-benar tidak menyangka kalau Thalita akan menjawab seperti itu.

"Jika kamu tidak mau, Papa juga tidak akan memaksa. Tapi bawa Faranisa ataupun gadis lain yang siap menikah dengan mu dalam bulan ini," tekan Tuan Marcel yang tau kalau putranya tidak akan bisa menolak perjodohan tersebut.

BERSAMBUNG ...

.

.

.

Terima kasih buat kalian pembaca setia Mak Author. Jangan lupa buat selalu memberi dukungannya, ya☺️

Like.

Vote.

Komen.

Subscriber.

Hadiah dan bintang lima nya. Terima kasih, peluk jauh dari Mak Author remahan reginang.😘😘😘

Terpopuler

Comments

Jumiah

Jumiah

iya jangan mau tallia ...ntti kmu skit hati...

2023-05-06

0

Nasira

Nasira

kawin enk Lo🤭🤣🤣🤣🤧

2023-02-13

1

Nasira

Nasira

yeee nikah ko ditolak 🤣🤣🤣

2023-02-13

1

lihat semua
Episodes
1 Rencana Tuan Marcel.
2 Entah Siapa Yang Menang.
3 Memiliki Rasa Ini.
4 Penolakan Adriel.
5 Hanya Memiliki Papa.
6 Memberi Kesempatan.
7 Semoga Bahagia.
8 Siap Menjadi Wasit. ( Riko )
9 Sama-sama Menjengkelkan.
10 Menguatkan Diri Sendiri.
11 Sakit Hati Di Tinggal Pergi.
12 Hampir Di Jahit Dua Kali.
13 Panas Sendiri. ( Adriel )
14 Benar-benar Egois.
15 Kenapa Sakit Sekali.
16 Tidak Cukup Waktu Satu Hari.
17 Tunggu Lima Menit.
18 Terpaksa Berbohong.
19 Saling Diam.
20 Seperti Gadis Tangguh.
21 Nasehat Dari Sahabat.
22 Sama-sama Merasakan Sakit.
23 Malam Pertama Penderitaan Mu.
24 Tidak Mungkin Mundur.
25 Meminta Bukti ( Faranisa )
26 Tidak Normal.
27 Terjebak Pada Ucapan Sendiri.
28 Tidak Akan Menyentuh Mu.
29 Penolakan Adriel.
30 Akan Berhenti.
31 Promo Novel Baru.
32 Lakukanlah Sesukamu.
33 Tidak Ada Alasan.
34 Untung, Ketika Ada Masalah.
35 Kehilangan Pekerjaan.
36 Dilema Faranisa.
37 Lele Tua.
38 Berhentilah, Menyakitiku.
39 Hitam - Putih.
40 Rencana Apa?
41 Berangkat Bersama.
42 Ayo Kita Menikah. ( Fara )
43 Ingin Ikut Ke Perusahaan.
44 Ingin Menjadi Nyonya Afkar. ( Faranisa )
45 Ingin Menjatuhkan.
46 Saling Menyalahkan.
47 Bersikap Profesional.
48 Tinggal Satu Rumah.
49 Tidak Ada Bedanya.
50 Lakukanlah!
51 Tidak Perlu Merubah Apapun.
52 Janji Thalita.
53 Istri Sah VS Kekasih.
54 Tidak Bisa Menghargai.
55 Butuh Waktu Untuk Sendiri.
56 Menyerah.
57 Keputusanku. ( Thalita )
58 Bagai Mengenggam Kaca.
59 Aku Sudah Menyerah.
60 Akan Menjadi Kenangan. ( Thalita )
61 Selamat Tinggal Kenangan.
62 Janda Cantik.
63 Welcome Kehidupan Baruku. (Thalita )
64 Tidak Ingin Berpisah ( Adriel )
65 Berita Televisi.
66 Berstatus Janda.
67 Sangat baik.
68 Begitu Berharga.
69 Persimpangan Jalan.
70 Seperti Cicak Di Dinding.
71 Bekas Siapa? ( Adriel )
72 Lamaran Dokter Reza.
73 Janda, Tapi Perawan.
74 Merasa Tertantang. ( Thalita )
75 Mahligai Cinta Yang Tergoyah.
76 Hati, Yang Kau Sakiti.
77 Pengumuman Novel Baru.
78 Do'a Restu, Dari Tuan Marcel.
79 Barang Bekas, Tapi Berharga.
80 Aku Menerima Dirimu, Apa Adanya.
81 Aku Mencintaimu ( Thalita )
82 Apakah Harus Melepaskannya?
83 Menjaga Hati.
84 Harus Menikahinya.
85 Tempat Sampah.
86 Menerima Apa, Adanya.
87 Mantan Terburuk.
88 Promo Novel Baru.
89 Pengumuman.
90 Promo novel Ongoing.
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Rencana Tuan Marcel.
2
Entah Siapa Yang Menang.
3
Memiliki Rasa Ini.
4
Penolakan Adriel.
5
Hanya Memiliki Papa.
6
Memberi Kesempatan.
7
Semoga Bahagia.
8
Siap Menjadi Wasit. ( Riko )
9
Sama-sama Menjengkelkan.
10
Menguatkan Diri Sendiri.
11
Sakit Hati Di Tinggal Pergi.
12
Hampir Di Jahit Dua Kali.
13
Panas Sendiri. ( Adriel )
14
Benar-benar Egois.
15
Kenapa Sakit Sekali.
16
Tidak Cukup Waktu Satu Hari.
17
Tunggu Lima Menit.
18
Terpaksa Berbohong.
19
Saling Diam.
20
Seperti Gadis Tangguh.
21
Nasehat Dari Sahabat.
22
Sama-sama Merasakan Sakit.
23
Malam Pertama Penderitaan Mu.
24
Tidak Mungkin Mundur.
25
Meminta Bukti ( Faranisa )
26
Tidak Normal.
27
Terjebak Pada Ucapan Sendiri.
28
Tidak Akan Menyentuh Mu.
29
Penolakan Adriel.
30
Akan Berhenti.
31
Promo Novel Baru.
32
Lakukanlah Sesukamu.
33
Tidak Ada Alasan.
34
Untung, Ketika Ada Masalah.
35
Kehilangan Pekerjaan.
36
Dilema Faranisa.
37
Lele Tua.
38
Berhentilah, Menyakitiku.
39
Hitam - Putih.
40
Rencana Apa?
41
Berangkat Bersama.
42
Ayo Kita Menikah. ( Fara )
43
Ingin Ikut Ke Perusahaan.
44
Ingin Menjadi Nyonya Afkar. ( Faranisa )
45
Ingin Menjatuhkan.
46
Saling Menyalahkan.
47
Bersikap Profesional.
48
Tinggal Satu Rumah.
49
Tidak Ada Bedanya.
50
Lakukanlah!
51
Tidak Perlu Merubah Apapun.
52
Janji Thalita.
53
Istri Sah VS Kekasih.
54
Tidak Bisa Menghargai.
55
Butuh Waktu Untuk Sendiri.
56
Menyerah.
57
Keputusanku. ( Thalita )
58
Bagai Mengenggam Kaca.
59
Aku Sudah Menyerah.
60
Akan Menjadi Kenangan. ( Thalita )
61
Selamat Tinggal Kenangan.
62
Janda Cantik.
63
Welcome Kehidupan Baruku. (Thalita )
64
Tidak Ingin Berpisah ( Adriel )
65
Berita Televisi.
66
Berstatus Janda.
67
Sangat baik.
68
Begitu Berharga.
69
Persimpangan Jalan.
70
Seperti Cicak Di Dinding.
71
Bekas Siapa? ( Adriel )
72
Lamaran Dokter Reza.
73
Janda, Tapi Perawan.
74
Merasa Tertantang. ( Thalita )
75
Mahligai Cinta Yang Tergoyah.
76
Hati, Yang Kau Sakiti.
77
Pengumuman Novel Baru.
78
Do'a Restu, Dari Tuan Marcel.
79
Barang Bekas, Tapi Berharga.
80
Aku Menerima Dirimu, Apa Adanya.
81
Aku Mencintaimu ( Thalita )
82
Apakah Harus Melepaskannya?
83
Menjaga Hati.
84
Harus Menikahinya.
85
Tempat Sampah.
86
Menerima Apa, Adanya.
87
Mantan Terburuk.
88
Promo Novel Baru.
89
Pengumuman.
90
Promo novel Ongoing.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!