Pagi Pertama

Semalam sesuai permintaan Adam, Ayesha meminat tangan dan punggung Adam hingga pria menyebalkan berlabel suami Ayesha tertidur.

Ayesha yang merasakan tubuhnya remuk dan letih memilih memposisikan diri senyaman mungkin disofa kamar tersebut.

Nyatanya keduanya tidur nyenyak ditempat masing-masing.

Pagi menjelang, meski dalam kamar mewah, Ayesha tak lupa bangun pagi menunaikan 2 rakaat sebelum ia bersih-bersih, mandi dan bersiap.

Ya, Ayesha akan meminta pulang hari ini. Terserah jika Adam masih betah pikirnya.

Adam mengejapkan mata, masih menyipit, mengumpulkan nyawa, memulihkan kesadaran sambil menyisir sudut kamar tak menemukan keberadaan istrinya.

Sambil menajamkan telinga, suara gemericik air terdengar membuat Adam tahu dimana keberadaan sang istri.

"Bapak sudah bangun?" Ayesha yang masih mengenakan bathrobe dengan rambut digulung handuk saat keluar kamar mandi.

Bukannya menyahut Adam malah menatap tanpa kedip melihat Ayesha dalam balutan bathrobe seakan terlihat seksi menurutnya.

"Bapak!" Teriakan Ayesha menyadarkan Adam dari pikirannya yang sempat traveling.

"Kenapa sih seneng banget teriak, memang ini hutan!" Adam kesal karena saat bersamanya Ayesha tak pernah bersikap manis.

"Ya Bapak, malah bengong. Bapak kesambet memang?" Ayesha mengambil pakaian dan kembali ke kamar mandi berganti baju.

Setelah Ayesha keluar dengan pakaiannya kini ia melihat Ayesha yang sedang mengeringkan rambut.

Entah. Perasaan macam apa yang Adam rasakan.

Meski bibirnya berkata tidak tapi raga dan hatinya berdesir manakala memandang Ayesha.

"Ga beres!"

Nyatanya gumaman Adam terdengar Ayesha.

"Kenapa Pak?" Ayesha memalingkan wajahnya kini menatap Adam.

"Cepat, lama banget ngeringin rambut aja. Bantu Saya juga mau mandi."

Adam mengalihkan dengan kata-kata tajam sukses membuat Ayesha kembali kesal maksimal.

Tanpa banyak babibubebo Ayesha membantu Adam hingga kini keduanya siap menuju resto hotel menikmati sarapan pertama sebagai suami istri.

"Bapak mau makan apa?" Ayesha bertanya sebelum ia memesan makanan.

"Kopi saja." Adam dengan singkat masih sibuk dengan ponsel.

"Pak, sarapan bergizi itu penting. Saya pesankan omelet dan buah sekalian ya. Bapak tuh harus banyak makanan bergizi. Biar cepat sehat." Ayesha yang kini memanggil waitress dan menyebutkan menu yang mereka pesan.

"Bawel! Sok tahu Kamu!" Adam kesal dengan Ayesha yang menasehatinya.

Keduanya kini menikmati sarapan tanpa berbincang apapun.

"Pak, Saya hari ini mau balik. Oh ya, Saya mau izin pulang kerumah Saya. Sudah lama Saya tidak menengok rumah Saya."

"Ehm!" singkat Adam menjawab.

"Tumben gampang, ga pake drama!" batin Ayesha.

Setelah mereka check out Ayesha yang diantar Adam dengan sopir menuju rumah lama Ayesha bersama Ayah Ridwan kini sudah sampai.

Ayesha hendak keluar mobil dan pamit pada Adam.

Namun Ayesha heran mengapa Sopir membantu Adam ikut keluar mobil.

"Bapak mau ngapain?" Ayesha heran melihat Adam meminta Sopir membawanya masuk ke rumah Ayesha.

"Ya, Saya mau mampir. Ini kan rumah Ayah mertua Saya. Apa salahnya Saya datang." Adam meminta Sopir meletakkan tas mereka di kursi.

"Pak Saya akan datang lagi saat Pak Adam membutuhkan. Saya permisi." pamit Sopir Adam.

"Lah Bapak, ga ikut pulang? Terus siapa yang jemput Bapak pulang kerumah, malah Sopir disuruh pulang. Saya ga mau nganter Bapak."

"Siapa bilang Saya mau pulang. Saya mau menginap disini. Ga Boleh?" Adam malah menjalankan kursi rodanya mengelilingi rumah sederhana milik Ayesha.

"Bapak mau tidur dimana?" Ayesha tentu malah sekamar dengan Adam.

Kalaupun di Mansion Ayesha terpaksa karena ada Mom Hawa tentu mereka terpaksa harus selalu bersama.

"Loh, Kita tidur saja bersama." Adam menjawab enteng.

"Ga mau. Nanti di Mansion Saya sudah terpaksa sekamar sama Bapak. Tapi disini rumah Saya, Saya ga mau sekamar sama Bapak." Ayesha jelas menolak.

Kamar Adam berbeda dengan kamar Ayesha.

Di kamar Adam ia masih bisa tidur di sofa yang tersedia dikamar itu.

Sedangkan kamar dirumah Ayesha hanya ada ranjang berukuran kecil.

"Ya sudah. Di rumah ini ada 2 kamar kan? Ya kalau begitu Aku bisa menempati salah satunya." Adam enak saja mengambil keputusan.

"Ya tapi kan kamar disini cuma ada kamar Ayah dan kamar Saya." Ayesha tak rela rasanya Adam menginap dirumahnya.

"Ya Aku kan bisa tidur di kamar Ayahmu." kembali Adam seenak jidat memutuskan seakan ini rumahnya.

"Tapi di rumah ini tidak ada AC, dan kamar mandi cuma 1. Bapak lebih baik pulang saja. Pasti tidak nyaman. Saya telpon Sopir atau Rian ya untuk jemput Bapak."

Ayesha mencari segenap cara agar Adam tak menginap dirumahnya.

"Kamu ini pelit sekali, Aku malam ini mau menginap disini. Titik. Ga usah bantah!" Adam malah kini mengarah ke salah satu pintu kamar yang polos sedangkan kamar satunya terlihat aksen kamar perempuan.

Adam menduga kamar sebelahnya adalah kamar Ayesha.

"Dasar tukang maksa!" gumam Ayesha yang masih terdengar Adam.

Ayesha membuka kamar sang Ayah.

Sejenak Ayesha tertegun. Melihat figura dirinya bersama Ayah Ridwan masih terpasang di nakas sudut kamar.

Ayesha menyusut air matanya sebelum hampir menetes.

"Bapak boleh tidur dikamar ini, tapi jangan sentuh barang-barang Ayah."

"Kamu selalu saja curiga! Aku ga akan sentuh barang-barang Ayahmu. Dasar pelit!" Adam mendumel melihat mata Ayesha sudah melotot sempurna.

Ayesha membawa tas milik Adam ke kamar Ayah Ridwan.

"Kamu mau kemana?" Adam melihat Ayesha berlalu dari kamar.

"Saya mau keluar sebentar."

"Mau kemana?"

"Ke warung."

"Warung?"

"Susah kalo ngomong sama Sultan!"

Ayesha meninggalkan Adam dengan wajah bingungnya.

Sepeninggal Ayesha, Adam menyusuri kamar Ayah mertuanya.

Adam mengambil figura Ayah Ridwan dengan Ayesha.

"Bapak, Bapak orang seperti apa? Sepertinya Bapak sangat menyayangi Ayesha?" Adam menghela nafas kemudian meletakkan kembali figura ke tempat asalnya.

Adam menjelajahi rumah sederhana yang tampak sempit melihat seperti apa tempat tinggal Ayesha.

Adam melihat figura saat Ayesha wisuda didampingi oleh Ayah Ridwan.

"Manis juga kalo senyum begini!" Adam melihat beberapa figura yang terpajang di ruang tamu rumah Ayesha.

Kedatangan Ayesha membuat Adam kembali memasang wajah datarnya.

Melihat Ayesha dengan kantong kresek plastik menarik perhatian Adam.

"Kamu belanja?"

"Saya ga punya bahan makanan apapun dirumah."

Ayesha bergegas ke dapur sederhananya.

Adam tertarik mengikuti Ayesha ke dapur.

"Kamu mau masak?" Adam melihat Ayesha yang sedang mengeluarkan belanjaannya disana terlihat sayuran dan beberapa belanjaan lainnya.

"Mau main golf! Ya mau masak Pak Adam yang terhormat!"

Tanpa melihat kearah suaminya Ayesha cekatan menyiangi sayuran yang ia beli.

"Garing! Memang Kamu bisa masak? Aku ga mau keracunan makan masakanmu!" Adam meragukan.

"Terserah! Kalo takut mati ga usah makan masakan Saya!" Ayesha mengerucutkan mulutkan sambil misuh-misuh dengan ledekan Adam.

Sementara Adam tak sabar mau mencicipi hasil masakan Ayesha.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

LAMA2 PASTI LO YG BUCIN DAM, JGN SOK JA'IM2 LOO

2023-12-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!