Kembali

Seminggu sudah Ayesha kehilangan Ayah Ridwan.

Bohong jika Ayesha mengatakan ia baik-baik saja.

Rasanya langkah masih mengawang seakan kehadiran Ayah Ridwan masih terasa disisinya meski raga tak lagi nyata di hadapan mata Ayesha.

"Ayah," lirih Ayesha sambil memejamkan mata menatap layar ponsel gambar dirinya dengan Ayah Ridwan saat wisuda beberapa waktu lalu.

Saat Ayesha datang ke kantor, teman-teman turut mengucapkan bela sungkawa.

Ayesha merasa sedih teringat akan kepergian Ayah Ridwan yang masih terasa bagai mimpi.

Namun hidup harus tetap berjalan, terlebih ia kini hanya seoranh diri.

Ayesha harus tetap berdiri diatas kedua kakinya melanjutkan hidup meski hatinya terasa hampa.

Ayesha juga mendengar bahwa sang CEO saat ini tengah dirawat di RS.

Hingga kini Ayesha belum bertemu langsung dengan atasannya itu.

Sementara di RS Tiara Medika, 

Adam bersama Mom Hawa kini telah mendengarkan penjelasan Dokter terkait kondisi Adam.

Adam sudah diperbolehkan pulang namun masih tetap harus melakukan terapi guna upaya kesembuhannya.

Adam tak bergeming.

Adam masih dengan kekalutan dan amarahnya.

Adam masih belum bisa terima dengan apa yang menimpa dirinya kini.

Pria gagah, kaya raya, CEO perusahaan besar kini lumpuh dan bergantung dengan kursi roda.

Rian membantu mendorong kursi roda Adam saat turun dari mobil dan memasuki kediaman Adam.

Mom Hawa memang sebelum ya sudah mengampaikan kepada seluruh pegawai dirumah mereka agar tak ada yang bertanya soal kondisi Adam saat ini.

Mom Hawa tahu kondisi mental Adam saat ini tidak stabil.

Begitupun dengan kenyataan bahwa kekasih Adam yang dengan terang-terangan mengatakan bahwa ia sudah memutuskan hubungan dengan Adam.

Adam sendiri masih belum tahu mengapa sampai kini kekasihnya Clara belum menjenguknya atau bahkan sekedar menelpon Adampun tidak.

Bahkan saat Adam menghubungi Clara tak ada jawaban.

"Tinggalkan Adam sendiri Mom." 

"Kalau ada perlu sesuatu kabari Mom ya Dam. Mom keluar dulu."

Adam terlihat memandang keluar di balkon kamarnya sambil melihat taman belakang rumahnya.

"Pak Adam,"

Langkah kaki Rian saat masuk ke kamar yang tak dikunci menyapa sang Boss yang terlihat mematung tanpa ekspresi.

"Bagaimana sudah dapat info mengenai mobil yang kecelakaan bersamaku?" Adam tanpa menoleh pada Rian.

Sejujurnya Adam sudah berkali-kali menanyakan pada Rian, namun Rian yang sudah mengantongi informasi tersebut ragu memberikan kenyataan yang sebenarnya.

"Kau juga sudah mengecek Clara di apartemennya?"

Kali kedua Adam mendaratkan pertamaan yang tak kalah sulitnya dijawab oleh Rian.

Rian semakin bingung keraguan dan kecemasannya semakin menjadi.

Adam tahu Rian menyembunyikan sesuatu.

Adam kenal betul Rian Assistennya yang bisa cepat dan tanggap tapi kali ini begitu lama mendapatkan informasi dan menyelesaikan perintah Adam.

Tak mendengar sepatah katapun dari mulut Rian, Adam memutar kursi rodanya kini ia berarah ke arah Rian.

"Kau sudah berani meremehkan Aku Rian?" 

Tatapan nyalang Adam menusuk bagi Rian.

Rian bisa menangkap betapa tatapan sang Boss kini seperti pedang yang menghunus ke jantung.

"Maaf Pak Adam, Saya-"

"Katakan apa yang sudah Kau ketahui atau segera pergi angkat kaki dari perusahaan!" 

Adam menyela kata-kata Rian yang kembali ingin menyangkalnya.

"Maaf Pak." 

Sebelum melanjutkan kata-katanya, Rian menarik nafas sepenuh dada mentiapkan diri dari amukan Adam.

"Pria yang kecelakaan bersama Bapak bernama Muhammad Ridwan. Berusia 60 tahun. Pekerjaan sehari-hari sebagai pengemudi taxi online. Memiliki seorang putri bernama Ayesha Naura putri." Rian memotong informasi lanjutan mengenai siapa Naura.

"Lalu bagaimana Clara?"

"Nona Clara sedang berada diluar negeri." 

Adam masih menunggu Rian menjelaskan soal Clara.

"Lalu? Hanya itu yang bisa Kau katakan Rian?"

Nyatanya pembicaraan mereka kini terjeda oleh notifikasi pesan masuk di ponsel Adam.

Rian menatap wajah Adam yang seketika nerubah merah padam sambil mengepal tangan.

Brak!

Adam melempar ponsel yang berada digenggamannya.

"Pak Adam?" Rian memberanikan diri.

"Arghhhhhhh!" Adam berjalan kearah nakas di tepi ranjangnya membuang semua benda yang berada diatas nakas hingga terlempar.

"Pak Adam, ada apa Pak?"Rian coba menghalangi Adam agar tidak semkin brutal.

Disaat yang sama Mom Hawa membawa makanan untuk sang putra dan betapa terkejutnya Mom Hawa melihat amukan Adam.

"Adam. Sudah Nak. Jangan seperti ini! Kau hanya akan menyakiti dieimu sendiri!" 

Wanita yang selalu lembut bahkan tak pernah marah kini terdengar membentak.

"Keluar semua! Keluar!" Adam bukan tenang malah semakin kencang berteriak.

"Tidak Adam! Kau harus kuat melewati semua ini! Mana Adam putraku yang tangguh dan kuat! Kau Adam Razka Alfarezel! CEO AFR Corporate! Jangan lemah Adam!" Mom Hawa mengeraskan nada suaranya menatap tajam pada putranya yang kini terlihat tak stabil.

"Nyonya Aku akan panggil Dokter." Rian meminta izin segera menghubungi Dokter priabadi keluarga.

Mom Hawa melihat Adam kini diam terpaku dengan tatapan marah.

"Adam, Mom mohon. Jangan seperti ini."

Kali ini nada suara Mom Hawa kembali lembut seperti biasanya.

"Aku tidak berguna Mom! Aku pria cacat!" 

Akhirnya tangis Adam pecah. Sesak di dadanya selama ini keluar seketika.

Mom Hawa merasakan pilu, hatinya tersayat perih mengaksikan putra kebanggaannya kini rapuh.

Mom Hawa membawa Adam dalam pelukannya.

Memberikan ruang bagi Adam menumpahkan segala rasa sakit yang kini mendera.

"Jangan takut, Mom akan selalu bersamamu. Kita hadapi semuanya bersama. Berjanjilah jangan menjadi bodoh dengan menyakiti diri sendiri. Buktikan bahwa Adam, Anakku adalah pria yang kuat dan bisa bangkit kembali!" 

Mom Hawa mengusap lembut punggung Adam, menyalurkan ketenangan.

"Mereka harus merasakan apa yang Aku rasakan saat ini Mom. Aku berjanji!" 

"Sudah tidak baik mendendam. Hanya akan menyesakkan hatimu Dam. Lebih baik Kita fokus akan pengobatanmu. Mom akan berusaha melakukan yang terbaik. Mari Kita sama-sama menghadapi ujian ini dengan kuat."

Adam dalam hati tetap akan membuat perhitungan pada orang-orang yang menyakiti hatinya.

Dokter datang kemudian memeriksa kondisi Adam.

Akhirnya Dokter memberikan obat penenang agar Adam bisa beristirahat.

Adam kini tertidur. 

Sementara Mom Hawa dan Rian berbincang mengenai perusahaan dan semua yang berkaitan dengan kecelakaan Adam.

"Jadi, anak dari pria yang menjadi korban kecelakaan itu bekerja diperusahaan Kita?" tanya Mom Hawa setelah membaca dokumen yang diserahkan oleh Rian.

"Betul Nyonya. Bahkan posisinya saat ini sebagai sekretaris Pak Adam. Apakah ada yang perlu Saya bereskan?"

"Belum untuk saat ini. Awasi saja dan untuk Clara, pastikan dia jangan pernah hadir lagi dihadapan Adam. Aku percayakan perusahaan padamu saat ini."

"Saya akan berusaha menjalankan perintah Nyonya. Dan untuk Nona Clara, Saya juga sudah meminta pihak bank untuk memblokir kartu kredit yang pernah diberikan Pak Adam."

"Lakukan yang terbaik. Terima kasih Rian." 

"Baik Nyonya kalau begitu Saya permisi."

Sepeninggal Rian, Mom Hawa memikirkan sesuatu. Tampaknya ada sebuah rencana yang akan ia lakukan.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

LENGKAPNYA CLARA BELLA SHINTA BINTI MAMAT GUNDUL...😂😂😂

2023-12-12

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

TYPO NYA KOQ KBABLASAN.... BELLA JDI CLARA..

2023-12-12

1

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

BELLA THOR, BELLA, BUKAN CLARA.. TYPO🤦🏻‍♂🤦🏻‍♂🤦🏻‍♂🤦🏻‍♂🤦🏻‍♂

2023-12-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!