Hari demi hari berjalan terasa lambat meski telah sebulan lamanya Adam baru hari ini kembali menapakkan kakinya di perusahaan kebanggaannya.
Langkah tegap dan tatapan membius yang dulu mewarnai keseharian Adam kini terasa mengawang seolah jejak kaki tak lagi menapak ke bumi.
Sejak pagi di rumah, Mom Hawa memberikan semangat kepada Adam bahwa semua akan baik-baik saja.
Entah, untuk pertama kali dalam hidup Adam, ia merasa malu dan rendah diri berhadapan dengan banyak orang meskipun semua yang ada diperusahaan adalah pegawainya.
"Pak Kita sudah sampai."
Rian menyadarkan lamunan Adam, saat mereka telah tiba di halaman megah AFR Corporate perusahaan milik Adam.
Adam menghela nafas sepenuh dada, entah seperti apa kedepannya.
Anggukan Adam melanjutkan langkah Rian membuka pintu sekaligus membantu Adam untuk keluar dari mobil dengan bantuan kursi roda.
Semua Direksi mengambut kedatangan Adam.
Semua telah mengetahui kondisi Adam saat ini meski begitu melihat secara langsung CEO gagah mereka kini duduk di kursi roda tak sedikit membuat beragam ekspresi wajah yang beraneka rupa.
Sebisa mungkin Adam menegakkan kepalanya meski hati tak memungkiri rasa rendah diri begitu besar dan sensitif terlebih tatapan semua mata yang memandangnya duduk di kursi roda.
Adam meminta Rian untuk mengumpulkan Dewan Direksi karena akan breafing setelah sekian lama absen.
Adam mendengar langsung kondisi perusahaannya yang sedikit terganggu efek kecelakaan yang menimpanya.
Banyak pemegang saham yang kini mulai ragu apakah kinerja Adam akan tetap sama seperti dulu sebelum kini ia duduk dikursi roda.
Namun satu hal yang membuat Adam murka adalah mendapati kenyataan perusahaan pesaingnya milik Jody berhasil mengambil tander yang semula jatuh pada perusahaan Adam.
Rapat selesai. Adam memilih masuk ke dalam ruangannya.
Adam memandangi sekelilinh ruangannya yang masih tetap sama.
Adam terbayang saat-saat dulu ia masih berdiri gagah dan begitu produktif hingga kini harus menerima kondisi yang hanya bisa bergantung dengan kursi roda.
"Rian, Kau bilang sekretaris baruku sudah mulai bekerja. Panggilkan dia." perintah Adam.
Tak butuh waktu lama pintu ruangan Adam terdengar suara ketukan.
"Masuk!"
Seorang perempuan muda, cantik dengan tubuh proporsional meski apa yang dikenakan bukan barang branded dan wajah dengan make up natural berjalan mendekati meja Adam.
"Permisi Pak. Perkenalkan Saya Ayesha. Sekretaris Bapak. Saya senang Bapak sudah kembali hadir ke kantor." Ayesha membungkukkan kepalanya memberi rasa hormat pada sang CEO.
"Kau sudah tahu tugas dan kewajibanmu?" Adam menelisik sang sekretaris baru.
"Sudah Pak. Kurang lebih sudah 1 bulan Saya bekerja. Jika ada yang perlu Saya pelajari kembali dengan senang hati akan Saya lakukan." jawab Ayesha.
"Saya palinh tidak suka pegawai yang obral janji. Buktikan saja kualitasmu dalam bekerja." Adam menatap dingin.
"Apa ada yang Bapak perlukan?" Ayesha bertanya.
"Tidak. Silahkan kembali bekerja."
"Kalau begitu Saya permisi. Mari Pak."
Adam melihat punggung Ayesha yang keluar perlahan meninggalkan ruangannya.
"Ayesha?" Adam mengernyitkan dahi seakan pernah mendengar nama itu.
Disisi lain Ayesha kembali mengerjakan pekerjaannya.
"Ya Allah, Pak CEO sangat tegas dan dingin sekali. Jujur Aku jadi takut." Ayesha menggumam sendiri.
Adam melirik sudut meja kerjanya yang masih menampilkan figura ia dengan Clara.
Seketika amarah Adam mendidih.
Adam melempar figura tersebut.
Bertepatan dengan Ayesha yang kembali masuk naasnya ia lupa mengetuk pintu terlebih dahulu.
Betapa terkejutnya Ayesha saat melihat pecahan kaca yang berserakan dengan figura yang sudah rusak tak berbentuk.
"Siapa yang suruh Kamu masuk!" Adam menatap nyalang pada Ayesha.
"Maaf Pak, Saya hanya ingin memberikan dokumen ini untuk Bapak tanda tangani."
Sejujurnya Ayesha sedikit ngeri melihat sekeliling terutama meja Adam yang sudah berantakan.
"Bawa kesini! Kenapa Kamu diam saja disana!" Adam dengan ekor matanya memerintahkan dengan tatapan mengerikan.
Ayesha perlahan berjalan mendekat menghindari serpihan kaca yang berserakan.
Adam melirik sekilas pada Ayesha yang masih berdiri dihadapannya.
Sementara Ayesha menunggu Adam menandatangani dokumen yang ia serahkan Ayesha memindai sekitar dan mendapati lembar foto yang tergeletak dilantai.
Sekilas Ayesha melihat foto Adam dengan seorang wanita.
"Apa yang Kamu lihat? Ini cepat keluar!" Adam melempar dokumen pada Ayesha.
"Terima kasih Pak. Eum, Apakah Bapak mau saya panggilkan OB untuk membersihkan ruangan?"
Anggukan Adam membuat Ayesha segera berbalik.
Namun segera Adam memanggil kembali Ayesha.
"Tunggu!"
Langkah Ayesha terhenti.
Ayesha berbalik kembali menghampiri Adam.
"Ada apa Pak?"
"Kamu bereskan ruangan Saya. Tidak perlu panggil OB. Lakukan sendiri. Saya awasi!"
Sebenarnya Ayesha merasa kesal.
Bukankah itu ada bagian masing-masing.
Pekerjaan Ayesha saja masih banyak.
Namun sebagai bawahan Ayesha menuruti perintah Adam.
"Kamu mau kemana?"
Melihat Ayesha hendak keluar ruangannya Adam memanggil.
"Saya mau mengambil alat kebersihan untuk bersih-bersih ruangan Bapak sekaligus memberikan dokumen ini kepada bagiannya masing-masing."
"Sudah sana. Cepat kembali. Saya tidak suka ruangan Saya berantakan."
"Siapa suruh dia ngamuk sendiri!" tentu saja kata-kata yang hanya bisa Ayesha ungkap dalam hati.
Sepeninggal Ayesha, Rian masuk keruangan Adam dan melihat kekacauan yang terjadi.
Adam bisa menebak apa yang ada dipikiran Rian.
"Kamu tidak perlu mengurus soal ini, Aku memintamu untuk mencari tahu anak dari pria pengemudi taxi online itu. Segera temukan dan bawa kehadapanku." Adam tak sabar ingin memberikan tanggung jawab alias membalaskan dendamnya atas kejadian yang membuat ia lumpuh seperti ini.
Disaat yang sama Ayesha masuk sambil membawa alat kebersihan.
Rian menelan salivanya.
Jika ada pintu kemana saja rasanya Rian ingin segera hilang dari Bumi.
"Malah melamun! Sana kerjakan Rian!"
"Baik Pak! Saya permisi!" Rian Pamit dan sempat menyapa Ayesha dengan sekilas senyum tipis sebelum keluar ruangan Adam.
"Dan Kamu, kenapa malah bengong! Segera bersihkan!"
"Baik Pak."
Ayesha membersihkan satu persatu kekacauan yang dibuat Boss nya.
Saat Ayesha meraih lembar foto berisi gambar Adam dan seorang wanita, Ayesha ragu untuk membuang foto tersebut.
Adam melihat Ayesha mematung memandangi foto miliknya dengan Clara.
Adam menghampiri dengan bantuan kursi roda.
Ayesha terkejut manakala Adam merampas foto yang ada ditangan Ayesha dan segera merobek-robeknya dengan penuh kemarahan.
"Kerja yang benar! Jangan banyak bengong! Kamu disini digaji untuk bekerja!"
"Maaf Pak."
Ayesha kembali melanjutkan pekerjaan dadakannya yang kali ini sebagai Office Girl.
Adam memperhatikan Ayesha saat sekretarisnya itu sedang bersih-bersih.
Entah, Rasa Adam tak bergeming.
Sejak Clara begitu tega mencampakkan dirinya pandangan Adam terhadap perempuan menjadi buruk.
"Sudah selesai Pak. Apakah ada lagi yang bisa Saya bantu?"
"Kembali selesaikan pekerjaanmu!"
"Baik Pak. Saya permisi."
Ayesha membawa semua alat kebersihan sekaligus sampah yang berhasil ia bereskan.
Adam kembali membuka laci meja kerjanya, ia melihat ordner yang waktu itu Rian berikan padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments