Rindu Ayah

Ayesha kini berdiri di depan gerbang TPU dimana Ayah Ridwan dikebumikan.

Tepat di hadapan Ayesha, kini pusara Ayah Ridwan sebagai tempat peristirahatan terakhir.

Masih terasa kesedihan dalam hati Ayesha, airmata Ayesha tak tertahan manakala ia mengusap batu nisan yang bertuliskan Muhammad Ridwan lengkap beserta tanggal lahir dan waktu wafat.

"Assalamualaikum Ayah. Ayah, Apa kabar?" Ayesha dengan helaan isak tangisnya mengusap lembut batu nisan dengan tatapan sendu.

Rasa sesak di dada Ayesha seakan membuat kerongkongannya yerasa kering dan lidahnya menjadi kelu saat melanjutkan kata-kata kerinduan yang begitu mendalam.

Hanya derai airmata yang mengalir deras membasahi pipi wanita cantik yang kian hari semakin lebih kurus.

"Ayah, besok, Ayesha akan bertunangan. Maafkan Ayesha Ayah. Ayesha tak punya pilihan lain. Ayesha berharap Ayah disana merestui Ayesha."

Ayesha membersihkan dedaunan kering yang gugur di atas pusara Ayah Ridwan meski hatinya masih menolak bahwa ini ada nyata.

Batin Ayesha masih sulit menerima jika Ayah Ridwan sudah tenang di pembaringannya.

Sementara di perusahaan, Adam tak menemukan keberadaan Ayesha.

Bergegas mengambil ponsel menghubungi nomor Ayesha.

Sayangnya nomor yang dituju dalam keadaan tak aktif.

"Rian!"

Adam memanggil sang asisten.

"Ada apa Pak?"

"Dimana Ayesha?"

"Oh, Bu Ayesha izin Pak. Mau ke makam Ayahnya."

Setelah mengampaikan hal tersebut Rian kembali melanjutkan langkahnya keluar dari ruangan Adam.

"Bisa-bisanya, ia bilang pada Rian, tapi tidak izin padaku."

Di Mansion Adam,

Kesibukkan tampak terlihat dengan banyaknya orang dari pihak WO yang mengurus pertunangan Adam besok.

Mom Hawa tentu saja paling antusias menangani ini dan itu untuk keperluan pertunangan keduanya.

"Anak-anak ini, besok sudah mau tunangan, tapi mengapa masih ngantor saja. Adam juga. Bagaimana sih."

Mom Hawa sedikit mendumel dengan sikap sang putra.

"Nyonya, ini dari pihak WO akan mulai mendekorasi tepi kolam." salah satu ART Mansion memberitahukan.

"Langsung diajak ke belakang saja Bi."

Ayesha yang masih betah di pusara sang Ayah, namun ia melirik hari sudah mulai sore.

"Ayah, Ayesha pamit balik ya. Insha Allah Ayesha akan sering kemari. Ayah yang tenang disana. Sampaikan salam Ayesha untuk Ibu. Ayesha pamit ya Ayah."

Ayesha mengecup nisan Ayah Ridwan meski berat Ayesha akhirnya beranjak dari sana.

"Bu Ayesha, silahkan masuk. Pak Adam sudah menunggu di dalam mobil."

Rian datang menghampiri Ayesha, tentu saja Ayesha terkejut dengan keberadaan Adam disini.

"Bu, ayo. Bapak menunggu." Rian membuyarkan lamunan Ayesha.

Ayesha memasuki pintu yang dibukakan Rian untuknya.

Tampak Adam sudah duduk di kursi tanpa memandang kehadiran Ayesha.

Tak ada kata atau sapaan, Ayesha pun melakukan hal yang sama.

Kini mereka bergegas menuju Mansion karena sejak tadi Mom Hawa sudah berkali-kali menghubungi ponsel Adam.

Sesampai di Mansion, Adam yang keluar dari mobil di bantu Rian sesangkan Ayesha berjalan mengekori Adam disamping memasuki mansion.

Ayesha melihat Mansion Adam sudah begitu indah dengan dekorasi yang sangat cantik.

Meski belum sepenuhnya rampung, Ayesha bisa melihat betapa sempurna persiapan yang dilakukan oleh Mom Hawa untuk pertunangan mereka besok.

"Assalamualaikum."

"Waaalikumsalam."

Adam dan Ayesha bergantian mencium tangan Mom Hawa dan Mom Hawa memeluk Ayesha menuntunnya calon menantunya duduk sejenak.

"Adam, Kamu bagaimana, masa besok mau bertunangan hari ini masih meminta Ayesha bekerja. Kamu capek ya Sayang?" Mom Hawa mengusap kepala Ayesha dengan penuh kelembutan.

"Mom, Kami baru saja ke makam Ayah Ayesha. Kami meminta izin kepada beliau untuk kelancaran pertunangan Kami besok."

Mendengar penuturan Adam, Ayesha merasa muak.

"Pintar sekali aktingnya. Tidak ku sangka dia repot-repot menjemputku ke pusara Ayah nyatanya agar menguatkan alibinya pada Mom Hawa." Ayesha menatap Adam dengan tatapan sepenuh mata sambil batinnya berkata-kata.

"Kalian melakukan hal yang benar. Bagaimanapun Kalian memang harus melakukannya. Sayang, Ayo Mom akan tunjukkan kamar Kamu. Pasti Kamu ingin bersih-bersih dan beristirahatkan?" Mom Hawa mengajak Ayesha dan membawa calon menantunya yang tak terlihat baik-baik saja.

Setelah mengantarkan Ayesha ke kamar untuk beristirahat, kini Mom hawa sengaja mendatangi Adam, yang masih berada si ruang kerjanya.

"Mom, ada apa?"

Adam memiliki firasat Ibunya akan bertanya macam-macam.

"Dam, Apakah Kamu sungguh-sungguh dengan pertunangan ini?"

Mom Hawa menatap netra sang putra, masih mengharapkan kejujuran dari bibir Adam.

"Mom, ada apa? Bukankah seharusnya Mom bahagia, Adam akan bertunangan, tak lama lagi Adam akan menikah, bukankah sejak dulu ini keinginan Mom, melihat Adam menikah?"

Adam mencoba meyakinkah Mom Hawa memasang wajah kesungguhan menyembunyikan sirat kepalsuan yang tertutup rapat.

"Ya, memang Mom bahagia Kamu akhirnya bertunangan dan akan segera menikah. Mom juga senang bukan Clara tapi Ayesha yang akan mendampingi putra Mom. Tapi ingat Dam, satu hal yang tak boleh Kamu lupakan, pernikahan adalah sesuatu yang sakral. Bukan hanya janji diantara kalian berdua. Tapi langsung janjimu dihadapan Allah. Mom harap Kamu tidak mempermainkan ikatan suci pernikahan."

Deg!

Hati Adam berdesir mendengar kata-katw Mom Hawa.

Ada ketakutan tersendiri namun ego dan amarah lebih mendominasi hati dan pikiran Adam saat ini.

"Adam tidak bermain-main Mom. Doakan Adam dan Ayesha agar lancar hingga pernikahan ini terjadi. Berikan doa dan restu Mom pada Kami berdua."

"Mom merestui segala niat baik Kalian berdua. Mom selalu berdoa yang terbaik dan semoga apa yang Kalian rencanakan bagi masa depan Kalian hanya ada kebaikan di dalamnya."

Sepeninggal Mom Hawa, Adam merenung, ada keraguan dalam hati Adam.

Bukan maksud Adam mempermainkan ikatan suci sebuah pernikahan hanya saja Adam merasa inilah cara dari segala apa yang kini dihadapinya kini.

Sementara di dalam kamar yang disediakan Mom Hawa untuk Ayesha, Ayesha tampak duduk di teras balkon kamar itu selepas mandi dan rehat sejenak.

Pikiran Ayesha berkecamuk. Entah apa yang akan terjadi dengan masa depannya.

Ayesha merasakan pening di kepala hingga kini ia menyeret langkahnya ke ranjang merebahkan diri, mencari ketenangan hingga tak sadar Ayesha memejamkan mata dan tertidur.

Diruang makan Mansion Adam.

Mom Hawa dan Adam sudah berkumpul dimeja makan siap menyantap makan malam.

"Dam, Ayesha belum turun?" Mom Hawa tidak melihat keberadaan Ayesha sejak tadi.

Tentu saja Adam mana tahu dan peduli, sejak tadi ia memilih menyibukkan diri diruang kerjanya.

Salah seorang asisten rumah tangga diminta Mom Hawa memanggil Ayesha.

Setelah beberapa saat, dengan tergopoh-gopoh, ART tersebut menyampaikan kondisi Ayesha.

"Ini semua karenamu Adam, calon menantu Mom kelelahan sampai sakit begini. Rian panggil Dokter Harun kesini untuk memeriksa Ayesha."

Mom Hawa segera menuju kamar Ayesha mengecek sendiri kondisi calon menantunya.

"Dasar, merepotkan saja!" Adam malah membolakan mata, namun langkahnya menyusul Mom Hawa melihat keadaan Ayesha.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

KNP NOVEL INI SEPI PEMINAT... YG LIKE GK BNYK, YG VOTE CMA BELASAN,, YG KOMEN APA LAGI..

2023-12-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!