Mr. Alex

"Adam, Ayesha, hari ini Kalian jangan sampai malam pulangnya. Mom sudah janji sama Jeng Alisha kalau Kalian hari ini fitting gaun pengantin loh." Mom Hawa mengingatkan keduanya.

"Iya Mom. Insha Allah Ayesha dan Mas Adam ingat." Ayesha mewakili Adam menjawab.

Rian hari ini merangkap menjadi pengemudi membawa Adam dan Ayesha bertemu Klien sesuai janji yang disepakati.

"Selamat pagi Tuan Adam. Maaf Saya baru tiba. Oh iya, selamat atas pertunangan Anda. Ini calon tunangan Anda?" Klien tersebut menatap Ayesha.

"Ya. Ini Calon istri Saya, sekaligus sekretaris Saya Mr. Alex." Adam memperkenalkan.

"Perkenalkan, Saya Ayesha Mr. Alex." Ayesha memperkenalkan diri.

"Nona sangat cantik. Pantas Tuan Adam segera ingin menikah." Puji Mr. Alex.

Pembicaraan mereka begitu serius namun sesekali Mr. Alex menyelingi dengan gurauan.

Meski begitu Adam menyiratkan ada hal-gal yang masih belum ia bisa terima terkait perjanjian kerjasama diantara keduanya.

"Tuan Adam tak usah khawatir. Kami akan berusaha semaksimal mungkin dan tak akan mengecewakan Tuan Adam." Manis betul bahasa Mr. Alex.

"Ya, sebagai jaga-jaga tentu Kita perlu hitam diatas putih, tim lawyer Kami sudah siap jika memang Mr. Alex sudah siap." Adam tetap dengan keputusannya, sebagai pebisnis intuisinya tentu harus berjalan tak mudah terbuai hanya dengan janji manis semata.

"Ok,Ok. Kalau begitu secepatnya Kami juga akan menyiapkan persyaratan yang memang Tuan Adam butuhkan. Sebetulnya Tuan Adam tak perlu khawatir, Kami ini perusahaan bergengsi, tentu tak akan ada masalah." Masih dengan janji manis dengan sedikit arogan.

"Ya Saya paham, namun sebaiknya jelas semuanya, hingga kerjasama Kita bisa berjalan lancar kedepannya." Adam tetap mempertahankan keamanan dengan alibi yang kuat.

Setelah selesai pertemuan dengan Mr. Alex, kini Adam, Rian dan Ayesha kembali ke Kantor.

"Pak, sebaiknya sebelum Mr. Alex memenuhi persyaratan yang Kita ajukan lebih jangan Kita follow up dulu. Saya mencurigai ada yang tidak beres." Rian memberikan pendapatnya.

"Ya, Aku sudah paham. Biarkan saja sementara waktu, Kita ikuti cara main mereka. Yang pasti mereka jangan pernah main-main denganku." Adam memang sangat amat jeli dalam menilai setiap klien yang akan bekerjasam dengan perusahaannya.

Melihat Ayesha sejak tadi belum memberikan pendapatnya, Adam menoleh pada Naura.

"Tidak adakah pendapatmu mengenai meeting barusan?"

Lirikan Adam sambil memperhatikan sikap Ayesha yang lebih banyak diam.

Naura memang belum berkomentar apapun soal meeting bersama Mr. Alex namun Ayesha memiliki catatan dan menyorot mengenai beberapa hal.

"Menurut pendapat Saya, apa yang Mr. Alex tawarkan memang menggiurkan, tapi justru itu menjadi sesuatu yang harus dicurigakan. Banyak presentase yang tadi disampaikan tidak realistis. Selain itu, kejelasan hukumnya juga masih menggantung. Melihat dari ketidaksiapan mereka saat kita meminta legalitas terlihat ada yang tidak beres."

Begitulah Ayesha, meskipun ia terlihat biasa saja namun jangan ragukan kemampuan analisis dan berfikirnya.

Adam mencermati setiap kata-kata dan detail penjelasan argumen Ayesha.

Adam sangat setuju dengan apa yang Ayesha kemukakan.

Sejujurnya, beberapa waktu bersama Ayesha berinteraksi secara profesional dalam pekerjaan membuat pemikiran Adam terhadap Ayesha berbeda.

Namun yang masih tak dapat Adam sangkal adalah, Ayah Ayesha adalah salah satu penyebab kecelakaan Adam dan itulah yang masih sulit Adam terima.

"Kalau begitu, Rian Kamu urus dan periksa secara rinci dan mendetail mengenai Mr. Alex."

Saat selesai meeting secara bersamaan ponsel Adam berdering.

"Assalamualaikum Mom."

"Ya. Adam dan Ayesha akan kesana sekarang."

Adam mengakhiri telponnya yang nyatanya dari sang Ibu, Mom Hawa.

"Kita sudah ditunggu Mom di butik. Ayo!"

Ayesha tak banyak komentar memilih mengikuti Adam menuju butik dan menemui Mom Hawa yang sudah menunggu.

Nyatanya Mom Hawa dan Pemilik butik sudah menunggu keduanya dan sedang asik berbincang.

Ayesha menghampiri Mom Hawa, mengucap salam mencium tangan calon Ibu Mertuanya.

Begitupun Adam melakukan hal yang sama.

"Sayang, Tante Alisha sudah menyiapkan 2 baju, satu untuk akad dan satu untuk resepsi. Cobalah."

Ayesha menuruti dan mengikuti pegawai butik yang akan membantunya mengepas pakaian.

"Duh, cantik sekali. Jeng Hawa memang Ayesha ini sudah cantik jadi semakin cantik saja pakai baju apapun." Puji pemilik butik.

"Masya Allah, benar-benar cantik Nak. Adam lihatlah Ayesha cantik kan?" Mom Hawa menyolek lengan Adam agar menoleh pada Ayesha.

Adam tak menampik, Ayesha sangat cantik dalam balutan kebaya broken white yang membalut kulit putih miliknya.

Melihat tak ada respon dari putranya Mom Hawa membolakan mata sebal Adam tetap kaku tanpa ekspresi.

Kini ketiganya sudah kembali ke Mansion.

Rasanya tubuh Ayesha lelah sekali.

"Naura,"

Panggilan Adam menghentikan langkah gontai Ayesha yang akan memasuki kamar.

Sejenak Adam terdiam, tatapannya mengunci pada netra cantik milik Ayesha.

"Ada apa Pak Adam?"

"Terima kasih."

Tak ada lanjutan, Adam segera berlalu meninggalkan Ayesha yang berpikir sejenak bingung dengan apa yang baru saja didengarnya.

Ayesha tak ambil pusing, ia memilih bergegas ke dalam kamar.

Keinginan mandi dan beristirahat lebih mendominasi dibandingkan memikirkan keanehan Adam hari ini.

Hingga ketukan dipintu kamar memaksa Ayesha membawa diri membuka pintu meski enggan.

Di meja makan, Ayesha, Adam dan Mom Hawa menikmati hidangan makan malam.

Entah, Ayesha yang banyak melamun nyatanya menyita perhatian Mom Hawa.

"Sayang, apa Kamu sakit?"

"Tidak Mom. Ayesha baik-baik saja."

Senyuman tersimpul dibibir Ayesha nyatanya tetap membuat Mom Hawa mengkhawatirkan calon menantunya itu.

Selepas makan malam pun Ayesha pamit masuk ke kamar duluan.

Ada rasanya hampa dan tak kenal arah yang dirasakan Ayesha.

Niat memejamkan mata namun kantuk tak kunjung tiba.

Hingga akhirnya Ayesha memilih keluar kamar mencari udara segar di taman belakang sekitar kolam renang.

Semilir angin malam menyejukkan membuai jiwa yang tandus, menahan kerinduan.

Jika dulu Ayesha bisa berkeluh kesah dihadapan sang Ayah, kini ia merasakan sebatang kara tiada lagi tempat berbagi.

Segala perasaan yang kini memenuhi sanubarinya, ia tahan sendiri dan hanya dalam setiap sujud ia adukan pada sang pemilik jiwa dan raga.

Menyelami pikirannya sendiri, menikmati angin malam yang dingin nyatanya tak mampu membuat Ayesha tenang dan hatinya terasa gundah gulana.

Sungguh beban dikepalanya terasa bertubi-tubi dan belum sepenuhnya terlepas terasa berat hingga raga terasa goyah meski batin terus memberi penguatan.

Hingga tak terasa aliran air mata membasahi pipi Ayesha semakin memilukan hatinya yang sepi.

"Ayah."

Dalam deru nafas dan setiap doa Ayesha memang tak lupa mengirimkan bait demi bait doa dan memohon ampunan bagi Ayah Ridwan dihadapan sang kuasa.

Tetap saja, malam ini nyatanya tangis itu kembali hadir meski dalam diam tanpa suara.

Merasa sendiri tiada tempat dan orang yang berada disisi, nyatanya jiwa rapuh Ayesha keluar menyeruak.

Sebisa mungkin melawan namun terkadang ketegaran juga bisa runtuh bagaimanapun sebagai perempuan butuh sosok yang melindungi dan menjadi tempat bersandar.

"Ambillah. Hapus airmatamu."

Ayesha seketika terkejut, menoleh kesamping menatap siapa tangan yang memberinya sapu tangan sambil menatap teduh.

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

SEMUA TAKDIR ALLAH GOBLOK...
KLO LO ORG BRAGAMA, & BRIMAN, LO PSTI TRIMA DGN IHKLAS..

2023-12-12

1

Rumini Parto Sentono

Rumini Parto Sentono

bagus ayesha kamu berani melawan Adam, tapi kamu juga menghormati calon mertua... 👍👍

2023-06-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!