Kenyataan

"Jadi apa mau Bapak?" Ayesha menaikkan dagu menantang Adam.

"Menikahlah denganku!"

Ayesha teringat kejadian saat di kantor dan seketika membuat ia kembali kesal.

"Boss Gila!" Ayesha mendengus kesal sambil turun dari angkutan umum dipersimpangan jalan.

Ayesha sejujurnya bingung dan khawatir akan ancaman Adam mengenai penalti jika ia mengundurkan diri.

Selain itu Ayesha juga masih bingung dengan sebenarnya apa yang terjadi pada saat kecelakaan itu terjadi.

Saat itu polisi mengatakan bahwa kelalaian pengendara, Ayah Ridwan menjadi penyebab terjadinya kecelakaan tersebut membuat Ayesha sedikit gentar.

Apalagi dengan kekuasaan yang Adam miliki memudahkan niat Adam menuntut dirinya.

Ayesha juga masih kesal dengan sikap arogan Adam yang menyelahkan kondisinya kini murni kesalahan Ayah Ridwan.

Ayesha bingung kemana ia harus berkeluh kesah selain kepada Allah seperti kini yang ia biasa lakukan di sepertiga malam.

Ayesha pun tak pernah lupa akan mengirimkan doa untuk almarhum Ayah Ridwan.

Bersiap ke kantor dan melewatkan sarapan menjadi kebiasaan baru bagi Ayesha.

Bukan ia malas membuat sarapan sendiri hanya saja Ayesha teringat akan Ayah Ridwan yang selalu menyiapkan sarapan untuknya.

"Ayah, bagaimana Ayah disana? Ayesha harap Ayah sudah berjumpa dengan Ibu." Ayesha menatap figura di meja yang memasang foto dirinya dengan Ayah Ridwan.

Ayesha sampai kantor sedikit lebih awal.

Naura mencoba berdamai dengan dirinya sendiri.

Bagi orang seperti Ayesha yang tak punya banyak pilihan meski hidup terasa berat dan dadanya masih terasa sesak akan kenyataan yang ia hadapi kini.

Namun langkah dan hidup tetap berjalan. Ayesha berusaha sebisa mungkin menjalankan apa yang ada dihadapan matanya.

Paling tidak ia bekerja sampai kontrak selesai.

Begitulah keputusan yang Ayesha ambil saat ini.

"Ayesha, Kamu diminta keruangan Pak Adam."

Lamunan Ayesha terhenti saat Rian meminta Ayesha menemui Adam diruangannya.

Ayesha menghela nafas sepenuh dada menyiapkan diri menghadapi kenyataan apalagi yang alan dihadapi bila berurusan dengan sang Boss.

Ketukan pintu dan perintah masuk bersamaan membuat keduanya kini bersitatap tegang menyorot tajam satu sama lain.

"Ada apa Bapak memanggil Saya?" Tanpa basa basi Ayesha membuka percakapan.

"Kita akan ke suatu tempat." Adam dengan lugas tanpa tedeng aling-aling.

"Memang mau kemana Kita Pak?" Sambil mengernyitkan dahi Ayesha menatap curiga Boss angkuhnya.

"Aku tak perlu menjawab. Ikuti saja perintah atasanmu!" Adam menggunakan kuasanya membuat Naura diam tanpa protes.

Kini dalam mobil Adam, ada sopir dan Rian selain Ayesha dan Adam tentunya.

Sejujurnya duduk bersebelahan dengan Adam adalah neraka bagi Ayesha.

Bagai duduk bersama kutub es, rasanya melebihi horornya melewati pemakaman dan menegangkan saat jurit malam.

Ayesha menatap sebuah bangunan megah dan mewah dihadapannya.

Entah siapa sang pemiliknya.

"Kamu masih betah duduk di mobil." Suara Adam memecah keterngagaan Ayesha melihat bangunan mewah dan megah dihadapannya.

Rian pun memberi kode pada Ayesha agar segera mengikuti langkah kursi roda Adam yang ia bantu dorong.

Sapaan dan jawaban salam dari seorang wanita baya yang masih terlihat cantik menyambut kedatangan mereka.

Ayesha tentu saja terkejut dibuatnya.

"Tante!"

"Ayesha!"

Ayesha dan Mom Hawa saling menyapa dengan wajah sama-sama kaget dengan pertemuan kedua mereka.

Adam dan Rian saling pandang bergantian menatap kedua wanita berbeda generasi drngan kecantikan masing-masing.

"Mom, ada apa ini?" Adam penasaran dan langsung menanyakan pada Mom Hawa.

"Mom pikir siapa yang akan Kamu kenalkan pada Mom. Kalau Ayesha Mom sudah kenal. Ayesha kemari Nak. Sini dekat Mom." Mom Hawa melambaikan tangannya memanggil Ayesha kesisinya.

Ayesha mendekat, memberi hormat dan menyalami Mom Hawa.

Adam semakin bingung dibuatnya.

"Baguslah jika Mom dan Dia saling mengenal. Jadi tak perlu banyak drama." Batin Adam.

"Jadi sejak kapan Kalian berhubungan?"

Pertanyaan Mom Hawa seketika membuat Ayesha yang tengah makan bersama tersedak.

Ayesha tentu saja tak mengerti dengan maksud pertanyaan Mom Hawa.

Ayesha melirik sambil menyorot tajam kearah Adam.

Sementara Adam yang ditatap sedemikian rupa malah tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Mom Hawa.

"Adam akan bertunangan dengan Ayesha. Adam harap Mom merestui." Adam menebar senyum pada sang Ibu.

Mom Hawa tahu persis Adam tak semudah itu berpaling hati meski pengkhianatan Clara membuat Adam terluka dalam.

Tapi tiba-tiba saja ingin bertunangan. Tentu ini pasti ada sesuatu.

"Mom senang mendengarnya. Tentu Mom memberikan restu. Tapi apakah Ayesha sudah setuju dengan rencana Kamu Adam?" Kali ini Mom Hawa ingin mendengar jawaban langsung dari bibir Ayesha.

Kembali sesaat sebelum mereka sampai di mansion Adam.

"Maksud Bapak apa dengan ini?" Ayesha mempertanyakan sebuah surat perjanjian yang Adam sodorkan padanya untuk ditanda tangani.

"Masih kurang jelas? Kau tidak melihat lampiran dan foto-foto itu. Semua membuktikan bahwa Ayahmu lah penyebab Aku lumpuh! Dan jangan lupa soal pinalti." Adam dengan nada mengintimidasi.

Sejujurnya berat rasanya Ayesha menandatangani namun posisi Naura yang serba sulit memaksa ia menyetujui keinginan Adam.

Kembali saat ini di mansion Adam.

"Bagaimana Ayesha, benar Kamu setuju bertunangan dan menikah dengan Adam?" Mom Hawa menatap netra Ayesha mencari kejujuran disana.

"Iya Bu. Saya bersedia." Ayesha banyak beristigfar dalam dada saat menjawabnya.

"Tapi, Adam sedang dalam kondisi seperti ini, Apakah Kamu tidak keberatan?" Mom Hawa ingin sekali Ayesha berkata yang sebenarnya karena hati kecil Mom Hawa masih berkata ada sesuatu yang disembunyikan putranya.

"Saya menerima kondisi Pak Adam Bu." Ayesha kembali menjawab dengan menahan emosi dan menghela nafas sepenih dada memberikan diri sendiri penguatan saat menjawab pertanyaan Mom Hawa.

"Mom, Adam meminta tolong kepada Mom, untuk mengurus keperluan pertunagan Adam dengan Ayesha. Apakah Mom bersedia?" Kali ini Adam tak ingin berlama-lama, ia tahu setelah ini pasti Mom Hawa akan mengintograsi dirinya.

"Tentu saja Mom akan mengurus semuanya. Biar nanti Ayesha ikut bersama Mom saat mempersiapkan. Memang rencanaya kapan kalian akan bertunagan?" Mom Hawa bergantian menatap Adam dan Ayesha.

"Lusa!"

Tentu saja bukan hanya Mom Hawa yang terkejut, namun Ayesha langsung menatap butuh penjelasan dari Adam.

"Lusa? Apakah tidak terburu-buru Adam? Kalian tidak melakukan macam-macam kan?"

Sebagai orang tua pikiran Mom Hawa berkelana takut kedua anak ini melakukan hal diluar batas.

"Ini tidak seperti yang Mom khawatirkan. Adam hanya ingin segera menikah dengan Ayesha. Agar ada yang menemani Adam saat berobat." Adam dengan senyuman palsunya meyakinkan Mom Hawa.

Semengata Ayesha masih tak percaya, apalagi yang direncanakan Adam.

"Baiklah kalau begitu. Mom akan mengiyakan semuanya. Lalu bagaimana dengan keluarga Ayesha. Tentu orang tua Ayesha perlu diajak berunding."

"Soal itu Mom tak perlu khawatir, Ayesha sekarang hanya hidup sebatang kara." Adam kini dengan berani menggenggam tangan Ayesha.

Jangan tanya lagi Ayesha dibuat tak habis pikir dengan jalan pikiran Adam yang menurut Ayesha Boss nya selain sakit raga tapi sakit jiwa!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!