Adam dengan tergesa menuju kantor.
Tentu saja ia terus berpikir bagaimana bisa terjadi kebakaran.
"Apakah ada yang tidak beres?" batin Adam.
Menyetir mobil dengan fokus terbagi tentu saja membuat Adam tak memperhatikan jalan didepannya.
Hingga di tikungan mobil Adam disalip pengendara motor dengan kecepatan tinggi.
"Sial! Mau mati!" Adam mengumoat setelah berhasil menjaga keseimbangan kendaraannya yang sempat oleng saat disalip tiba-tiba sebuah pengendara motor dengan kecepatan tinggi.
Jalan yang hujan menjadi sedikit berkabut menjadikan Adam semakin mawas dalam berkemudi meski fikirannya masih terbagi ke kantor.
Hingga di belokan terakhir Adam tak menyangka dari arah berlawanan ada kendaraan yang yang melintas.
Adam kali ini berusaha mengerem namun tetap tidak berhasil, remnya seakan blong dan sensor rem mendadaknya tiba-tiba tidak berfungsi Adam memilih membanting stir menghindari tabrakan namun sialnya Adam membentur pembatas jalan dan mobil Adam terbrosok.
Adam tak bisa menghindari meski akhirnya kepalanya terbentur hingga ia tak sadarkan diri.
Sementara Rian berkali menghubungi nomor Adam namun tak ada jawaban.
Di Rumah Sakit, Ayesha berjalan terburu-buru menuju ruang IGD.
Seorang polisi menemui Ayesha saat mendengar Ayesha menanyakan keberadaan Ayah Ridwan.
"Selamat Malam, dengan Ibu Ayesha?" polisi menghampiri Ayesha.
"Benar Pak. Dimana Ayah Saya?" wajah panik Ayesha terlihat jelas.
"Mari ikut Kami."
Ayesha kebingungan dan mengikuti langkah polisi yang membawanya ke ruang IGD.
Ayesha sejenak mematung.
Mata Ayesha bergerak cepat dan langkah perlahan mendekati Ayah Ridwan yang terbaring di brangkar IGD.
Tubuh Ayah Ridwan penuh luka, kepalanya berdarah dan mata terpejam rapat.
"Ayah, Ayah bangun!" Ayesha mengguncang tubuh Ayah Ridwan berkali hingga tubuh Ayah Ridwan bergoncang.
"Bu Ayesha tenang Bu. Maaf harus Kami sampaikan bahwa Bapak Muhammad Ridwan telah tiada. Selama dibawa menuju Rumah Sakit nyawanya tak bisa tertolong. Kami harap Bu Ayesha bisa menerima dengan ikhlas." polisi dan Dokter memberikan penjelasan kepada Ayesha.
"Tidak Ayah. Ayah jangan bercanda. Ayah bangun. Ayah!"
Tubuh Ayesha ambruk seketika.
Sementara Rian yang menunggu kedatangan Adam tak kunjung datang mewakili Boss nya menyelesaikan persoalan yang ada.
Hingga dering ponsel Rian berbunyi.
"Saudara mengenal Bapak Adam Razka Alfarezel?"
"Saya Asistennya. Maaf dengan siapa Saya berbicara?"
"Kami dari kepolisian, Mengabarkan bahwa Bapak Adam dalam kondisi kritis saat ini berada di Rumah Sakit Tiara Medika."
"Baik. Saya akan kesana." Rian bergegas menuju Rumah Sakit sesuai informasi yang ia terima.
Rian menemui Polisi dan mendengarkan penjelasan serta kronologis kejadian yang terjadi pada Adam berdasarkan saksi yang melihat.
"Untuk sementara hanya itu yang bisa Kami sampaikan. Kami akan mengecek cctv di lokasi kejadian."
"Lakukan yang terbaik Pak, Saya mau secara jelas penyebab kecelakaan yang menimpa Boss Saya. Terima kasih."
Polis meninggalkan Rian dan kini Dokter yang menangani Adam mengajak Rian membicarakan kondisi Adam saat ini.
"Jadi bagaimana kondisi Boss Saya Dok?"
"Begini Pak Rian, Benturan di Kepala yang dialami Pak Adam tidak menyebabkan luka serius namun dengan berat hati Kami sampaikan bahwa kondisi kaki Pak Adam sangat serius."
"Maksud Dokter?"
"Pak Adam akan mengalami kelumpuhan."
Rian tentu saja terkejut dengan kenyataan yang ia dengar.
Rian tak sampai hati jika Adam siuman bagaimana ia akan menerima kondisinya.
Rian memutuskan menghubungi Mom Hawa mengabarkan kondisi Adam saat ini.
Tentu saja Mom Hawa terkejut dan panik dengan segera datang ke Rumah Sakit.
Melihat kedatangan Mom Hawa Rian langsung menjelaskan informasi yang ia terima dari Dokter dan pihak kepolisian.
Hati Ibu mana yang tak hancur mendengar putra tersayangnya mengalami kelumpuhan.
Betapa remuk hati Mom Hawa. Bagaimana ia akan memberikan penguatan kepada Adam saat mengetahui kondisinya kini.
Adam masih belum siuman pasca operasi yang ia jalani.
Bella juga dihubungi oleh Rian tentu segera datang ke Rumah Sakit.
"Apa! Adam lumpuh!" Bella lupa kalau ia masih ada di Rumah Sakit.
Mom Hawa melihat reaksi Bella tang begitu terkejut.
"Tapi bisa sembuhkan Dokter?" Bella masih sulit terima akan kondisi Adam saat ini.
"Semua takdir Allah, namun sebagai Dokter Saya harus menyampaikan hanya ini yang Kami bisa lakukan."
"Adam lumpuh? Tidak! Meskipun ia kaya raya namun Aku malu memiliki kekasih lumpuh. Masa iya selamanya Aku akan mengurus pria lumpuh yang hanya bisa duduk di kursi roda." batin Bella meracau membayangkan Adam seumur hidup duduk di kursi roda.
Disebuah pemakaman, satu persatu pelayat meninggalkan Ayesha yang masih duduk menatap nisan Ayah Ridwan.
Bagaikan mimpi baru kemarin Ayesha bersenda gurau dan Ayah Ridwan pertama kali mengantar Ayesha bekerja.
Kini pria yang menjadi cinta pertama Ayesha, Ayah Ridwan telah berpulang.
"Ayah, kenapa Ayah pergi secepat ini? Ayesha sendirian Ayah. Ayesha tidak tahu lagi harus bagaimana?" Ayesha mengusap nisan Ayah Ridwan memandang dengan tatapan nanar.
Rian sebagai perwakilan perusahaan turun hadir melayat dan ia memberikan ucapan bela sungkawa pada Ayesha.
Tak satu pun keluarga Ayesha yang datang.
Mereka memang tak pernah menganggap keberadaan Ayesha dan Ayah Ridwan.
Bagi mereka kehadiran Ayesha dan Ayah Ridwan hanya akan menjadi beban saja.
Rintik hujan menyadarkan Ayesha segera bangkit dari pusara Ayah Ridwan.
"Ayah, Ayesha pulang dulu. Ayah sekarang sudah bersama Ibu. Ayesha ga kuat Ayah. Ayesha ingin ikut Ayah saja."
Ayesha memejamkan matanya kembali memeluk erat nisan Ayah Ridwan.
Langkah gontai Ayesha saat memasuki rumah sederhana milik mereka terasa kosong dan hampa.
Biasanya ada senyum dan sambutan hangat Ayah Ridwan untuk Ayesha.
Ayesha melihat masakan yang ia siapkan untuk mereka makan malam membuat Ayesha seketika menangis histeris.
Ayesha menumpahkan segala kesedihannya entah sampai kapan hati akan menerima dengan ikhlas.
Ayesha memeluk jaket yang biasa Ayah Ridwan pakai.
Ayesha membuka benda yang diserah oleh polisi berupa dompet dan jam tangan yang ditemukan di TKP.
Tangis Ayesha semakin menjadi.
Tangis pilu Ayesha mengisi ruang hampa yang menjadi saksi bisu kepiluan gadis yang kini dirundung duka.
Hingga tak sadar Ayesha terlelap dalam tangisnya hingga tertidur masih memeluk jaket dan memegang dompet serta jam tangan milik Ayah Ridwan.
"Nak, bangun. Sudah siang. Nanti terlambat ke kantor." suara Ayah Ridwan terdengar jelas di telinga Ayesha.
Ayesha mengerjapkan mata, perlahan netranya membuka meski berat dan tubuh terasa letih.
"Ayah!" Ayesha tersadar bahwa itu hanya sebuah mimpi.
Ayesha kembali menangis, betapa ia sudah merindukan Ayah Ridwan yang kini sudah tenang diperistirahatannya terakhir.
Ayesha melirik jam dinding, terlihat waktu subuh telah tiba.
Ayesha menyeret raganya yang masih terasa mengambang menunaikan shalat subuh dan ia memanjatkan doa serta menumpahkan segala tangis dan kesedihannya diatas sajadah bermunajah kepada Allah akan beban yang kini menyesakkan dada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
KRN MISKIN GK DIANGGAP KLUARGA, COBA KLO KAYA, YG BKN KLUARGAPUN MRAPAT NGAKU2 KLUARGA..
2023-12-12
1
Sulaiman Efendy
LIAT AZA, KLO ADAM SMBUH, LO PSTI MUNCUL LGI..
2023-12-12
1
Sulaiman Efendy
KAYAKNYA MOBIL ADAM JUGA DISABOTASE...
2023-12-12
1