Bukan Malam Pertama

Selesai sudah resepsi mewah yang telah menghadirkan tamu undangan yang melimpah ruah hingga sang mempelai kini tampak lelah selepasnya.

"Kamar Kalian sudah Mom siapkan. Jadi silahkan Kalian naik ya. Nikmati malam ini." Mom Hawa memeluk kedua anak dan menantunya dengan senyuman bahagia.

Mom Hawa menyiapkan kamar khusus yang berbeda dengan kamar yang saat siang keduanya tempati.

Hati Ayesha curiga, jangan-jangan seperti kamar pengantin pada umumnya. 

Masalahnya mereka adalah sepasang pengantin yang diluar normal.

Dengan mendorong kursi roda Adam, Ayesha berjalan perlahan.

Rasanya enggan sekali masuk ke kamar yang dimaksudkan sang Ibu mertua.

"Ayo cepat, Aku sudah lelah! Kenapa Kamu malah bengong. Buka pintunya."

Adam sudah misuh-misuh, ya karena seharian Adam pegal dan letih serta harus ekstra akting sepanjang hari.

"Sabar kenapa sih Pak. Bapak tuh apa-apa kepinginnya buru-buru aja!"

Ayesha membuka pintu dengan access card yang tadi diberikan Mom Hawa kepadanya.

Sesuai dugaan.

Mom Hawa sungguh niat dan bersemangat sekali, meminta pihak hotel menyiapkan kamar president suite dengan dekorasi khas kamar pengantin baru.

Baru saja masuk keduanya disuguhkan dengan temaram lampu dan taburan kelopak bunga mawar merah yang menyeruak dalam kamar.

Tak lupa sepasang angsa sedang bersanding manis di atas ranjang berukuran besar.

Belum lagi lilin-lilin kecil beraroma terapi berderet rapi membentuk kata i love you sungguh miris jika mengingat pernikahan mereka hanya sebuah ikatan diatas kertas.

"Kenapa Mom menyiapkan hal begini, padahal tak usah repot-repot!" Adam menyelisik segala yang ada di kamar tersebut.

Ayesha yang sejak tadi sudah kebelet pipis segera menuntaskan hajatnya dan kini perasaan lega karena telah menunaikan apa yang tertunda.

Begitupun suasana kamar mandi, bathup dengan hiasan taburan kelopak bunga mawar merah dengan lilin aroma terapi dan sepasang bathrobe couple sudah siap menyambut sepasang pengantin baru yang biasanya akan asik mahsyuk menikmati malam pertama.

"Aku mau ketoilet." Adam menyeru pada Ayesha.

Ayesha menggiring Adam dengan kursi rodanya masuk dalam toilet.

"Kamu mau kemana? Terus Saya bagaimana ini?" Adam yang masih lengkap dengan stelan tuxedonya tentu kesulitan dan meminta Ayesha membantunya.

Kedua kali Ayesha membantu Adam untuk melepas pakaian tanpa membantu melepas celana.

Ayesha masih canggung dan horor kalau ada kemungkinan sesuatu gang tak ingin ia lihat dan mengerikan.

Sedangkan Ayesha kini menatap sebuah lemari dan iseng membukanya.

"Astaga! Mom Hawa menyiapkan ini! Ga, Ga mungkin, masa pakai baju model jaring laba-laba begini!" Ayesha bergidik sendiri membayangkan jika ia harus memakainya.

Adam baru saja keluar dari kamar mandi dan sudah berganti baju kini ia meminta dibantu naik keatas ranjang.

"Kamu ga ganti baju? Mau tidur dengan gaun heboh itu!" Begitulah Adam padahal gaun yang Ayesha kenakan begitu pas ditubuh Ayesha dan membuat Ayesha begitu memukau, tapi berhubung gengsi Adam segede gunung jadi begitulah yang keluar dari mulut pedasnya.

"Bawel! Ini mau ganti!"

Ayesha bingung ia harus memakai baju apa. Namun akhirnya ia memilih memakai baju yang ia pakai saat jeda setelah akad tadi siang saja.

"Kamu yakin mau tidur disitu?" Adam melihat Ayesha yang membawa selimut dan memasangnya di sofa.

"Terus Saya tidur sama Bapak gitu seranjang, enggak deh makasi!" 

Ayesha mengepas tubuhnya mencari posisi nyaman agar bisa segera tidur pulas dan cepat berganti hari.

"Siapa tahu Kamu mau Kita melakukannya malam ini." Adam sengaja menggoda Ayesha yang mudah tersulut emosi.

"Sorry tapi makasi. Silahkan Bapak Adam yang terhormat bisa pakai ranjang sepuas hati." Ayesha membungkus dirinya dengan selimut sambil ancang-ancang memejamkan mata.

"Kamu beneran? Ini malam pertama Kita loh!" Adam sengaja menggoda Ayesha karena ia sendiri belum bisa tidur.

"Yang benar, bukan malam pertama! Saya ngantuk Pak. Capek. Mau tidur. Bye!" Ayesha memunggungi Adam bersiap memejamkan mata.

Bukan Adam namanya kalau tidak mengganggu kedamaian dan ketentraman Ayesha.

Adam menyalakan televisi sengaja membesarkan volumenya.

Ayesha yang sudah hampir tertidur tentu saja terganggu dengan ulah Adam.

"Ya Ampun! Bapak, kecilin sedikit volumenya bisa ga! Saya ngantuk Pak." Ayesha membuka selimut kini duduk sambil menatap horor pada Adam.

"Saya mau nonton. Lagi pula, Kamu emang bisa tidur. Masih capek kan? Sudah duduk sini nonton sama Saya." 

"Ga minat!" Ayesha merebahkan diri kembali.

"Kamu laper ga? Saya laper! Pesankan Saya makanan dong!"

Ayesha membuka kembali selimut yang membungkus dirinya, menegakkan tubih dan menarik nafas sepenuh dada.

"Sabar Ayesha!" Gumam Ayesha.

Memilih segera mengangkat telpon menghubungi pihak hotel.

Ayesha memesankan makanan yang Adam mau kemudian ia menutup telpon dan siap beranjak kembali ke sofa namun cekalan tangan Adam menahan langkah Ayesha.

"Eh, Bapak, mau ngapain?"

Ayesha mawas diri melihat Adam tersenyum namun seperti ada niat terselubung.

"Kamu ga lupa kan hukuman Kamu?" Adam menaikkan alisnya.

Sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada, Ayesha memasang wajah galak dan penuh jaga-jaga.

"Inget ya Pak, sesuai perjanjian ga ada kontak fisik apalagi kalau Bapak mau minta itu sama Saya!" Ayesha mengingatkan sesuai kesepakatan yang mereka tanda tangani bersama.

"Hahahahhaaa. Otak Kamu pikirannya kesitu terus. Atau jangan-jangan Kamu yang ga tahan ya mau itu sama Saya!" Ledek Adam.

"Jangan sembarangan Pak!" Ayesha tak terima dengan tuduhan Adam.

"Maksud Saya hukuman Kamu itu pijitin bahu dan tangan Saya. Saya tuh pegel seharian salaman dengan tamu! Kamu itu otaknya duh,!" Adam geleng kepala sambil menertawakan Ayesha.

"Saya kan juga pegel Pak!" Ayesha ga terima ia sendiri sudah terjangkit 5L masa harus memijit sang Boss yang kini berlebel suami.

"Loh! Kamu ga boleh lari dari hukuman! Atau gaji Kamu Saya potong 50%!" Ancam Adam.

"Ye, si Bapak, kayak kompeni bisanya main ancem segala!" Ayesha bersungut-sungut kesal dengan kata-kata Adam.

Bell kamar berbunyi.

Pelayan hotel membawakan menu pesanan Adam.

Ayesha membawanya kini dihadapan Adam agar si Boss segera makan dan ga bawel lagi.

"Kamu ngapain malah pindah. Sini makan bareng Saya. Habis ini Kamu harus mijitin Saya sampe Saya tidur. Makan, biar ada tenaga!"

Ayesha juga sebetulnya laper karena terakhir makan siang hari.

"Makan Kamu banyak juga ya. Tapi badan kurus kayak orang cacingan." Cela Adam membuat Ayesha yang sedang mengunyah makanan melotot seketika.

Adam menahan senyumnya karena lucu saja melihat Ayesha yang makan sambil melotot. Sungguh menggemaskan.

"Sudah jangan melotot begitu, wajah jelekmu sudah jelek semakin tambah jelek saja!" Tak bosan Adam meledek Ayesha.

"Kayak sendirinya ganteng aja!" Ayesha membalas.

"Saya emang ganteng! Buktinya diperusahaan semua pegawai wanita menatap kagum sama Saya!" Adam dengan tingkat pede luar biasa.

"Terserah Bapak aja deh!" Ayesha malas berbantahan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!